Penelitian Terdahulu yang Relevan

Keterangan: : Metode Analisis Gambar 3.1 Diagram alir kerangka pikir penelitian Sumberdaya bambu di Kec. Sajira, Kab. Lebak, Banten Nilai guna langsung Nilai ekonomi total sumberdaya bambu di Kec. Sajira, Kab. Lebak, Banten Nilai tegakan bambu Perumusan Masalah : 1. Berapa besar nilai guna langsung direct use value sumberdaya bambu di Kec. Sajira, Kab. Lebak? 2. Berapa besar nilai guna tidak langsung indirect use value sumberdaya bambu untuk nilai stok karbon dan nilai pencegahan erosi di Kec. Sajira, Kab. Lebak? 3. Berapa besar nilai pilihan option value sumberdaya bambu di Kec. Sajira, Kab. Lebak? 4. Berapa besar nilai ekonomi total total economic value sumberdaya bambu di Kec. Sajira, Kab. Lebak? Rekomendasi kepada Pemerintah Daerah dan Pusat di Kec. Sajira, Kab. Lebak, Banten Pendekatan nilai sisa turunan CVM dan regresi tobit Penilaian harga pasar dan biaya pengganti Nilai stok karbon dan nilai pencegahan erosi Nilai pelestarian bambu lesser known species Nilai guna tidak langsung Nilai pilihan 4 METODE PENELITIAN

4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Kegiatan penelitian dilaksanakan di 15 desa Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak. Penelitan dimulai dari Januari sampai dengan Agustus 2013. Peta lokasi penelitian terdapat pada Gambar 4.1. Berdasarkan data rekapitulasi potensi dan produksi bambu dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Lebak tahun 2012, luasan areal tegakan bambu secara keseluruhan di Kecamatan Sajira sebesar 140 ha. Gambar 4.1 Peta lokasi penelitian di Kecamatan Sajira

4.2 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan dua macam data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan terdiri dari: 1. Data sosial ekonomi masyarakat, meliputi: umur, mata pencaharian, jumlah anggota keluarga, tingkat pendapatan, dan tingkat pendidikan masyarakat. 2. Data nilai ekonomi sumberdaya bambu, meliputi: 1 Nilai guna langsung nilai sisa turunan a. Data umum kebun bambu: luas pemilikan lahan, status lahan, jenis tanaman bambu, jumlah rumpun bambu, dan jumlah batang per rumpun. b. Data pemungutan produksi hasil kebun bambu: usia panen, frekuensi panen, jumlahbanyaknya produksi dikonsumsi atau dijual. c. Data kegiatan pemungutan produksi hasil kebun bambu dan biayanya: biaya pemanenan, biaya bahan, biaya penyusutan peralatan, biaya transportasi biaya pengangkutan, dan biaya lainnya. 2 Nilai guna tidak langsung nilai stok karbon dan nilai pencegahan erosi a. Nilai stok karbon: pendugaan stok karbon jumlah bambu per rumpun, jumlah bambu per rumpun yang dipanen, dan harga karbon. b. Nilai pencegahan erosi: pendugaan laju erosi kebun bambu dan lahan non bambu sawah, ladang, dan semak, kandungan unsur hara tanah daerah penelitian pada kebun bambu dan harga pupuk. Data sekunder diperoleh melalui penelusuran pustaka melalui buku, jurnal ilmiah, dokumen, internet, dan tulisan-tulisan yang relevan dengan topik penelitian ini. Data sekunder yang dikumpulkan terdiri dari: 1. Kondisi wilayah: letak dan luas, ketinggian, keadaan iklim, penggunaan lahan, keadaan topografi, jenis tanah, luas tanah, curah hujan, kelerengan lahan. 2. Keadaan penduduk: jumlah penduduk dan keluarga, luas desa, komposisi umur penduduk, jenis kelamin, pendidikan, dan mata pencaharian. 3. Rekapitulasi potensi dan produksi bambu: luas lahan, jenis bambu, jumlah rumpun dan batang bambu, produksi bambu per tahun.

4.3. Metode Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian sebagai berikut: 1. Studi literatur, dilakukan untuk mendapatkan data mengenai keadaan umum lokasi penelitian, iklim, keadaan tanah, curah hujan, jenis penutupan tanah, topografi, kelerengan lahan serta jumlah penduduk dan keluarga secara keseluruhan. 2. Melakukan observasi dan analisis pengelolaan bambu yang ada di lapangan. 3. Wawancara dan diskusi dilakukan secara terstruktur dan bebas. Secara terstruktur dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan, sedangkan bebas dilakukan tanpa menggunakan kuesioner mengenai hal-hal terkait dengan penelitian. 4. Pengambilan sampel tanah pada penutupan lahan kebun bambu untuk memperoleh data mengenai kandungan unsur hara tanah sebagai data pendukung nilai guna tidak langsung nilai pencegahan erosi. 5. Keselurahan data, baik data primer maupun sekunder selanjutnya ditabulasikan sesuai dengan kebutuhan sebelum dilakukan analisis data.

4.4 Metode Pengambilan Sampel

Penentuan sampel responden menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria memiliki kebun bambu atau memproduksi bambu. Identifikasi responden dengan kriteria tersebut menggunakan snowball technique, pertama- tama dipilih satu atau dua orang petani yang memiliki kebun bambu sebagai responden, kemudian dari informasi responden tersebut dipilih responden lain yang juga memiliki kebun bambu dan informasi terkait penelitian ini. Hal ini dilakukan sampai jumlah responden setiap desa terpenuhi. Besarnya sampel responden dihitung menggunakan formula Slovin Cochran, 1977, pada jumlah penduduk Kecamatan Sajira: z 2 n = = ………………………………………….1 N z 2 + Ne 2 1 + Ne = proporsi populasi diasumsikan 0,5 e = presisi relatif 10 N = jumlah populasi Data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Lebak Tahun 2012, menunjukkan jumlah kepala keluarga KK di Kecamatan Sajira sebanyak 13 120 KK. Berdasarkan formula di atas maka sampel responden yang diambil sebanyak 99 KK dari 15 desa. Jumlah responden tiap desa ditentukan secara proporsional terhadap jumlah penduduk desa dengan rincian sebagai berikut. 2 Keterangan: n = ukuran sampel z = deviasi normal standar pada α = 5 diasumsikan 2 1. Desa Maraya = 1 07213 120 x 99 = 9 KK 2. Desa Margaluyu = 1 05613 120 x 99 = 8 KK 3. Desa Sukamarga = 86713 120 x 99 = 7 KK 4. Desa Sindangsari = 81213 120 x 99 = 6 KK 5. Desa Sajira Mekar = 72813 120 x 99 = 6 KK 6. Desa Sajira = 69813 120 x 99 = 6 KK 7. Desa Sukarame = 81913 120 x 99 = 6 KK 8. Desa Calungbungur = 78613 120 x 99 = 6 KK 9. Desa Sukajaya = 68513 120 x 99 = 6 KK 10. Desa Paja = 49613 120 x 99 = 4 KK 11. Desa Mekarsari = 76413 120 x 99 = 6 KK 12. Desa Pajagan = 94413 120 x 99 = 7 KK 13. Desa Parungsari = 1 01213 120 x 99 = 8 KK 14. Desa Bungur Mekar = 58713 120 x 99 = 5 KK 15. Desa Ciuyah = 1 07113 120 x 99 = 9 KK Metode bertanya kepada responden yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan pendekatan pertanyaan langsung atau terbuka direct open ended. Pendekatan pertanyaan langsung direct open ended digunakan dengan cara memberikan pertanyaan langsung berapa nilai atau harga maksimum yang sanggup dibayarkan Willingness to PayWTP responden untuk melindungi jenis bambu lesser known species tersebut. Menurut Tresnadi 2000, keuntungan metode ini adalah tidak adanya petunjuk pemberian harga tawaran awal terhadap barang lingkungan yang diberikan dalam kuesioner, yang mungkin dapat menyatakan nilai barang lingkungan. Selain itu, metode ini dapat dipergunakan dalam survei surat, telepon dan wawancara.

4.5 Identifikasi Data yang diperlukan dan Metode Analisis yang digunakan

Tabel 4.1 menunjukkan identifikasi data yang diperlukan dan metode analisis yang digunakan dalam penelitian “Nilai ekonomi total sumberdaya bambu studi kasus di Kecamatan Sajira Kabupaten Lebak, Banten”. Tabel 4.1 Identifikasi data yang diperlukan dan metode analisis yang digunakan Penilaian Data Metode analisis Sumber data - NT Produksi bambu, jumlah barang, biaya pengeluaran dan harga pasar produk akhir Nilai sisa turunan Data primer dan data sekunder - NPE Laju erosi tanah, kandungan unsur hara tanah erosi, dan harga pupuk Biaya pengganti Data primer dan data sekunder - NSK Luas areal bambu, tinggi bambu, jumlah rumpun batang, dan harga karbon Harga pasar Data primer dan data sekunder - NP Kelestarian sumberdaya bambu lesser known species di masa yang akan datang Metode kontingensi CVM dan analisis regresi tobit Data primer Keterangan: NET: Nilai ekonomi total, NT: Nilai tegakan, NPE: Nilai pencegahan erosi, NSK: Nilai stok karbon, NP: Nilai pilihan

4.6 Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan pendekatan nilai sisa turunan, pendekatan biaya pengganti, penilaian harga pasar, CVM, dan regresi tobit. Sedangkan proses pengolahan data menggunakan program SAS. 4.6.1 Nilai Tegakan Sumberdaya Bambu Nilai tegakan bambu merupakan nilai potensial batang bambu yang dipanen dari rumpun bambu sering disebut nilai tegakan bambu. Metode analisis sangat sering digunakan untuk menentukan nilai tegakan melalui pendekatan nilai sisa turunan atau investasi Noor et al., 2007b. Pada pendekatan nilai sisa turunan, nilai keberadaan bambu dijumlahkan secara berbeda antara harga jual produk yang terbuat dari bambu dan cabutan untuk biaya pengolahan pasar termasuk batas keuntungan dan resiko. Parameter- parameter ini mengharuskan untuk menghitung nilai termasuk harga jual, jumlah rumpun bambu yang potensial dipanen, harga perubahan, dan batas keuntungan. Menurut Davis dan Johnson 1987, untuk memperkirakan nilai tegakan bambu stumpage value adalah: NT = HP - Bp + Bo + S - BKR ..........................................................................2 Keterangan: NT = Nilai tegakan sumberdaya bambu Rptahun HP = Harga jual produk akhir Rptahun Bp = Biaya pemanenan Rptahun Bo = Biaya pengolahan Rptahun S = Penyusutan Rptahun BKR = Batas keuntungan dan resiko usaha Rptahun dengan rumus sebagai berikut: BKR = ...................................................................................................3 Rk = Rasio keuntungan 4.6.2 Nilai Pencegahan Erosi NPE Menurut penelitian yang telah dilakukan Sutono et al. 2003, Rasyid 2005, Supriatna 2006, dan Irawan 2007, metode biaya pengganti replacement cost method dapat digunakan untuk menilai sumberdaya atau lahan sebagai pencegah erosi. Tahapan dalam menentukan NPE sumberdaya bambu di Kecamatan Sajira adalah sebagai berikut. 1. ∆ erosi = Kemampuan lahan bambu menahan laju erosi tonhathn = Laju erosi lahan non bambu - laju erosi areal bambu 2. Kandungan unsur hara yang hilang = ∆ erosi x kandungan unsur hara awal 3. Menghitung jumlah pupuk yang ekivalen dengan kandungan unsur hara yang hilang 4. Nilai pencegahan erosi didekati dengan biaya pengganti yaitu harga pupuk yang dibutuhkan untuk mengembalikan kandungan unsur hara yang hilang 5. Nilai pencegahan erosi total NPET = NPE x luas areal bambu Menurut Wischmeier dan Smith 1978, pendugaan laju erosi dapat dihitung dengan model USLE Universal Soil Loss Equation sebagai berikut: A = R x K x L x S x C x P ....................................................................................4 Keterangan: A = Banyaknya tanah tererosi tonhatahun; R = Faktor curah hujan, yaitu jumlah satuan indeks erosi hujan yang merupakan perkalian antara energi hujan total E dengan intensitas hujan maksimum 30 menit I 30 ; K = Faktor erodibilitas tanah, yaitu laju erosi per unit indeks erosi untuk suatu tanah yang diperoleh dari petak homogen percobaan standar, dengan panjang 72.6 kaki 22 m terletak pada lereng 9 tanpa tanaman; L = Faktor panjang lereng 9, yaitu nisbah erosi dari tanah dengan panjang lereng tertentu dan erosi dari tanah dengan panjang lereng 72.6 kaki 22 m di bawah keadaan yang identik;