6.3. Deskripsi Analisis Sektor Unggulan dan Leading Sector
Pengembangan sektor unggulan dan leading sector di Kabupaten TTU perlu memperhatikan stakeholder yang paling berperan dalam pengembangan sektor-sektor
ekonomi tersebut. Berdasarkan hasil analisis AHP dapat diketahui bahwa masyarakat madani merupakan stakeholder yang paling berperan terhadap pengembangan sektor-
sektor unggulan dan leading sector di Kabupaten TTU karena sebagian besar 74,60 penduduk Kabupaten TTU bekerja di sektor pertanian dimana sektor tersebut memiliki
kontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten TTU yakni sebesar 46,21 pada tahun 2006. Oleh karena itu, pengembangan sektor unggulan dan leading sector difokuskan
pada pengembangan sektor pertanian. Sektor-sektor unggulan di Kabupaten TTU seperti perkebunan jambu mete,
kemiri dan kehutanan dapat memberikan pendapatan bagi masyarakat Kabupaten TTU, namun pengembangan komoditas-komoditas tersebut belum mampu memberikan nilai
tambah bruto yang besar terhadap daerah karena keterkaitannya yang rendah dengan sektor lainnya. Pengembangan komoditas-komoditas tersebut dapat dilakukan dengan
memanfaatkan outputnya untuk usaha-usaha agroindustri yang dapat memberikan nilai tambah yang besar bagi masyarakat dan daerah. Pengembangan komoditas perkebunan
dan kehutanan yang merupakan tanaman umur panjang juga menemui kendala karena mental masyarakat di Kabupaten TTU yang umumnya menginginkan hasil panen dalam
waktu yang singkat. Oleh karena itu, masyarakat selalu mengusahakan tanaman pangan, palawija dan hortikultura yang dapat memberikan hasil panen dalam waktu yang singkat.
Pengembangan sektor-sektor ekonomi di Kabupaten TTU tidak cukup hanya
mengandalkan sektor unggulan karena sektor-sektor unggulan belum tentu memberikan nilai tambah bruto dan memiliki keterkaitan yang tinggi dengan sektor lainnya sehingga
suatu sektor dapat dikatakan sebagai leading sector di Kabupaten TTU. Hasil analisis menunjukkan bahwa komoditas pertanian seperti jagung, padi,
sayur dan buah, peternakan dan hasilnya memiliki keterkaitan yang tinggi dengan sektor lainnya dan memiliki kontribusi yang besar terhadap nilai tambah bruto Kabupaten TTU.
Selain itu, sektor industri makanan dan minuman, pemerintahan, angkutan darat, perdagangan, jasa sosial kemasyarakatan, hotel dan restoran perlu dikembangkan karena
memiliki keterkaitan dengan sektor pertanian yang dikembangkan tersebut.
Oleh karena pengembangan wilayah perbatasan dengan supply side strategy dimana stakeholder yang paling berperan dalam pengembangan kapasitas produksi
aktifitas ekonomi di wilayah perbatasan adalah masyarakat madani maka tentunya harus mengembangkan sektor pertanian sehingga surplus output dapat digunakan oleh sektor-
sektor lainnya seperti industri makanan dan minuman, restoran dan hotel serta selanjutnya dapat diperdagangkan dengan memanfaatkan angkutan darat.
Hal tersebut menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki keterkaitan ke depan yang tinggi, sedangkan keterkaitan ke belakang yang harus ditingkatkan adalah dengan
membuka akses petani terhadap permodalan sehingga dapat memanfaatkan teknologi produksi yang ramah lingkungan yang dihasilkan oleh sektor lainnya di Kabupaten TTU.
Oleh karena itu, pengembangan sektor-sektor yang menyediakan input produksi seperi penyedia bibit, pestisida, peralatan produksi dan lembaga permodalan perlu ditingkatkan.
Adapun sektor industri dan makanan memiliki keterkaitan yang tinggi baik ke depan maupun ke belakang karena sektor tersebut memanfaatkan output dari sektor pertanian
yang selanjutnya diolah dan outputnya dimanfaatkan oleh sektor lainnya restoran, hotel, perdagangan, angkutan darat, pemerintahan, dll di Kabupaten TTU.
Berdasarkan paradigma tersebut, maka pengembangan agropolitan di Kabupaten TTU dapat dikembangkan dengan tipologi komoditas primer dan produk olahan
unggulan. Komoditas yang dikembangkan dapat didasarkan pada pewilayahan komoditas sektor unggulan dan atau leading sector di Kabupaten TTU. Komoditas-komiditas yang
dikembangkan adalah jagung, peternakan dan hasilnya yang dipadukan dengan industri makanan dan minuman.
Jagung menjadi komoditas utama dalam usaha pertanian yang dikembangkan hampir di seluruh wilayah di Kabupaten TTU yang umumnya didominasi oleh pertanian
lahan kering. Jagung juga merupakan komoditas yang bernilai budaya tinggi bagi masyarakat Kabupaten TTU karena setiap masa panen jagung masyarakat selalu
menyediakan sebagian hasilnya untuk dipersembahkan di rumah adat. Hal ini terjadi karena jagung telah dibudidayakan secara turun-temurun mengingat kondisi iklim
Kabupaten TTU yang umumnya kering sehingga masyarakat Kabupaten TTU selalu membudidayakan jagung sebagai komoditas utama. Komoditas lain yang dikembangkan
secara tumpangsari dengan jagung adalah ubi kayu dan kacang-kacangan terutama
kacang tanah ataupun dengan padi, serta sayur dan buah. Selain itu, pengembangan budidaya pertanian tersebut umumnya diintegrasikan dengan peternakan sapi, kambing,
babi dan ayam. Peternakan memiliki keterkaitan yang tinggi karena ternak dapat mengkonsumsi
output sampingan dari jagung, kacang, ubi kayu dan pertanian lainnya. Selanjutnya output peternakan digunakan untuk usaha industri makanan dan minuman, restoran,
perdagangan dan angkutan. Output sampingan lainnya berupa pupuk digunakan kembali oleh sektor pertanian dalam upaya meningkatkan produksi usahatani. Alasan lain terkait
dengan sektor jasa sosial kemasyarakatan dimana masyarakat Kabupaten TTU umumnya merupakan masyarakat adat yang selalu mengorbankan ternak ketika melakukan upacara
adat maupun hajatan lainnya. Pengembangan komoditas padi, sayur dan buah dikembangkan pada wilayah-
wilayah di Kabupaten TTU yang memiliki kondisi iklim dan pengairan yang lebih memungkinkan. Oleh karena itu, padi umumnya dikembangkan di daerah persawahan di
sebagian wilayah Kecamatan Biboki Selatan, Biboki Utara, Biboki Anleu, Miomafo Timur, Noemuti, Insana Utara. Sedangkan sayur dan buah umumnya dikembangkan di
Kecamatan Miomafo Barat karena kondisi iklimnya lebih dingin dan kelembabannya lebih tinggi dibandingkan kecamatan lainnya.
Dengan demikian, berdasarkan deskripsi di atas, konsep agropolitan di Kabupaten TTU dapat diterapkan dengan komoditas yang dikembangkan adalah jagung, peternakan
dan hasilnya. Selanjutnya untuk mengurangi kebocoran wilayah juga perlu dikembangkan industri makanan dan minuman serta sektor lainnya yang menyediakan
input bagi pengembangan jagung, peternakan dan hasilnya. Hal ini ditunjang oleh kebijakan Gubernur NTT terpilih periode 2008–2013 yang menetapkan jagung sebagai
komoditi unggulan yang memperoleh prioritas pengembangan terutama di Pulau Timor.
VII PENGEMBANGAN EKONOMI WILAYAH PERBATASAN
KABUPATEN TTU DENGAN DISTRICT ENCLAVE OEKUSI
SEBAGAI KAWASAN AGROPOLITAN
Pisahnya Timor Leste telah berpengaruh terhadap aspek politik, keamanan, sosial, budaya dan ekonomi namun pengembangan wilayah perbatasan semula lebih
memprioritaskan aspek keamanan dan memperlakukan wilayah perbatasan sebagai daerah belakang sebagaimana dirasakan oleh masyarakat di wilayah perbatasan dimana
terjadi kesenjangan pembangunan dan kemiskinan. Kabupaten TTU sebagai salah satu kabupaten yang berbatasan darat dengan Timor Leste mengalami penurunan
pertumbuhan ekonomi karena kehilangan sebagian potensi pendapatan sebagai hasil interaksi antar kedua wilayah. Oleh karena itu, Kabupaten TTU yang juga tergolong
sebagai kabupaten tertinggal harus mencari sumber pendapatan alternatif agar dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Pengembangan ekonomi wilayah perbatasan hanya akan berhasil bila setiap komponen di wilayah tersebut memberikan kontribusi, setidaknya berupa kemauan untuk
memberikan pemikiran-pemikiran yang konstruktif agar pengembangan wilayah perbatasan lebih tepat sasaran. Pengembangan ekonomi wilayah perbatasan harus
dilakukan secara partisipatif sehingga dapat mengakomodir kepentingan seluruh stakeholder
yang berbeda-beda terhadap wilayah perbatasan. Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru dapat dilakukan untuk
meningkatkan kinerja ekonomi wilayah perbatasan Kabupaten TTU dengan district enclave
Oekusi. Melalui pembentukan pusat-pusat pertumbuhan baru di wilayah perbatasan diharapkan dapat melayani daerah hinterland dengan mendistribusikan
kebutuhan masyarakat di wilayah hinterland baik kebutuhan produksi maupun konsumsi. Selain itu, pusat pertumbuhan tersebut dapat berfungsi untuk menampung, mengolah
serta memasarkan produk-produk yang dihasilkan oleh daerah hinterland. Hal ini akan mengurangi kebocoran wilayah karena aktivitas ekonomi pada pusat pengembangan
tersebut dapat memberikan nilai tambah yang tinggi bagi masyarakat serta mengurangi biaya transportasi.
Pengembangan ekonomi wilayah perbatasan harus pula memperhatikan ketersediaan sumberdaya pembangunan wilayah perbatasan baik sumberdaya manusia,
sumberdaya buatan, sumberdaya sosial maupun kapasitas produksi aktivitas ekonomi. Selain itu, pengembangan ekonomi wilayah perbatasan harus didukung dengan alokasi
anggaran yang sesuai dengan penentuan sumberdaya yang prioritas dikembangkan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten TTU dan manfaatnya dapat
dirasakan oleh seluruh masyarakat Kabupaten TTU. Adapun penerimaan daerah Kabupaten TTU pada tahun 2006 adalah sebesar Rp 322.603.522.000,- dimana alokasi
untuk anggaran pembangunan sebesar Rp 67.727.323.258,- 25,99 dari total pengeluaran sebesar Rp 260.556.806.382,-, sedangkan 74,01 dialokasikan untuk
belanja rutin. Meskipun demikian, pada tahun 2007 alokasi anggaran untuk belanja pembangunan telah mencapai 61,19. Sedangkan 38,81 anggaran dialokasikan untuk
belanja rutin. Alokasi anggaran pembangunan tertinggi pada tahun 2006 masih didominasi oleh
pembangunan sumberdaya buatan berupa transportasi, pemukiman, sumberdaya air dan irigasi 35,89 yang berarti bahwa sumberdaya buatan menjadi prioritas utama
pembangunan, selanjutnya sumberdaya manusia memperoleh prioritas kedua yakni sebesar 31,56 yang didistribusikan untuk kesehatan, pendidikan, tenaga kerja, agama
dan peranan wanita, iptek , serta aparatur pemerintah dan pengawasan. Adapun sumberdaya sosial menjadi prioritas ketiga yakni dalam bentuk pengeluaran untuk aturan
hukum sebesar 17,73. Sedangkan 11,49 ditujukan untuk pengembangan kapasitas produksi aktivitas ekonomi dengan fokus pada pengembangan sektor pertanian sebesar
7,65 Rp5.178.533.681,-. Selanjutnya berturut-turut adalah sektor perdagangan, sektor industri, serta sektor pertambangan dan energi.
Kondisi tersebut tidak berbeda jauh dengan alokasi anggaran untuk belanja pembangunan pada tahun 2007 yang secara berturut-turut sebagai berikut: 33,5 untuk
pengembangan sumberdaya buatan; 24,71 untuk pengembangan sumberdaya manusia; 15,27 untuk pengembangan kapasitas produksi aktivitas ekonomi, sumberdaya sosial
10,67. Meskipun demikian pemerintah mulai mengalokasikan anggaran yang cukup
tinggi untuk pengembangan kapasitas produksi aktivitas ekonomi sehingga diharapkan dapat meningkatkan PAD Kabupaten TTU. Alokasi anggaran pembangunan di
Kabupaten TTU pada tahun 2006 selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 61. Tabel 61. Alokasi anggaran untuk belanja pembangunan di Kabupaten TTU tahun 2006
Tahun 2006 Tahun 2007
Alokasi anggaran untuk belanja pembangunan
Jumlah Rp Presentase
terhadap anggaran
belanja pembangunan
Jumlah Rp Presentase
terhadap anggaran belanja
pembangunan
Sektor industri 282.593.925
0,42 6.949.260.989
2,79 Sektor pertanian
5.178.533.681 7,65
18.239.220.820 7,31
Sektor sumber daya air dan irigasi
2.677.577.442 3,95 9.853.050.934
3,95 Sektor tenaga kerja
176.621.200 0,26
498.820.857 0,20
Sektor perdagangan 1.999.352.021
2,95 7.098.550.592
2,85 Transportasi 18.559.356.045
27,40 62.988.260.550
25,25 Pertambangan dan energi
317.918.165 0,47
5.786.540.044 2,32
Pariwisata,pos dan telekomunikasi
1.483.618.107 2,19 5.289.834.507
2,12 Pembangunan daerah dan
pemukiman 3.073.208.937 4,54
10.724.840.943 4,30
Lingkungan hidup dan tata ruang
854.846.624 1,26 2.946.091.161
1,18 Pendidikan dan kebudayaan 5.055.154.884 7,46
17.484.406.596 7,01
Kesehatan dan kesejahteraan 5.333.960.340 7,88 22.424.501.109
8,99 Peranan wanita
7.361.571.754 10,87 2.469.221.399
0,99 Perumahan dan pemukiman 211.945.443
0,31 23.082.880.924 9,25
Agama 1.271.672.663 1,88
4.938.883.689 1,98
Iptek 600.512.091 0,89
2.697.026.895 1,08
Hukum 12.010.241.825 17,73
26.612.872.915 10,67
Aparatur pemerintah dan pengawasan 1.059.627.819
1,56 11.123.905.829
4,46 Penerangan, komunikasi dan
media informasi 219.010.292 0,32
8.206.751.160 3,29
Jumlah 67.727.323.258 100,00
249.414.921.913 100,00
Jumlah alokasi anggaran untuk belanja rutin
192.829.483.214 158.193.599.671
Total 260.556.806.382 407.608.521.584
Sumber : Buku Besar Pemda Kabupaten TTU 2006, 2007 Alokasi anggaran pembangunan untuk sumberdaya manusia menjadi prioritas
kedua karena indikator pengukuran output sumberdaya manusia yang tidak dapat diukur dalam waktu singkat dan dalam bentuk fisik dibandingkan dengan indikator
pembangunan terhadap sumberdaya buatan dimana dalam alokasi anggaran pembangunan menempati prioritas pertama. Paradigma seperti ini harus diubah karena
melalui investasi yang besar terhadap pengembangan sumberdaya manusia dapat meningkatkan kapasitas produksi aktivitas ekonomi dan selanjutnya dapat menggerakkan
perekonomian secara keseluruhan. Melalui alokasi anggaran pembangunan seperti yang ditampilkan pada Tabel 61. hanya menghasilkan PAD Kabupaten TTU sebesar 3,07
dari total penerimaan daerah pada tahun 2006. Apabila anggaran dapat dialokasikan dengan tepat dalam arti memperioritaskan pada pengembangan sumberdaya manusia dan
mengarahkan pada pengembangan kapasitas produksi aktivitas ekonomi dalam sebuah model agropolitan maka diyakini dapat meningkatkan PAD Kabupaten TTU sekaligus
mengurangi kemiskinan serta ketimpangan pembangunan wilayah. Keadaan wilayah perbatasan yang memiliki keterbatasan sumberdaya
pembangunan dapat dipacu dengan menentukan prioritas pembangunan yang tepat dalam sebuah model pengembangan ekonomi yang menjamin terarahnya kegiatan–kegiatan
ekonomi tersebut. Oleh karena itu, pengembangan wilayah perbatasan dapat dikembangkan menjadi kawasan cepat tumbuh, transito, agropolitan, wisata. Namun
berdasarkan analisa persepsi stakeholder dan ketersediaan sumber daya wilayah perbatasan Kabupaten TTU dengan district enclave Oekusi, maka pilihan pengembangan
wilayah perbatasan menjadi kawasan agropolitan menjadi sebuah pilihan yang tepat. Kawasan agropolitan di wilayah perbatasan memiliki nilai strategis karena bila
dikembangkan dengan baik akan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebab 74,68 rumahtangga di Kabupaten TTU bekerja di sektor pertanian. Selain itu,
pengembangan agropolitan diharapkan dapat mengurangi kesenjangan pembangunan karena masyarakat semakin dekat dengan pusat pertumbuhan baru yang dapat
meningkatkan pelayanan terhadap daerah hinterland. Oleh karena itu, perlu menentukan lokasi yang tepat dalam pengembangan
wilayah perbatasan Kabupaten TTU dengan district enclave Oekusi sebagai kawasan agropolitan. Penentuan lokasi lebih tepat berada pada wilayah kecamatan dan atau
beberapa kecamatan Rustiadi dan Pranoto, 2007. Selanjutnya dikatakan bahwa kriteria penentuan lokasi perlu memperhatikan aspek sumberdaya manusia, potensi unggulan dan
produk olahan unggulan, sumberdaya buatan dan dukungan kebijakan baik dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten. Oleh karena itu, berikut ini akan ditampilkan analisis potensi
sumberdaya pembangunan per kecamatan. Adapun dalam penelitian ini kriteria utama
yang menjadi fokus adalah kriteria potensi unggulan leading sector sedangkan kriteria sumberdaya pembangunan lainnya merupakan kriteria tambahan.
7.1. Kriteria Utama Kapasitas Produksi Aktivitas Ekonomi