Nilai Pilihan Total Economic Value of Bamboo Resources Case Study in Sajira subregency, Lebak Regency, Banten

manfaat bambu berkorelasi positif terhadap keinginan untuk mempertahankan atau melestarikan bambu surat. Selain itu, terdapat juga variabel independen yang berpengaruh tidak nyata baik pada tingkat kepercayaan 99, 95, 90, dan 85 yaitu usia, anggota keluarga, pekerjaan sebagai petani, buruh, supir, dan swasta, tingkat pendidikan, anggota keluarga, serta jenis kelamin. Variabel-variabel tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap nilai WTP pilihan artinya pengaruh dari variabel tersebut terhadap kecenderungan responden dalam memberikan penilaian WTP pilihan tidak terlalu signifikan.

5.7 Nilai Ekonomi Total

Nilai ekonomi total sumberdaya bambu merupakan penjumlahan dari nilai guna langsung nilai tegakan sumberdaya bambu, nilai guna tidak langsung nilai stok karbon dan nilai pencegahan erosi, dan nilai pilihan. Berdasarkan hasil kuantifikasi nilai ekonomi sumberdaya bambu di Kecamatan Sajira, maka nilai ekonomi total sumberdaya bambu tersebut diperoleh sebesar Rp 40 604 871 840. Nilai ekonomi total sumberdaya bambu Kecamatan Sajira dapat dilihat pada Tabel 5.20. Tabel 5.20 Nilai ekonomi total sumberdaya bambu di Kecamatan Sajira No. Jenis manfaat Nilai ekonomi Rp Persentase 1 Nilai guna langsung Nilai tegakan sumberdaya bambu 39 602 675 700 97.53 2 Nilai guna tidak langsung Nilai stok karbon 224 840 000 0.55 Nilai pencegahan erosi 695 341 881 1.71 3 Nilai pilihan 82 014 259 0.20 Nilai ekonomi total 40 604 871 840 100 Pada Tabel 5.20 menunjukkan bahwa nilai guna langsung berupa nilai tegakan sumberdaya bambu mempunyai nilai ekonomi per tahun paling tinggi diantara nilai manfaat lainnya, yaitu sebesar Rp 39 602 675 700 97.53. Selain itu, diketahui juga bahwa sumberdaya bambu di Kecamatan Sajira memberikan manfaat tidak langsung berupa nilai stok karbon dan nilai pencegahan erosi yaitu sebesar Rp 920 181 881 2.26. Sedangkan nilai pilihan terhadap bambu lesser known species yakni bambu surat G. pseudoarundinacae sebesar Rp 82 014 259 0.20. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang cukup besar antara nilai ekonomi bambu yang dimanfaatkan secara langsung dibandingkan dengan manfaat bambu secara tidak langsung maupun nilai pilihannya. Hal ini menunjukkan bahwa sumberdaya bambu memiliki peranan penting dalam memberikan kontribusi ekonomi secara langsung dalam menopang kehidupan masyarakat di Kecamatan Sajira. Selain itu, dengan rendahnya nilai pilihan menunjukkan masih kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan.

5.8 Implementasi Nilai Ekonomi

Keberadaan bambu di Kecamatan Sajira telah memberikan manfaat yang penting bagi masyarakat, baik secara berwujud tangible maupun tidak berwujud intangible. Berdasarkan nilai guna langsung direct use value, sumberdaya bambu telah memberikan kontribusi pada perekonomian masyarakat Sajira. Hal ini dapat dilihat pada nilai ekonomi total tegakan bambu yang diperoleh dari hasil penjualan bambu, baik gelondongan maupun kerajinan tangan sebesar Rp 39.60 milyar. Besarnya nilai ekonomi ini mengindikasikan bahwa nilai ekonomi keberadaan tegakan bambu dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kecamatan Sajira. Apabila dilihat dari nilai guna tidak langsung, keberadaan tegakan bambu memiliki peranan penting terhadap lingkungan yaitu sebagai stok karbon dan pencegah erosi. Sumberdaya bambu di Kecamatan Sajira memiliki stok karbon sebesar 16 tonha dengan nilai stok karbon yang dihasilkan sebesar dengan Rp 224 840 000. Besarnya stok karbon berpengaruh pada udara yang bersih yang dihasilkan di daerah sekitar tegakan bambu. Begitu juga dengan kemampuan bambu dalam mencegah erosi, dimana penutupan lahan bambukebun campuran dapat menahan laju erosi sebesar 140.51 tonhatahun dibandingkan penutupan lahan berupa ladang, dan mampu menahan laju erosi sebesar 28.10 tonhatahun jika dibandingkan dengan penutupan lahan berupa semak, sehingga dapat menghasilkan nilai pencegahan erosi sebesar Rp 695 341 881. Hasil ini menunjukkan bahwa keberadaan bambu memiliki peranan penting secara ekologis bagi wilayah Kecamatan Sajira. Mengingat salah satu tujuan program pengelolaan bambu nasional adalah memperbaiki lahan kritis, maka lokasi penanaman bambu diprioritaskan di daerah-daerah kritis dan marginal seperti daerah-daerah tandus dan sempadan sungai. Selain itu, penanaman bambu di pekarangan atau kebun campuran dianjurkan agar mensejahterakan masyarakat setempat serta dapat tetap mengkonservasikan tanah. Secara umum, nilai ekonomi total sumberdaya bambu di Kecamatan Sajira sebesar Rp 40 604 871 840 menunjukkan bahwa keberadaan bambu tidak hanya penting bagi kelangsungan perekonomian masyarakat Kecamatan Sajira, tetapi juga penting bagi lingkungan. Berdasarkan rujukan Pearce et al. 2002, nilai ekonomi total total economic value sumberdaya bambu Kecamatan Sajira dapat dilihat dalam bentuk skema yang terdapat pada Gambar 5.9 sebagai berikut: Gambar 5.9 Diagram nilai sumberdaya bambu Kecamatan Sajira Pengelolaan bambu secara nasional yang mencakup aspek pelestarian dan pemanfaatan secara berkelanjutan adalah merupakan bagian dari implementasi UU No. 231997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup PLH, UU No. 51994 tentang ratifikasi konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB tentang keanekaragaman hayati dan strategi nasional pengelolaan keanekaragaman hayati yang juga mencakup beberapa aspek yaitu mempertahankan pemanfaatan, melestarikan potensi, mempelajari ilmu dan pengetahuan serta menetapkan kebijakan pengelolaan keanekaragaman hayati bambu. Nilai ekonomi bambu berupa stok karbon dan pencegahan erosi juga selaras dengan pemikiran masyarakat untuk melestarikan keberadaan bambu. Hal ini terlihat pada nilai pilihan hasil wawancara responden. Masyarakat menginginkan keberadaan bambu akan terus berlanjut walaupun masyarakat hanya bersedia membayar dengan nilai yang cukup rendah untuk keberadaaan bambu tersebut. Perlu ada kebijakan pemerintah untuk mendukung upaya masyarakat dalam mengoptimalkan pemanfaatan tegakan bambu dengan menjaga kelestariannya agar dapat dimanfaatkan secara berkesinambungan. Nilai ekonomi total sumberdaya bambu Rp 40 604 871 840 Nilai guna Nilai bukan guna Penggunaan aktual: • Langsung - Nilai tegakan Rp 39 602 675 700 • Tidak langsung - Nilai stok karbon Rp 224 840 000 - Nilai pencegahan erosi Rp 695 341 881 Nilai pilihan • Pelestarian bambu surat Rp 82 014 259 Nilai keberadaan 6 SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Simpulan hasil penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Nilai guna langsung NGL berupa nilai tegakan sumberdaya bambu yaitu sebesar Rp 39 602 675 700 97,53. Besarnya NGL daripada nilai lainnya menunjukkan bahwa masyarakat masih menjadikan bambu sebagai komoditas hasil hutan yang sangat penting, sehingga mereka mengeksploitasi sumberdaya bambu semaksimal mungkin untuk kesejahteraan mereka. Hal ini tergambarkan dari nilai tegakan sumberdaya bambu nilai produksi dengan produk akhir bambu bulat gelondongan dan kerajinan tangan anyaman masing-masing dengan nilai sebesar Rp 629 125 765tahun dan Rp 771 822 413tahun . 2. Lahan bambu selain berfungsi sebagai penghasil komoditas bambu juga menghasilkan jasa lingkungan. Nilai jasa lingkungan yang dihasilkan berupa nilai pencegahan erosi NPE dan nilai stok karbon NSK masing-masing sebesar Rp 695 341 881 1.71 dan Rp 224 840 000 0.55 dari nilai ekonomi totalnya. Hal ini menunjukkan bahwa sumberdaya bambu sebagai stok karbon menghasilkan jasa lingkungan yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan sumberdaya bambu sebagai pencegah erosi. Besarnya NSK dipengaruhi oleh tinggi tanaman sebagai parameter yang digunakan dalam menentukan besarnya cadangan karbon yang tersimpan pada sumberdaya bambu. Sedangkan besarnya NPE lahan bambu dipengaruhi oleh laju erosi yang dihasilkan oleh lahan bambu sebagai pengganti ladang dan lahan bambukebun campuran sebagai pengganti semak. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa NPE lahan bambukebun campuran sebagai ladang sebesar Rp 4 966 728ha, sedangkan NPE lahan bambukebun campuran sebagai semak sebesar Rp 996 129ha. Mengingat salah satu tujuan program pengelolaan bambu nasional adalah memperbaiki lahan kritis, maka lokasi penanaman bambu diprioritaskan di daerah-daerah kritis dan marginal seperti daerah-daerah tandus dan sempadan sungai. Selain itu, penanaman bambu di pekarangan atau kebun campuran dianjurkan agar mensejahterakan masyarakat setempat serta dapat tetap mengkonservasikan tanah. 3. Nilai kesediaan masyarakat untuk membayar pelestarian terhadap jenis bambu surat G. pseudoarundinacae yaitu sebesar Rp 82 014 259. Variasi nilai WTP pilihan tersebut dipengaruhi oleh asal daerah, pekerjaan sebagai wiraswasta, pekerjaan sebagai peternak, pekerjaan sebagai PNS, tingkat pendapatan, dan pengetahuan terhadap manfaat sumberdaya bambu. Variabel pengetahuan terhadap manfaat sumberdaya bambu memiliki tingkat kepercayaan paling tinggi diantara variabel lainnya yaitu 99. 4. Nilai ekonomi total NET yang dihasilkan sumberdaya bambu yaitu sebesar Rp 40 604 871 840. Hal ini mengindikasikan bahwa sumberdaya bambu memiliki peranan penting bagi kehidupan masyarakat disekitarnya. Besarnya NET yang ada tersebut merupakan sebuah pendekatan untuk mengetahui potensi sumberdaya bambu yang terdapat di Kecamatan Sajira. NET yang telah didapatkan merupakan nilai yang ada saat penelitian dilakukan. Nilai tersebut belum termasuk nilai keberadaan sumberdaya bambu yang ada di Kecamatan Sajira. Dengan NET tersebut pemerintah seharusnya dapat menjaga kelestarian sumberdaya bambu dan meningkatkan produktivitasnya tanpa merusak lingkungan.

6.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian dan pengembangan terhadap produk akhir bambu, sehingga nantinya dapat memberikan nilai tambah sumberdaya bambu. 2. Perlu adanya bantuan modal dari pemerintah kepada masyarakat pemilik dan pengrajin bambu, sehingga dapat meningkatkan kapasitas hasil produksi atau produk kerajinan bambu. 3. Pemerintah perlu turut serta memasarkan produk bambu yang dihasilkan masyarakat agar pemasaran produk bambu lebih meluas dan berkembang di daerah lain. 4. Perlu peningkatan kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia agar masyarakat sadar dan mampu mengelola secara mandiri sumberdaya bambu yang dapat meningkatkan kesejahteraan dan kelestarian lingkungan hidup.