Analisis Deskriptif Persepsi Stakeholder Mengenai Pengaruh Pisahnya Analysis Hierarchical Process AHP

3.8. Model Analisis Data 3.8.1. Analisis Statistik Deskriptif Model analisis data yang digunakan untuk mengidentifikasi sumberdaya yang dimiliki wilayah perbatasan Kabupaten TTU dengan district enclave Oekusi adalah dengan melakukan analisis statistik deskriptif terhadap sumberdaya pembangunan yang mencakup sumberdaya manusia, sumberdaya buatan, sumberdaya sosial, kapasitas produksi aktivitas ekonomi. Data-data sekunder tersebut selanjutnya diklasifikasikan dan diidentifikasi berbagai sektor dan komoditi unggulan. Data-data tersebut akan ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik sehingga dapat memberikan informasi mengenai karakteristik wilayah perbatasan yang memiliki potensi pengembangan.

3.8.2. Analisis Deskriptif Persepsi Stakeholder Mengenai Pengaruh Pisahnya

Timor Leste terhadap Kabupaten TTU Analisis ini dilakukan untuk mengkaji persepsi stakeholder tentang pengaruh pisahnya Timor Leste terhadap Kabupaten TTU dan sekaligus untuk menggali informasi lebih mendalam dari masyarakat yang berada pada desa-desa di sepanjang perbatasan mengenai bentuk interaksi antara masyarakat di wilayah perbatasan Kabupaten TTU dengan district enclave Oekusi. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa interaksi spasial suatu wilayah dipengaruhi oleh aspek sosial, budaya dan ekonomi. Analisis ini juga diharapkan dapat memberikan gambaran secara kualitatif mengenai pengaruh pisahnya Timor Leste terhadap aspek-aspek tersebut.

3.8.3. Analysis Hierarchical Process AHP

Selanjutnya melakukan analysis hierarchical process untuk mengtahui persepsi stakeholder tentang prioritas pengembangan ekonomi wilayah wilayah perbatasan Kabupaten TTU dengan district enclave Oekusi. Analisys hierarchical process didesain untuk menangkap persepsi orang yang berhubungan sangat erat dengan permasalahan tertentu melalui prosedur yang dirancang untuk sampai pada skala preferensi diantara berbagai alternatif. Penggunaan teknik AHP dilakukan dengan cara membuat urutan komponen-komponen utama penelitian secara berhirarki kemudian diberi nilai scoring dalam angka kepada setiap bagian yang menunjukkan penilaian subyektif kemudian disintesiskan guna menentukan variabel yang memiliki prioritas tertinggi. Model ini ditujukan untuk memodelkan masalah-masalah tak terstruktur baik dalam bidang ekonomi, sosial maupun sains manajemen. Penerapan AHP sedapat mungkin menghindari adanya penyederhanaan misalnya dengan membuat asumsi- asumsi agar diperoleh model-model kuantitatif, sebaliknya mempertahankan model yang kompleks seperti semula. Agar model ini realistik, maka sebaiknya memasukkan dan melakukan pengukuran terhadap semua hal penting, baik yang nyata maupun tidak nyata yang dapat diukur secara kuantitatif maupun kualitatif. AHP membuka kesempatan adanya perbedaan pendapat dan konflik sebagaimana yang ada dalam kenyataan seharí-hari dalam usaha mencapai konsensus. Menurut Saaty 1994 penentuan tingkat kepentingan pada setiap tingkat hierarki dilakukan dengan judgement dari narasumber yang memahami permasalahan dengan cara melakukan wawancara langsung dan menilai tingkat kepentingan setiap elemen dibandingkan dengan elemen lainnya. Penilaian dilakukan dengan pembobotan untuk masing-masing komponen dengan komparasi berpasangan yang dimulai dari tingkat yang paling tinggi sampai dengan yang terendah. Pembobotan dilakukan berdasarkan judgement para narasumber berdasarkan skala komparasi 1-9. Nilai skala komparasi digunakan untuk mengkuatitatifkan data yang bersifat kualitatif. Skala yang digunakan tergantung dari pandangan responden sebagaimana tertera pada Tabel 7. berikut Tabel 7. System urutan ranking Saaty untuk hierarchy process Tingkat Kepentingan Definisi 1 Kedua elemen Sama Pentingnya 3 Perbedaan penting yang lemah antara yang satu dengan yang lainnya 5 Sifat Lebih Penting dari salah satu elemen kuat 7 Menunjukkan sifat sangat penting yang menonjol dari salah satu elemen 9 Salah satu elemen penting absolut terhadap elemen lainnya 2,4,6,8 Nilai tengah diantara nilai di atasdi bawahnya Selanjutnya dikatakan bahwa tahapan analisis data dalam analysis hierarchical process sebagai berikut: a Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan Untuk kepentingan analisis perlu diketahui terlebih dahulu faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan ekonomi wilayah perbatasan Kabupaten TTU dengan district enclave Oekusi. b Membuat struktur hierarki Struktur hierarki diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan penentuan berbagai dukungan sumberdaya pengembangan ekonomi wilayah perbatasan Kabupaten TTU dengan district enclave Oekusi yakni sumberdaya manusia, sumberdaya buatan, sumberdaya sosial, kapasitas produksi aktifitas ekonomi. Setiap sumberdaya pembangunan tersebut saling berinteraksi sehingga penentuan prioritas pengembangan sumberdaya yang tepat akan menggerakkan perekonomian di wilayah perbatasan secara menyeluruh. Selanjutnya menentukan prioritas pembangunan dari setiap kriteria sumberdaya pembangunan tersebut. Stakeholder yang paling berperan dalam pengembangan setiap sumberdaya pembangunan juga ditentukan dalam analisa ini sehingga tidak terjadi tumpang-tindih peran. Pengembangan sumberdaya–sumberdaya tersebut akan terkesan mubazir bila tidak dikembangkan dalam suatu model pengembangan ekonomi wilayah. Dengan demikian tahapan berikutnya adalah menentukan model pengembangan ekonomi wilayah perbatasan sebagaimana tertera pada Gambar 6. c Membuat matriks dan nilai perbandingan berpasangan Pembuatan matriks dan nilai perbandingan berpasangan dimaksudkan untuk menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau kriteria yang setingkat di atasnya. Jika vektor pembobotan elemen–elemen kegiatan A 1 , A 2 , ...A n dinyatakan sebagai vektor W=W 1 , W 2 ,...W n , maka intensitas kepentingan elemen kegiatan A 1 dibandingkan dengan A 2 dinyatakan sebagai perbandingan bobot elemen kegiatan A 1 terhadap A 2 , dimana nilai perbandingan elemen kegiatan A 1 terhadap A 2 adalah 1 dibagi dengan nilai perbandingan elemen kegiatan A 2 terhadap A 1 sehingga matriks perbandingannya sebagaimana tertera pada Tabel 8. berikut Tabel 8. Tabel matriks perbandingan berpasangan A 1 A 2 A 3 ... A n A 1 W 1 W 1 W 1 W 2 W 1 W 3 ... W 1 W n A 2 W 2 W 1 W 2 W 2 W 2 W 3 ... W 2 W n A 3 W 3 W 1 W 3 W 2 W 3 W 3 ... W 3 W n . . . . . . . . . . . . . . . . . . A n W n W 1 W n W 2 W n W 3 ... W n W n Sumber: Marimin 2004 4 Penentuan prioritas Setelah setiap kriteria dan alternatif ditetapkan maka selanjutnya dilakukan perbandingan berpasangan pair wise comparisons. Nilai-nilai perbandingan relatif kemudian diolah untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh alternatif. Kriretia kuantitatif maupun kualitatif dapat dilakukan sesuai judgement yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan prioritas. Perhitungan bobot atau prioritas dihitung dengan manipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan matematik. 5 Konsistensi logis Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis. Untuk penentuan konsistensi pendapat digunakan software expert choice 2000. Prioritas Pengembangan Wilayah Perbatasan Kab. TTU Pengemb. SDM Pengemb. SDB Pengemb. SDS Pengembangan kapasitas produksi aktifitas ekonomi Jumlah Penduduk Pendidikan Kesehatan Pekerjaan Transportasi Pendidikan Kesehatan Ekonomi Keamanan Media informasi Listrik Adat - istiadat Mobilisasi masyarakat Keamanan Aturan- Aturan Pangan dan Palawija Hortikultura Perkebunan dan Kehutanan Peternakan Perikanan Penggalian Industri Kerajinan Agorindustri Perdagangan Pemerintahan kab. Akademisi Swasta Masyarakat madani LSM dan tokoh masy. Level V Model Alternatif Kawasan agropolitan Kawasan wisata Level I Tujuan Level II Aspek Level III Kriteria Level IV Stakeholder Jasa-jasa Kawasan cepat tumbuh Kawasan transito Gambar 6. Struktur hierarki AHP wilayah perbatasan Kab.TTU 56

3.8.4. Analisis Sektor Unggulan dan Leading Sector