Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi
Tabel 2.3 Interpretasi BBU yang dipetakan pada kurva berat badan. Parameter Pengukuran
Defisit Kelebihan
Berat badan sentil ke-10
sentil ke-90
Tabel 2.4 Interpretasi status gizi dinyatakan dalam nilai persentase BBU. Status Gizi
Nilai Persentase BBU Gizi Lebih
Gizi Baik Gizi Kurang tanpa edema
Gizi Buruk dengan edema kwashiorkor Marasmus tanpa edema
Marasmus kwashiorkor dengan edema 120
80 - 120 60 - 80
60 - 80 60
60
Tabel 2.5 Interpretasi persentase kehilangan berat badan. Parameter Pengukuran
Ringan Sedang
Berat Kehilangan berat badan
5 - 15 16 - 25
16 - 25 kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu Djumadias Abunain
1990 dalam Atmarita et al 2009. Pengukuran berat badan juga dapat digunakan sebagai dasar perhitungan
dosis dan makanan yang diperlukan dalam tindakan pengobatan. Berat badan dipetakan pada kurva berat badan menurut umur dan interpretasi dapat dilihat
pada Tabel 2.3.
BBU dibandingkan acuan standar dapat dinyatakan dalam persentase dalam menentukan status gizi, interpretasi nya dapat dilihat pada Tabel 2.4.
Perubahan berat badan berkurang atau bertambah perlu mendapat perhatian karena merupakan petunjuk adanya masalah nutrisi akut. Kehilangan
BB dihitung sebagai berikut BB saat iniBB semula x 100. Interpretasi nya dapat dilihat pada Tabel 2.5.
c. Lingkar Lengan Atas LILA Pengukuran ini mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan otot
yang tidak terpengaruh banyak oleh keadaan cairan tubuh dibandingkan berat badan. Pada anak umur 1-5 tahun, LILA saja sudah dapat menunjukan status gizi.
Alat yang digunakan adalah pita ukur yang terbuat dari fiberglass, atau jenis kertas tertentu berlapis plastik. Pengukuran dilakukan pada lengan yang tidak aktif
pada pertengahan bahu dan siku. Pada orang normal tidak kidal dilakukan pada
Tabel 2.6 Kriteria status gizi berdasarkan nilai LILA. Parameter
Pengukuran Gizi Baik
Gizi Kurang Gizi Buruk
LILA 13.5 cm
12.5 – 13.5 cm
12.5 cm tangan kiri, sedangkan pada anak yang kidal dilakukan pengukuran pada lengan
kanan. Interpretasi nya dapat dilihat pada Tabel 2.6.
Gambar 2.1 menyajikan kecenderungan prevalensi status gizi anak balita menurut ketiga indeks BBU, TBU, dan BBTB. Terlihat prevalensi gizi buruk
dan gizi kurang meningkat dari tahun 2007 ke tahun 2013. Prevalensi sangat pendek turun 0.8 persen dari tahun 2007, tetapi prevalensi pendek naik 1.2 persen
dari tahun 2007. Prevalensi sangat kurus turun 0.9 persen tahun 2007. Prevalensi kurus turun 0.6 persen dari tahun 2007. Prevalensi gemuk turun 2.1 persen dari
tahun 2010 dan turun 0.3 persen dari tahun 2007 Riskesdas 2013.
Gambar 2.2 menyajikan kecenderungan prevalensi status gizi gabungan indikator TBU dan BBTB secara nasional. Berdasarkan Riskesdas 2007, 2010,
dan 2013 terlihat adanya kecenderungan bertambahnya prevalensi anak balita pendek-kurus, bertambahnya anak balita pendek-normal 2.1 dan normal-
gemuk 0.3 dari tahun 2010. Sebaliknya, ada kecenderungan penurunan prevalensi pendek-gemuk 0.8, normal-kurus 1.5 dan normal-normal 0.5
dari tahun 2010 Riskesdas 2013.
Data baku WHO-NCHS indeks BBU, TBU, dan BBTB disajikan dalam dua versi, yakni persentil dan skor simpang baku standart deviation score = z.
Gizi anak di negara-negara yang populasinya relatif baik, sebaiknya digunakan persentil, sedangkan di negara untuk anak yang populasinya relatif kurang, lebih
Gambar 2.1 Kecenderungan prevalensi status gizi pada balita Indonesia 2007, 2010 dan 2013