Manfaat sosial, ekonomi, dan budaya

Kuning, Bambu Betung, Bambu Rengen, Bambu Pagar, dan Bambu Tamiang. • Peningkatan ekonomi petani bambu lebih besar diperoleh dari hasil pertanian atau perkebunan dibandingkan dengan hasil tanaman bambu. Hal ini dikarenakan nilai jual bambu yang rendah. Pendapatan petani bambu dari tanaman bambu adalah sebesar Rp 13 168 000,- sedangkan pendapatan dari hasil selain bambu yaitu Rp 21 288 000,- • Distribusi pemasaran bambu di Kelurahan Berngam terdiri dari enam tingkat yaitu produsen petani bambu, pengumpul I, pengumpul II, pengrajin, pedagang panglong, dan yang terakhir konsumen. Margin Keuntungan Profit Margin yang terbesar pada pengrajin bambu yakni sebesar Rp 122 400 000,- sedangkan Margin Keuntungan Profit Margin yang terkecil pada pengumpul I dan pengumpul II yaitu Rp 4 900 000,- 2. Potensi Ekonomi dan Pengusahaan Hutan Rakyat Bambu di Desa Pondok Buluh, Kecamatan Dolok Panribuan, Kabupaten Simalungun, 2011. Adapun hasil penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: • Sistem pengelolaan hutan rakyat bambu di Desa Pondok Buluh yaitu tidak melakukan persiapan lahan pada penanaman, penanaman dilakukan pada tahun 80-an dengan tunas dan jarak tanam 3x3 m, pembersihan dilakukan dari tumbuhan pengganggu tanaman bambu seperti rumput dan tumbuhan yang melilit pada batang bambu, pemanenan bambu pertama kali dilakukan pada saat umur bambu tiga tahun dan pemanenan selanjutnya dilakukan jika umur bambu 3-5 bulan. • Potensi bambu yang terdapat di Desa Pondok Buluh sebesar 117 rumpunha, dimana terdapat 5 449 batangha, banyaknya tanaman non bambu yaitu 34 batangha dan untuk bambu permudaan ada 19 batangha. Jumlah batang tiap rumpun KR pada hutan rakyat bambu di Desa Pondok Buluh sebesar 46 batangha dengan produksi bambu 115 030 batangtahun. • Produk utama yang dihasilkan oleh masyarakat Desa Pondok Buluh yaitu bambu belah. Saluran pemasaran produk Hutan rakyat bambu yang berupa bambu belah terdiri dari lima pola distribusi. Dimana lembaga pemasarannya terdiri dari petani, pengumpul 1 petani sekaligus agen lokal, pengumpul II agen yang datang dari luar desa, pengumpul III pengusahapanglong, dan konsumen akhir masyarakat. Pola distribusi yang paling efisien adalah pola distribusi 5. Matriks hasil penelitian terdahulu tentang pemanfaatan dan pengembangan bambu dapat dilihat pada Tabel 2.1. Adapun yang membedakan antara penelitian terdahulu mengenai pemanfaatan bambu hanya merupakan kajian faktor-faktor produksi, inventarisasi, potensi ekonomi maupun teknologi pengolahannya. Penelitian mengenai valuasi ekonomi terhadap sumberdaya bambu belum pernah dilakukan. Sementara pada penelitian ini, akan dilakukan valuasi ekonomi sumberdaya bambu di Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, Banten sehingga nilai ekonomi tangible dan intangible sumberdaya bambu dapat diketahui.