Latar Belakang Pola Makan Dan Profil Status Gizi Anak Balita Di Posyandu Jakarta Utara

Diperkirakan pula bahwa anak perempuan relatif lebih banyak mengalami gangguan status gizi bila dibandingkan dengan anak laki-laki BPS 1999. 2.2 Penyediaan Menu Seimbang untuk Balita 2.2.1. Pengertian Makanan bagi Balita Pada dasarnya makanan bagi balita harus bersifat lengkap, artinya kualitas dari makanan harus baik dan kuantitas makanan pun harus cukup dan bergizi. Makanan harus mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan, dengan memperhitungkan: 1. Pada periode ini dibutuhkan penambahan konsumsi zat pembangun karena tubuh anak sedang berkembang pesat. 2. Bertambahnya aktivitas membutuhkan penambahan bahan makanan sebagai sumber energi. 3. Untuk perkembangan mentalnya anak membutuhkan lebih banyak lagi zat pembangun, terutama untuk pertumbuhan jaringan otak yang mempengaruhi kecerdasan, walaupun tak secara signifikan.

2.2.2. Pola Makan Sehat dan Seimbang

Menurut Harper 1986, pola makan dietary pattern adalah cara seseorang atau sekelompok orang dalam memilih pangan dan makanannya serta mengonsumsinya sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisiologi, psikologi, budaya, dan sosial. Pola makan dinamakan pula kebiasaan makan, kebiasaan pangan atau pola pangan Suhardjo 2003. Menu seimbang adalah menu yang terdiri dari beraneka ragam makanan dalam jumlah dan proporsi yang sesuai, sehingga memenuhi kebutuhan gizi seseorang guna pemeliharaan, perbaikan sel-sel tubuh, proses kehidupan serta pertumbuhan dan perkembangan Almatsier 2004. Pola menu seimbang adalah pengaturan makanan yang sehat dengan susunan hidangan menu sesuai dengan kebutuhan gizi esensial dalam jumlah yang ideal serta disesuaikan dengan daya toleransi anak. Dengan kata lain menu seimbang adalah menu yang kebutuhan gizinya sudah disesuaikan dengan golongan usia balita.

2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Makan Balita

Dalam hal pola makan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : 1. Pengetahuan Gizi Ibu Bila pengetahuan tentang bahan makanan yang bergizi masih kurang maka pemberian makanan untuk keluarga biasa dipilih bahan-bahan makanan yang hanya dapat mengenyangkan perut, tanpa memikirkan apakah makanan itu bergizi atau tidak, sehingga kebutuhan energi dan gizi masyarakat dan anggota keluarga tidak tercukupi. Bila ibu rumah tangga memiliki pengetahuan gizi yang baik, ia akan mampu memilih makanan-makanan yang bergizi untuk dikonsumsi Suhardjo 1989. 2. Pendidikan Formal Ibu Peranan ibu sangat penting dalam penyediaan makanan bagi anak balitanya, pengetahuan yang diperoleh baik formal maupun non formal, sangat menentukan untuk ditetapkan dalam hal pemilihan dan penentuan jenis makanan yang dikonsumsi oleh balita dan anggota keluarga lainnya. Pendidikan gizi ibu bertujuan untuk meningkatkan penggunaan sumber daya makanan yang tersedia. Dari hal tersebut dapat diasumsikan bahwa tingkat kecukupan energi dan zat gizi pada balita relatif tinggi bila pendidikan ibu tinggi Depkes RI 2010. 3. Pendapatan Keluarga Pendapatan merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas makanan. Perlu disadari bahwa pendapatan tidak selalu membawa perbaikan pada susunan makanan. Tingkat pendapatan juga ikut menentukan jenis pangan yang akan dibeli dengan tambahan uang tersebut. Orang miskin membelanjakan sebagian besar pendapatan tambahan tersebut untuk makanan, sedangkan orang kaya jauh lebih rendah. Semakin tinggi pendapatan semakin besar pula persentase dari pendapatan tersebut dipergunakan untuk membeli buah, sayur mayur, dan berbagai jenis bahan pangan lain Berg dan Sajogyo 1986. 2.3 Status Gizi 2.3.1 Definisi Status Gizi Menurut Soekirman 2000 status gizi adalah keadaan kesehatan akibat interaksi antara makanan, tubuh manusia, dan lingkungan hidup manusia. Suhardjo 2003 menyatakan bahwa status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari pemakaian, penyerapan dan penggunaan makanan. Supariasa et al 2002, status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari status tubuh yang berhubungan dengan gizi dalam bentuk variable tertentu. Jadi intinya terdapat suatu variable yang diukur misalnya: berat badan dan tinggi badan yang dapat digolongkan ke dalam kategori gizi tertentu misalnya: baik, kurang, dan buruk. Pertumbuhan seorang anak bukan hanya sekedar gambaran perubahan ukuran tubuh, tetapi lebih dari itu memberikan gambaran tentang keseimbangan antara asupan dan kebutuhan gizi status gizi. Oleh karena itu pertumbuhan merupakan indikator yang baik dari perkembangan status gizi anak Depkes RI 2002. Status gizi menjadi indikator ketiga dalam menentukan derajat kesehatan anak. Status gizi yang baik dapat membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak untuk mencapai kematangan yang optimal. Gizi yang baik juga dapat memperbaiki ketahanan tubuh sehingga diharapkan tubuh akan bebas dari segala penyakit. Status gizi ini dapat membantu untuk mendeteksi lebih dini risiko terjadinya masalah kesehatan. Pemantauan status gizi dapat digunakan sebagai bentuk antisipasi dalam merencanakan perbaikan status kesehatan anak.

2.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi

Faktor yang menyebabkan kurang gizi telah diperkenalkan UNICEF dan telah digunakan secara internasional, yang meliputi beberapa tahapan penyebab timbulnya kurang gizi pada anak balita, baik penyebab langsung maupun tidak