3.3 Kearifan Lokal Komunitas To Lise

90 pertanian. Kearifan lokal komunitas paggalung juga mengembangkan tanaman murbei sebagai salah satu komoditi unggulan untuk memenuhi kebutuhan benang dalam pembuatan sutera. Kearifan lokal yang dimiliki oleh komunitas pakkaja dapat mendukung pengembangan potensi perikanan sedangkan komunitas To Lise berperan dalam pengembangan komoditi peternakan. Hasil rekapitulasi komoditi unggulan dapat dilihat pada Tabel 39. Tabel 39 Rekapitulasi komoditi unggulan di kawasan Danau Tempe Identifikasi Tingkat Perkembangan Wilayah Penetapan prioritas pembangunan harus sejalan dengan potensi wilayah yang bersangkutan serta tingkat perkembangan dari wilayah tersebut termasuk ketersediaan infrastruktur dan sarana pelayanan. Hal ini sejalan dengan pendapat Riyadi dan Bratakusumah 2005 bahwa perencanaan pembangunan wilayah dalam hubungannya dengan suatu daerah sebagai wilayah pembangunan harus memiliki orientasi yang bersifat menyeluruh, lengkap, namun tetap berpegang pada asas prioritas. Kaitannya dengan strategi pengembangan wilayah, perlu diidentifikasi wilayah-wilayah yang menjadi pusat pertumbuhan yang mampu menggerakan ekonomi wilayah di sekitarnya. Melalui pendekatan konsep wilayah nodal, dapat diketahui wilayah yang menjadi pusat-pusat inti dan wilayah yang menjadi pendukung hinterland. Fokus pembangunan pada pusat-pusat Kecamatan Tanaman pangan Hortikultura Perkebunan Peternakan Perikanan Sabbangparu kacang hijau kacang panjang kelapa hibrida ayam ras tawes, nilem, rebon udang air tawar Tempe ubi kayu kacang tanah terong kelapa dalam sapi, kuda, kambing itik mas, udang air tawar betutu Tanasitolo - tomat - ayam kampung nila, nilem udang air tawar Maniangpajo jagung kacang tanah - - sapi, kuda, kambing ayam ras gabus Belawa - - - sapi, kerbau, kambing ayam ras nilem gabus Watangsidenderng padi kacang panjang terong kelapa hibrida jambu mete ayam kampung gabus Maritengngae padi terong kapuk sapi sepat siam Panca Lautang padi - jambu mete kerbau, kuda ayam ras sepat siam ikan gabus Tellu Limpoe jagung ubi jalar - - ayam ras itik - Marioriawa - - kopi robusta, kapuk dan tebu kambing nila, sepat siam ikan gabus Donri-donri padi - murbei sapi, kuda kambing nila nilem 91 pertumbuhan yang menjadi inti wilayah akan memudahkan dalam penetapan prioritas wilayah pembangunan dimana pelaksanaan pembangunan pada wilayah inti diharapkan dapat memberikan multiplier effect terhadap perkembangan wilayah-wilayah di sekitarnya. Tingkat perkembangan desa-desa pada 11 kecamatan di kawasan Danau Tempe ditentukan dengan metode skalogram berdasarkan IPW. Semakin tinggi nilai IPW maka semakin tinggi pula kapasitas pelayanan suatu desa dan tingkat perkembangannya. Kondisi sebaliknya semakin rendah nilai IPW berarti semakin rendah kapasitas pelayanan suatu desa dan tingkat perkembangannya. Hasil Analisis Skalogram dapat terlihat tingkat perkembangan wilayah desa dari pendekatan ketersediaan infrastruktur dibagi menjadi 3 hirarki seperti disajikan pada Gambar 15. Hasil Analisis Skalogram, menunjukkan bahwa sebagian besar desakelurahan di kawasan Danau Tempe berada pada tingkat perkembangan yang rendah. Jumlah 125 desa yang dianalisis, hanya terdapat 17 desakelurahan atau sekitar 13.6 yang masuk ke dalam hirarki I. Desa yang masuk hirarki II berjumlah 29 desa atau sekitar 23.2. Kebanyakan desa berada pada hirarki III sebanyak 79 desa atau sekitar 63.2 dari seluruh desa yang dianalisis. Desakelurahan yang teridentifikasi dengan hirarki I dapat diarahkan sebagai pusat pelayanan kawasan. Persebaran desakelurahan dengan tingkat hirarki I cenderung tidak merata, terdapat 4 kecamatan yang tidak memiliki desa dengan tingkat hirarki I, yaitu Kecamatan Maniangpajo, Donri-donri, Panca Lautang dan Watang Sidenreng. Kecamatan Maniangpajo hanya memiliki 1 desa dengan tingkat hirarki II yaitu Kelurahan Anabanua, 7 desa yang lainnya masuk dalam kategori hirarki III. Selanjutnya di Kecamatan Watang Sidenreng juga hanya memiliki 1 desa dengan tingkat hirarki II dari 8 desa yaitu Kelurahan Empagae, sedangkan di Kecamatan Panca Lautang Kabupaten Sidrap yang berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten Soppeng hanya memiliki 2 dari 10 desa dengan tingkat hirarki II yaitu Desa Wanio dan Desa Corawali. Kecamatan Donri-donri Kabupaten Soppeng masih terbilang berkembang dibanding 3 kecamatan sebelumnya, karena teridentifikasi desa dengan hirarki II yang berjumlah 3 yaitu Kelurahan Donri- donri, Desa Lalabata Riaja dan Leworeng dari 9 desa. Wilayah ibukota kabupaten, baik Kecamatan Tempe sebagai ibukota Kabupaten Wajo dan Kecamatan Maritengngae sebagai ibukota Kabupaten Sidrap dari hasil analisis memang termasuk kecamatan yang cukup berkembang dibanding kecamatan lainnya. Kecamatan Tempe terdapat 16 desakelurahan, jumlah desa dengan tingkat hirarki I mencapai 7 kelurahan atau sekitar 43 dan tingkat perkembangan hirarki III juga terdiri dari 7 kelurahan atau 43, sisanya terdapat 2 dengan tingkat hirarki II yaitu Kelurahan Pattirosompe dan Kelurahan Bulupabullu. Tingkat perkembangan pembangunan di Kecamatan Tempe cenderung tidak merata, jumlah desakelurahan dengan hirarki III masih terbilang banyak dibanding dengan tingkat hirarki II yang hanya berjumlah 2. Kondisi tersebut hampir sama di ibukota Kabupaten Sidrap yaitu Kecamatan Maritengngae, yang terdiri dari 12 desakelurahan hanya memiliki 3 kelurahan dengan tingkat hirarki I sekitar 25, sedangkan hirarki II juga mencapai 3 kelurahan atau sekitar 25, yang lebih dominan adalah tingkat hirarki III dengan 6 desakelurahan yang mencapai 50. Kondisi tersebut mengindikasikan lambatnya proses pemerataan infrastruktur di pusat kabupaten.