Gambar 5.3 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan
5.2.4 Jenis Pekerjaan
Pekerjaan utama.
Secara umum jenis pekerjaan utama kepala keluarga responden dalam penelitian ini adalah dari sektor pertanian Tabel 5.3. Bentuk
kegiatan yang dilakukan antara lain mengolah kebun, mengolah sawah, buruh tani, dan pekerja pada perkebunan swasta. Sedangkan pada sektor non-pertanian,
kepala keluarga bekerja sebagai pegawai negeri sipil guru atau penyuluh kehutanan, pedagangwiraswasta, supir, peternak, dan satpam.
Tabel 5.3 Persentase responden berdasarkan jenis pekerjaan di Kecamatan Sajira
Jenis pekerjaan Utama
Persentase Sampingan
Persentase Petani
82 82.83
8 9.19
PNS 5
5.05 -
- Wiraswastapedagang
7 7.07
10 11.49
Buruh tani 1
1.01 10
11.49 Pegawai swasta
1 1.01
1 1.15
Supir 1
1.01 -
- Ojek
- -
2 2.30
Pengrajin -
- 8
9.19 Kuli
- -
36 41.40
Tengkulak -
- 11
12.64 Peternak
1 1.01
1 1.15
Satpam 1
1.01 -
- Total
99 100
87 100
Banyaknya masyarakat yang bermatapencaharian sebagai petani disebabkan karena tradisi bertani ini merupakan warisan nenek moyang yang
keberadaannya harus tetap dijaga dan dipertahankan untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya. Selain itu, terbatasnya lapangan pekerjaan di luar sektor pertanian juga
menjadi salah satu faktor terbatasnya jumlah masyarakat yang bekerja di luar sektor pertanian.
83.84 7.07
5.05 1.01
3.03 SD
SMP SMA
Diploma S1
Pekerjaan sampingan
. Disamping pekerjaan utamapokok, terdapat juga pekerjaan sampingan yang dilakukan masyarakat di Kecamatan Sajira. Bentuk-
bentuk pekerjaan tersebut antara lain membuat kerajinan tangan, dinding dan atap rumah bambu, berdagang, ojek, buruh tani, kuli, dan tengkulak.
5.2.5
Tingkat Pendapatan
Tingkat pendapatan per bulan responden di Kecamatan Sajira terbagi atas pendapatan rata-rata pekerjaan utama dan pendapatan rata-rata pekerjaan
sampingan. Tingkat pendapatan rata-rata per bulan untuk pekerjaan utama berada pada kisaran Rp 300 000-Rp 4 000 000. Sedangkan tingkat pendapatan rata-rata
per bulan untuk pekerjaan sampingan berada pada kisaran Rp 100 000-Rp 2 500 000. Adapun tingkat rata-rata pendapatan per bulan untuk setiap jenis pekerjaan
utama dan pekerjaan sampingan responden di Kecamatan Sajira dapat dilihat pada Tabel 5.4.
Tabel 5.4 Tingkat rata-rata pendapatan pekerjaan utama dan pekerjaan sampingan responden di Kecamatan Sajira
Pekerjaan utama Rata-rata
pendapatan Rp Pekerjaan
sampingan Rata-rata
pendapatan Rp Petani
962 988 Petani 981 250
Wiraswasta 3 857 143 Wiraswasta
2 260 000 Buruh tani
300 000 Buruh tani 162 500
Supir 850 000 Tengkulak
344 545 PNS
1 920 000 Kuli 253 611
Pegawai swasta 3 700 000 Pegawai swasta
770 000 Satpam
1 000 000 Pengrajin 1 006 250
Peternak 2 000 000 Peternak
1 300 000 Ojek
650 000
Tabel 5.4 menunjukkan terdapat delapan jenis pekerjaan utama yang dimiliki responden di Kecamatan Sajira, dimana tingkat pendapatan rata-rata per
bulan paling tinggi adalah Rp 3 857 143 dengan pekerjaan sebagai wiraswasta. Sedangkan buruh tani memiliki pendapatan rata-rata per bulan paling rendah yaitu
sebesar Rp 300 000. Pendapatan rata-rata per bulan untuk pekerjaan utama responden yang lain seperti petani sebesar Rp 962 988, supir sebesar Rp 850 000,
PNS sebesar Rp 1 920 000, pegawai swasta sebesar Rp 3 700 000, satpam sebesar Rp 1 000 000, dan peternak sebesar Rp 2 000 000.
Pada jenis pekerjaan sampingan terdapat sembilan profesi yang dimiliki responden di Kecamatan Sajira, dimana tingkat pendapatan paling tinggi adalah
wiraswasta dengan pendapatan rata-rata per bulan sebesar Rp 2 260 000. Sedangkan buruh tani memiliki pendapatan rata-rata per bulan paling rendah yaitu
sebesar Rp 162 500. Pendapatan rata-rata per bulan untuk pekerjaan sampingan responden yang lain seperti petani sebesar Rp 981 250, tengkulak sebesar Rp 344
545, kuli sebesar Rp 253 611, pegawai swasta sebesar Rp 770 000, pengrajin sebesar Rp 1 006 250, peternak sebesar Rp 1 300 000, dan ojek sebesar Rp 650
000.
Berdasarkan informasi yang diperoleh di lapangan, dapat diketahui bahwa responden yang berprofesi sebagai petani adalah pemilik yang sekaligus
menggarap lahan pertanian mereka dan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap lahan mereka sendiri. Sedangkan responden yang berprofesi sebagai buruh tani
adalah petani yang tidak memiliki lahan sawah dan modal, dimana mereka menanam padi atas dasar bagi hasil dengan pemilik lahan. Biasanya penghasilan
yang mereka terima kurang dari 40 dari penghasilan petani pemilik lahan. Hal inilah yang menyebabkan rendahnya pendapatan yang diperoleh oleh buruh tani,
selain juga karena faktor-faktor lain yang mempengaruhinya seperti rendahnya tingkat pendidikan, kurangnya keterampilan buruh tani dalam bidang pertanian,
dan lain-lain. Hal yang saat ini bisa dilakukan agar pendapatan buruh tani meningkat adalah dengan meningkatkan upah sesuai dengan usaha yang mereka
lakukan.
5.3 Pemanfaatan Sumberdaya Bambu di Kecamatan Sajira
Berdasarkan hasil survei dan wawancara yang telah dilakukan terhadap 99 kepala keluarga KK menunjukkan bahwa luas rata-rata kepemilikan lahan
bambu kebun campuran di Kecamatan Sajira sebesar 1.33 haorang Lampiran 1. Adapun data kelas luas lahan bambu responden di Kecamatan Sajira dapat
dilihat pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5 Rata-rata kepemilikan lahan bambu di Kecamatan Sajira
Kelas luas lahan ha Jumlah responden
Jumlah KK Persentase
I 0.5 24
24.24 II 0.5-1.0
39 39.40
III 1.0 36
36.36 Total
99 100
Data luas kepemilikan lahan didapatkan dari hasil wawancara langsung dengan responden terpilih. Hal ini disebabkan karena tidak tersedianya data yang
akurat terhadap perubahan kepemilikan lahan warga desa. Konsep dari kepemilikan lahan yang dipakai adalah bahwa lahan milik merupakan lahan yang
benar-benar dimiliki oleh seorang kepala keluarga yang berasal dari warisan turun menurun, jual beli, pemberian orang lain, atau karena adanya perluasan lahan
akibat pembukaan lahan baru yang dilakukan sendiri.
Kecamatan Sajira sebagai salah satu sentra areal bambu di Kabupaten Lebak memiliki beberapa jenis bambu yang dimanfaatkan masyarakat, baik dalam
bentuk bambu bulat gelondongan maupun kerajinan tangan anyaman. Berikut ini adalah data rekapitulasi produksi bambu berdasarkan jenis yang disajikan pada
Tabel 5.6.