Penilaian Status Gizi Jenis dan Parameter Status Gizi

Tabel 2.6 Kriteria status gizi berdasarkan nilai LILA. Parameter Pengukuran Gizi Baik Gizi Kurang Gizi Buruk LILA 13.5 cm 12.5 – 13.5 cm 12.5 cm tangan kiri, sedangkan pada anak yang kidal dilakukan pengukuran pada lengan kanan. Interpretasi nya dapat dilihat pada Tabel 2.6. Gambar 2.1 menyajikan kecenderungan prevalensi status gizi anak balita menurut ketiga indeks BBU, TBU, dan BBTB. Terlihat prevalensi gizi buruk dan gizi kurang meningkat dari tahun 2007 ke tahun 2013. Prevalensi sangat pendek turun 0.8 persen dari tahun 2007, tetapi prevalensi pendek naik 1.2 persen dari tahun 2007. Prevalensi sangat kurus turun 0.9 persen tahun 2007. Prevalensi kurus turun 0.6 persen dari tahun 2007. Prevalensi gemuk turun 2.1 persen dari tahun 2010 dan turun 0.3 persen dari tahun 2007 Riskesdas 2013. Gambar 2.2 menyajikan kecenderungan prevalensi status gizi gabungan indikator TBU dan BBTB secara nasional. Berdasarkan Riskesdas 2007, 2010, dan 2013 terlihat adanya kecenderungan bertambahnya prevalensi anak balita pendek-kurus, bertambahnya anak balita pendek-normal 2.1 dan normal- gemuk 0.3 dari tahun 2010. Sebaliknya, ada kecenderungan penurunan prevalensi pendek-gemuk 0.8, normal-kurus 1.5 dan normal-normal 0.5 dari tahun 2010 Riskesdas 2013. Data baku WHO-NCHS indeks BBU, TBU, dan BBTB disajikan dalam dua versi, yakni persentil dan skor simpang baku standart deviation score = z. Gizi anak di negara-negara yang populasinya relatif baik, sebaiknya digunakan persentil, sedangkan di negara untuk anak yang populasinya relatif kurang, lebih Gambar 2.1 Kecenderungan prevalensi status gizi pada balita Indonesia 2007, 2010 dan 2013 baik menggunakan skor simpang baku SSB sebagai persen terhadap baku rujukan Depkes RI 2004. Gambar 2.2 Kecenderungan prevalensi status gizi balita menurut gabungan indikator TBU dan BBTB di Indonesia 2007, 2010, dan 2013. 3 BAHAN DAN METODE

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan adalah desain studi deskriptif cross sectional, yaitu suatu penelitian di mana variabel-variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus dalam waktu yang bersamaan Notoatmodjo, 2002. Penelitian dilakukan melalui wawancara terstruktur menggunakan kuesioner dan lembar food recall 1x24 jam untuk melihat karakteristik dan gambaran pola pemberian makan dan asupan makanan pada balita usia 24-59 bulan di posyandu Kelapa Gading dan Sukapura tahun 2015. Data antropometri diperoleh dengan melakukan pengukuran yang meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan, dan lingkar lengan bagian atas dari balita yang dimiliki oleh responden. Wawancara dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh asisten peneliti enumerator. Validasi pertanyaan pada kuesioner dan pelatihan enumerator dilakukan terlebih dahulu sebelum melakukan pengambilan data pada balita usia 24-59 bulan di posyandu Kelapa Gading dan Sukapura tahun 2015.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2015 di posyandu Sukapura dan Kelapa Gading, Jakarta Utara. Pemilihan dua posyandu ini berdasarkan data demografi yang diperoleh dari masing-masing puskesmas yang mewakili dua wilayah dengan latar belakang ekonomi yang berbeda. Posyandu Sukapura dipilih untuk mewakili wilayah dengan kondisi sosial ekonomi menengah ke bawah, merupakan wilayah perumahan yang padat penduduk dan terdapat banyak industri garmen di sekitar perumahan warga. Posyandu Kelapa Gading dipilih untuk mewakili wilayah dengan kondisi sosial ekonomi menengah ke atas, merupakan wilayah perumahan kompleks tentara nasional Indonesia TNI angkatan laut AL dan posyandu ini merupakan salah satu posyandu berprestasi yang ada di wilayah Kelapa Gading.

3.3 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah: kuesioner, grafik pertumbuhan menurut WHO, dan KMS balita. Alat yang digunakan adalah: timbangan berat badan merek SMIC ZT 120 dengan kapasitas maksimal 120 kilogram, pengukur tinggi badan merek SMIC ZT 120 dengan maksimal tinggi 190 cm, dan pita ukur LILA dari bahan fiberglass. Data yang dikumpulkan meliputi: data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui metode kuesioner dan wawancara. Data primer yang dikumpulkan meliputi identitas responden nama balita, umur, jenis kelamin, alamat, pengetahuan gizi ibu, pola asuh kesehatan anak balita, pola asuh diri anak balita, dan data food recall 1x24 jam. Data antropometri diperoleh dengan melakukan pengukuran yang meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan, dan lingkar lengan bagian atas dari balita yang dimiliki oleh responden. Data sekunder diperoleh dari data KMS yang tersedia di posyandu untuk mendapatkan informasi apakah balita selalu mengikuti kegiatan posyandu mulai awal sampai dengan waktu sebelum dilaksanakannya penelitian. Data sekunder ini akan menjadi faktor inklusi dalam penelitian yang dapat membatasi data balita yang diperoleh akan dianalisis lebih lanjut atau tidak berdasarkan kelengkapan data KMS.

3.4 Prosedur Penelitian

Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini dimulai dengan pembuatan surat izin persetujuan pengambilan data awal dari Program Studi MPTP IPB. Populasi dalam penelitian ini adalah anak balita dan ibunya dari keluarga yang berdomisili di posyandu wilayah Sukapura dan posyandu di wilayah Kelapa Gading, Jakarta Utara. Dua posyandu ini dipilih untuk mewakili dua keadaan dengan status sosial ekonomi yang berbeda. Metode yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel adalah menggunakan rumus Slovin Sevilla et al 2007 sebagai berikut: dimana n: jumlah sampel N: jumlah populasi e: batas toleransi kesalahan error tolerance Jumlah balita yang berusia 24-59 bulan dari posyandu Kelapa Gading berjumlah 36 balita, jika menggunakan rumus Slovin maka diperoleh jumlah responden minimal 32 balita. Jumlah balita yang berusia 24-59 bulan dari posyandu Sukapura berjumlah 77 balita, jika menggunakan rumus Slovin maka diperoleh jumlah responden minimal 65 balita. Terdapat perbedaan jumlah responden antara posyandu Kelapa Gading dan Sukapura, karena pada posyandu Kelapa Gading secara keseluruhan, tidak semua balita datang ke posyandu untuk mengikuti kegiatan penimbangan rutin setiap bulan. Warga yang berada di sekitar posyandu Kelapa Gading banyak yang membawa balitanya ke dokter pribadi atau rumah sakit untuk pemeriksaan rutin setiap bulannya sehingga meskipun yang terdaftar di posyandu jumlah balitanya banyak, tetapi yang datang untuk penimbangan ke posyandu jumlahnya sedikit. Warga yang berada di sekitar posyandu Sukapura banyak yang membawa balitanya ke posyandu untuk pemeriksaan rutin setiap bulannya. Warga sangat memanfaatkan fasilitas yang diberikan oleh pemerintah karena harga pemeriksaan yang murah dan pelaksanaan posyandu berada dekat dengan wilayah tempat tinggal warga, sehingga jumlah balita antara yang terdaftar dengan yang datang ke posyandu saat penimbangan, sama jumlahnya. Oleh karena itu jumlah responden yang ditetapkan adalah mengikuti jumlah responden minimal yang berasal dari posyandu Kelapa Gading, yaitu sejumlah 35 responden. Prosedur pengambilan data meliputi: peneliti menjelaskan tujuan dari penelitian kemudian dilakukan penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, dan pengukuran lingkar lengan bagian atas dari balita. Setelah itu ibu dari n = N 1 + N e 2 balita diminta untuk mengisi atau menjawab setiap pertanyaan yang terdapat dalam lembar kuesioner serta dilakukan wawancara dengan ibu dari balita untuk memperoleh data food recall 1x24 jam dari balita.

3.5 Rancangan Percobaan

Analisis data dilakukan secara deskriptif. Pengolahan statistik deskriptif untuk memperoleh gambaran tentang karakteristik keluarga, tingkat kecukupan zat gizi, dan status gizi anak balita berdasarkan BBU. Untuk menguji hubungan pengetahuan gizi ibu, biaya pengeluaran pangan, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, tingkat kecukupan zat gizi terhadap status gizi anak balita dipergunakan uji korelasi Chi-square pada selang kepercayaan 95. Untuk mengetahui faktor- faktor apa saja yang berpengaruh terhadap status gizi anak balita dipergunakan analisis regresi logistik menggunakan program statistical package for social science SPSS. Faktor yang menjadi variabel independen terdiri dari lima variabel yaitu tingkat pengetahuan gizi ibu, biaya pengeluaran pangan, tingkat kecukupan zat gizi, pendidikan ibu dan pekerjaan ibu. Faktor dependen dalam analisis ini adalah status gizi berdasarkan antropometri BBU balita.

3.6 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dari penelitian ini berupa: 1. Konsumsi pangan melalui food recall 24 jam sebanyak dua kali ulangan. Ulangan pertama dilakukan pada saat akhir pekan weekend dan ulangan kedua dilakukan pada saat hari biasa weekdays. Hal ini dilakukan untuk mengetahui rata-rata asupan zat gizi balita. 2. Data antropometri anak balita yang meliputi berat badan, tinggi badan, dan lingkar lengan atas balita.

3.7 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara bertahap mulai dari data terkumpul di lapangan sampai siap untuk dianalisis. Terhadap data dari hasil pengumpulan di lapangan dilakukan tahap pengkodean coding dengan memberikan kode terhadap jawaban yang ada pada kuesioner yang bertujuan untuk mempermudah analisis data dan mempercepat proses entry data. Tahap pengeditan editing, yaitu memastikan semua pertanyaan telah dijawab oleh responden. Apabila ada data yang salah atau meragukan maka dapat ditelusuri kepada responden yang bersangkutan. Tahap pemasukan data ke dalam komputer entry data, data dimasukkan ke dalam program yang digunakan untuk mengolah data menggunakan komputer dan perangkat lunak yang sesuai. Tahap pembersihan data cleaning dengan cara melihat distribusi dan frekuensi setiap peubah. Apabila ada kesalahan memasukkan data ke dalam komputer, dilakukan pengecekan ulang pada kuesioner. Gambar 4.1 Keadaan geografis posyandu kelapa gading dan posyandu sukapura. 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Posyandu Kelapa Gading dan posyandu Sukapura berada di wilayah Jakarta Utara.

4.1.1 Keadaan Geografis

Posyandu Kelapa Gading dan posyandu Sukapura berada di wilayah kerja Suku Dinas Kesehatan Sudinkes Jakarta Utara. Batas wilayah untuk posyandu Kelapa Gading yaitu, Utara: Kali Pertamina Kelurahan Rawa Badak dan Kelurahan Tugu Selatan, Selatan: Jalan Perintis Kemerdekaan mulai Perempatan Coca Cola sampai dengan Jalan Dolog atau PT. Goro, Timur: Jalan Dolog Jaya – Jalan Pelepah Raya – Jalan Boulevard Utara Tersusun, Kelurahan Kelapa Gading Timur – Kelurahan Pegangsaan Dua, Barat: Jalan Yos Sudarso mulai Perempatan Coca Cola sampai dengan Jembatan Pertamina. Komposisi luas wilayah tersebut terdiri dari perumahan penduduk, mall, ruko, perkantoran, pergudangan, dan apartemen. Batas wilayah untuk Posyandu Sukapura yaitu, Utara: Laut Jawa, Selatan: Kecamatan Cakung, Timur: Kota administrasi Bekasi, Barat: Kecamatan Koja dan Kecamatan Kelapa Gading. Komposisi luas wilayah tersebut terdiri dari perumahan padat penduduk, pasar, ruko, pergudangan, dan pabrik garmen. Keadaan geografis posyandu kelapa gading dan posyandu sukapura dapat dilihat pada Gambar 4.1.

4.1.2 Keadaan Demografi

Kelurahan Kelapa Gading Barat terbagi dalam 22 Rukun Warga RW dari 22 RW tersebut enam RW merupakan komplek perumahan TNI AL, sepuluh RW merupakan komplek perumahan real estate, tiga RW merupakan apartemen, dan tiga RW merupakan perumahan perkampungan yang ada disepanjang Jalan Inspeksi Kali Sunter dan Jalan Rawa Sengon. Kelurahan Sukapura terbagi dalam 19 Rukun Warga RW dari 19 RW tersebut tujuh RW merupakan komplek perumahan sederhana, empat RW merupakan komplek perumahan real estate dan delapan RW merupakan perumahan perkampungan yang ada disepanjang Jalan Tipar Cakung dan Pegangsaan. Penduduk di wilayah Kelurahan Kelapa Gading Barat, Kecamatan Kelapa Gading, Kota Madya Kodya Jakarta Utara berjumlah 39,056 jiwa. Penduduk di wilayah Kelurahan Sukapura Kecamatan Cilincing, Kodya Jakarta Utara berjumlah 56,140 jiwa Dinas Kependudukan Jakarta Utara 2015. 4.2 Karakteristik Demografi 4.2.1 Usia dan Jenis Kelamin Balita Penilaian hasil pengukuran antropometri dapat berupa usia, berat badan, panjang badan jika usia kurang dari dua tahun atau tinggi badan jika usia dua tahun atau lebih, serta lingkar lengan atas LILA. Usia dalam bulan ditentukan dari tanggal lahir dan tanggal pengukuran antropometri. Dilakukan pembulatan ke atas bila lebih dari 15 hari dan demikian sebaliknya. Usia yang digunakan adalah menggunakan perhitungan bulan penuh sehingga keakuratan usia balita sangat diperlukan saat pengumpulan data. Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah Depkes RI 2004. Umur merupakan salah satu faktor yang penting untuk menentukan jumlah asupan yang dapat dikonsumsi balita, sehingga makanan yang dikonsumsi balita akan sesuai menurut umurnya, tidak kekurangan dan kelebihan, karena apabila balita mengonsumsi makanan kurang dari jumlah yang seharusnya secara kumulatif, balita tersebut bisa menjadi terlalu kurus atau bahkan sampai mengalami kurang energi protein KEP, sementara apabila terlalu berlebihan, balita akan menjadi kegemukan bahkan ada yang sampai obesitas. Semakin bertambah umur, kebutuhan zat gizi seseorang relatif lebih rendah untuk tiap kilogram berat badannya. Kebutuhan energi bayi atau balita 100-120 kkalkg berat badan, sedangkan pada orang dewasa 40-50 kkalkg berat badan. Hal ini dikarenakan pada usia balita terjadi pertumbuhan dan perkembangan sangat pesat Depkes RI 2003. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah usia balita pada kedua wilayah posyandu adalah sama, balita yang berusia 24-36 bulan berjumlah 15 balita dengan jumlah persentase sebesar 50 sedangkan untuk balita yang berusia 37-59 bulan berjumlah 20 balita dengan jumlah persentase sebesar 50. Jumlah jenis kelamin balita pada kedua wilayah posyandu adalah sama, balita laki-laki berjumlah 20 balita dengan jumlah persentase sebesar 50 sedangkan untuk balita perempuan berjumlah 15 balita dengan jumlah persentase sebesar 50. Data ditunjukkan pada Gambar 4.2, Gambar 4.3 dan Tabel 4.1.