Komunitas Lokal Paggalung Analisis dan Arahan Pengembangan Kawasan Danau Tempe, Provinsi Sulawesi Selatan dengan Mempertimbangkan Kearifan Lokal
Gambar 20 Peta arahan pengembangan Kawasan Danau Tempe dengan mempertimbangkan kearifan lokal
Pengembangan :
berbasis kearifan lokal To Lotang,
komoditi padi
dan pusat
pelayanan
Pengembangan :
berbasis kearifan lokal To Lotang dan
komoditi padi
Pengembangan : berbasis kearifan lokal
Baalawiyah pakkaja,
komoditi perikanan dan subpusat pelayanan
Pengembangan :
berbasis kearifan lokal To Lotang dan
komoditi jagung
Pengembangan
: berbasis
kearifan lokal pattenung
pakkaja, komoditi
perikanan dan pusat pelayanan
Pengembangan :
berbasis kearifan
lokal pakkaja,
komoditi perikanan
dan subpusat
pelayanan
Pengembangan :
berbasis kearifan
lokal pakkaja,
komoditi perikanan
dan subpusat
pelayanan
Pengembangan : berbasis kearifan lokal paggalung,
komoditi padi dan murbei
Pengembangan :
berbasis kearifan
lokal pakkaja,
komoditi perikanan
dan subpusat
pelayanan
Pengembangan :
berbasis kearifan
lokal To Lotang To Lise,
komoditi padi dan peternakan
Pengembangan :
berbasis kearifan
lokal To Lotang pallanro,
komoditi jagung dan subpusat
pelayanan
112
113
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijabarkan, dapat disimpulkan hal- hal sebagai berikut:
1.
Terdapat 7 komunitas tradisional yang memiliki kekhasan dari aspek kearifan lokal, sehingga dapat dipertimbangkan dalam pengembangan kawasan Danau
Tempe yaitu; 1 komunitas nelayan pakkaja, 2 komunitas kepercayaan Bugis kuno To Lotang, 3 komunitas paggalung dengan tradisi pertanian tradisional,
4 komunitas pattenung yang memproduksi tenun, 5 komunitas pallanro dengan kemampuan membuat senjata tradisional, 6 komunitas Baalawiyah
dengan perpaduan tradisi Bugis dan ajaran Islam serta 7 komunitas To Lise yang memiliki kemampuan dalam kesusasteraan. Kecamatan Tempe, Tellu
Limpoe, Marioriawa dan Donri-donri memiliki budaya dan kearifan lokal lebih beragam dibandingkan dengan kecamatan lainnya.
2.
Komoditi unggulan pertanian di kawasan Danau Tempe berdasarkan data tahun 2002 dan 2012 menunjukkan lebih dominan pada subsektor perikanan dan
peternakan. Komoditi unggulan pertanian tanaman pangan padi dan jagung, perkebunan
murbei, peternakan
dan perikanan
berkaitan dengan
pengembangan ekonomi berbasis kearifan lokal, dimana komunitas lokal memiliki tradisi yang khas dalam pengembangan komoditi pertanian tersebut.
3.
Sebagian besar perdesaan di kawasan Danau Tempe memiliki tingkat perkembangan yang rendah. Sekitar 13.6 masuk dalam kategori hirarki I,
23.2 masuk dalam kategori hirarki II dan 63.2 masuk dalam hirarki III. Desakelurahan yang teridentifikasi dengan hirarki I dapat diarahkan sebagai
pusat pelayanan kawasan yaitu di Kecamatan Maritengngae dan Tempe yang memiliki desa dengan hirarki I yang tinggi.
4.
Dokumen RTRW pada ketiga kabupaten telah mengakomodir prinsip kearifan lokal. Aspek asimilasi merupakan aspek yang paling dominan diakomodasi
dalam RTRW ketiga kabupaten sedangkan Kabupaten Sidrap merupakan kabupaten yang paling menonjol mengakomodasi aspek kearifan lokal
dibandingkan dengan kabupaten lainya.
5.
Arahan pengembangan kawasan Danau Tempe perlu mempertimbangkan keberadaan kearifan lokal yang bersumber dari aspek-aspek kearifan lokal
yang dimiliki oleh 7 komunitas lokal. Pertimbangan tersebut diaplikasikan dalam kebijakan penataan ruang, pengembangan usaha pertanian dan ekonomi
kreatif, pengembangan permukiman, pengembangan pusat pelayanan serta pengembangan pariwisata berbasis pada kearifan lokal dan perlindungan
kebudayaan maupun situs cagar budaya.
Saran
Berdasarkan hasil dan kesimpulan maka disusun saran sebagai berikut: 1.
Pemerintah daerah perlu mengakomodir uraian arahan pengembangan dengan mempertimbangkan kearifan lokal sebagai bentuk penyempurnaan RTRW.
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan terkait dengan strategi pengembangan
kawasan pariwisata budaya dari kearifan lokal berbasis pada persepsi stakeholder
dan kajian tentang sosiogram di kawasan Danau Tempe.