Jenis dan Sumber Data

untuk biaya pengolahan pasar termasuk batas keuntungan dan resiko. Parameter- parameter ini mengharuskan untuk menghitung nilai termasuk harga jual, jumlah rumpun bambu yang potensial dipanen, harga perubahan, dan batas keuntungan. Menurut Davis dan Johnson 1987, untuk memperkirakan nilai tegakan bambu stumpage value adalah: NT = HP - Bp + Bo + S - BKR ..........................................................................2 Keterangan: NT = Nilai tegakan sumberdaya bambu Rptahun HP = Harga jual produk akhir Rptahun Bp = Biaya pemanenan Rptahun Bo = Biaya pengolahan Rptahun S = Penyusutan Rptahun BKR = Batas keuntungan dan resiko usaha Rptahun dengan rumus sebagai berikut: BKR = ...................................................................................................3 Rk = Rasio keuntungan 4.6.2 Nilai Pencegahan Erosi NPE Menurut penelitian yang telah dilakukan Sutono et al. 2003, Rasyid 2005, Supriatna 2006, dan Irawan 2007, metode biaya pengganti replacement cost method dapat digunakan untuk menilai sumberdaya atau lahan sebagai pencegah erosi. Tahapan dalam menentukan NPE sumberdaya bambu di Kecamatan Sajira adalah sebagai berikut. 1. ∆ erosi = Kemampuan lahan bambu menahan laju erosi tonhathn = Laju erosi lahan non bambu - laju erosi areal bambu 2. Kandungan unsur hara yang hilang = ∆ erosi x kandungan unsur hara awal 3. Menghitung jumlah pupuk yang ekivalen dengan kandungan unsur hara yang hilang 4. Nilai pencegahan erosi didekati dengan biaya pengganti yaitu harga pupuk yang dibutuhkan untuk mengembalikan kandungan unsur hara yang hilang 5. Nilai pencegahan erosi total NPET = NPE x luas areal bambu Menurut Wischmeier dan Smith 1978, pendugaan laju erosi dapat dihitung dengan model USLE Universal Soil Loss Equation sebagai berikut: A = R x K x L x S x C x P ....................................................................................4 Keterangan: A = Banyaknya tanah tererosi tonhatahun; R = Faktor curah hujan, yaitu jumlah satuan indeks erosi hujan yang merupakan perkalian antara energi hujan total E dengan intensitas hujan maksimum 30 menit I 30 ; K = Faktor erodibilitas tanah, yaitu laju erosi per unit indeks erosi untuk suatu tanah yang diperoleh dari petak homogen percobaan standar, dengan panjang 72.6 kaki 22 m terletak pada lereng 9 tanpa tanaman; L = Faktor panjang lereng 9, yaitu nisbah erosi dari tanah dengan panjang lereng tertentu dan erosi dari tanah dengan panjang lereng 72.6 kaki 22 m di bawah keadaan yang identik; S = Faktor kecuraman lereng, yaitu nisbah antara besarnya erosi dari suatu tanah dengan kecuraman lereng tertentu, terhadap besarnya erosi dari tanah dengan lereng 9 di bawah keadaan yang identik; C = Faktor vegetasi penutup tanah dan pengelolaan tanaman, yaitu nisbah antara besarnya erosi dari suatu areal dengan vegetasi penutup dan pengelolaan tanaman tertentu terhadap besarnya erosi dari tanah yang identik tanpa tanaman; P = Faktor tindakan konservasi tanah, yaitu nisbah antara besarnya erosi tanah yang diberi perlakuan tindakan konservasi tanah seperti pengelolaan menurut kontur, penanaman dalam strip atau teras terhadap besarnya erosi dari tanah yang diolah searah lereng dalam keadaan yang identik.

4.6.3 Nilai Stok Karbon NSK

Penentuan nilai stok karbon menggunakan pendekatan harga karbon yang berlaku di pasar internasional, menggunakan formula sebagai berikut: NSK = Skb x Hk ...................................................................................................5 Keterangan: NSK = Nilai stok karbon Rp Hk = Harga karbon Rpt C Skb = Stok karbon bambu g Cbatang Harga karbon diasumsikan sebesar US 9.12t C Asmani et al., 2010 atau apabila nilai US 1 setara dengan Rp 11 000, maka harga karbon sekitar Rp 100 320ton. Menurut Suprihatno et al. 2012, pendugaan stok karbon bambu Skb didapat dari model alometrik berbentuk polinomial pada persamaan sebagai berikut: Y = -274.64 + 362.45X – 59.81X 2 + 3.1595X 3 .....................................................6 Keterangan: Y Skb = Stok karbon bambu g Cbatang X = Tinggi tanaman m Persamaan ini dipilih karena memiliki nilai korelasi R 2 tinggi yaitu 0.87 yang artinya dengan peningkatan tinggi tanaman maka akan semakin meningkatkan stok karbon bambu Skb. Persamaan ini menghasilkan besaran Skb yang kemudian dikalikan dengan jumlah bambu keseluruhan Skbt dan jumlah bambu masak tebang Skbmt. Besarnya stok karbon bambu sisa Skbs diperoleh dari selisih antara Skbt dengan Skbmt. 4.6.4 Contingent Valuation Method CVM Contingent valuation method CVM merupakan metode valuasi sumber daya alam dan lingkungan SDAL dengan cara menanyakan secara langsung kepada konsumen tentang nilai manfaat SDAL yang mereka rasakan. Metode ini dilakukan dengan survei untuk menanyakan masyarakat tentang nilai atau harga yang mereka berikan terhadap komoditas yang tidak memiliki pasar seperti barang lingkungan. Asumsi dasar dari metode ini adalah nilai suatu barang dan jasa merupakan fungsi dari karakteristiknya.