Dokumen RTRW Kabupaten Sidrap Tahun 2012-2032

107 komunitas petani tradisional yang memegang peran penting dalam mengontrol keberhasilan pertanian. Konsep forum attudang-tudangeng yang dipimpin oleh sanro wanua dapat dimanfaatkan oleh pemerintah setempat dalam pengembangan pertanian. Arahan pengembangan berbasis kearifan lokal dapat direpresentasikan dengan menjadikan attudang-tudangeng sebagai bentuk kegiatan penyuluhan dan sanro wanua sebagai penyuluh pertanian yang akan mewadahi permasalahan pertanian di lapangan. b. Kegiatan usaha ekonomi komunitas ini terfokus pada pertanian padi dan murbei. Hasil analisis LQ dan SSA menunjukkan Kecamatan Donri-donri memiliki komoditi padi untuk tanaman pangan dan murbei untuk tanaman perkebunan. Setiyanto 2011 mengemukakan bahwa sebagian komoditi tumbuh dan berkembang karena adanya faktor alam, sebagian karena adanya keterampilan yang sudah lama ditekuni oleh masyarakat petani setempat dan mungkin ada yang berkembang karena tradisi yang bersifat khas ataupun sebab-sebab lain. Oleh sebab itu, peluang pengembangan komoditi unggulan tersebut dapat memanfaatkan tradisi pertanian secara tradisional sebagai dukungan budaya untuk meningkatkan produksi komoditi tersebut, antara lain meningkatkan kebutuhan sarana-prasarana dalam menunjang budidaya murbei dan padi dan mensosialisasikan pengetahuan pertanian tradisional kepada generasi selanjutnya. c. Mappadendang adalah pesta panen komunitas lokal tersebut ketika kegiatan panen raya telah usai. Tradisi tersebut dilakukan berdasarkan kelompok petani dan menjadi daya tarik dalam kegiatan pariwisata. Kekhasan komunitas petani tradisional dari berbagai aspek kearifan lokal paggalung pada beberapa desa dapat diarahkan sebagai media pembelajaran kearifan lokal dengan mengembangkan desa tersebut sebagai desa wisata.

4. Komunitas Lokal Pattenung

Komunitas pattenung memiliki aspek kearifan lokal yang dapat dipertimbangkan dalam menyusun arahan pengembangan kawasan Danau Tempe. Pengelolaan sumberdaya alam berbasis lokalistik dalam komunitas ini ditandai dengan adanya tradisi pemeliharaan ulat sutera sebagai penghasil benang berkualitas tinggi yang masih bertahan. Masyarakat dalam komunitas tersebut sejak dahulu telah memanfaatkan sumberdaya alam di sekitarnya sebagai tradisi yang diwariskan secara turun temurun, sebelum benang dari China, India dan Thailand banyak diimpor,. Kegiatan menenun telah menjadi usaha ekonomi utama masyarakat setempat. Produk kerajinan yang dihasilkan berupa lipa sabbe dan waju ponco sebagai penggerak ekonomi lokal masyarakat di sekitarnya. Komunitas pattenung dapat diarahkan sebagai pusat pengembangan ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal dengan mengembangkan tradisi pemeliharaan ulat dalam memenuhi kebutuhan bahan baku kegiatan menenun, meningkatkan kerjasama dengan pihak swasta dalam bentuk dukungan modal dan peran pemerintah dalam upaya sosialisasi terhadap keberlanjutan tradisi menenun.

5. Komunitas Lokal Pallanro

Komunitas pallanro memiliki aspek kearifan lokal yang dapat dipertimbangkan dalam menyusun arahan pengembangan kawasan Danau Tempe yaitu mengembangkan desa berbasis ekonomi kreatif. Kegiatan menimpa besi telah menjadi usaha ekonomi utama masyarakat setempat. 108 Produk kerajinan yang dihasilkan berupa cangkul, kapak, sabit, mata bajak, pisau dan lain-lain. Komunitas pallanro dapat diarahkan sebagai pusat pengembangan ekonomi kreatif berbasis home industry dengan memanfaatkan bahan baku lokal.

6. Komunitas Lokal Baalawiyah

Pada komunitas Baalawiyah, aspek kearifan lokal yang dapat dipertimbangkan dalam arahan pengembangan kawasan Danau Tempe adalah memanfaatkan potensi keagamaan ajaran Baalawiyah sebagai daya tarik wisata berbasis religi. Kearifan lokal komunitas setempat yang berasimilasi dengan agama Islam menciptakan tradisi lokal yang menarik seperti sikkri rabbana, sehingga kedepan komunitas ini dapat diarahkan sebagai pusat pengkajian agama Islam.

7. Komunitas Lokal To Lise

Komunitas To Lise memiliki beberapa aspek kearifan lokal yang dapat dipertimbangkan dalam menyusun arahan pengembangan kawasan Danau Tempe, yaitu: a. Pengelolaan sumberdaya lokal yang ditandai dengan kearifan lokal masyarakat setempat dalam memelihara ternak yang disesuaikan dengan kondisi geografis Desa Lise yang lebih dominan savana. Kegiatan usaha ekonomi komunitas To Lise bergerak dibidang peternakan. Berdasarkan hasil Analisis LQ dan SSA diperoleh bahwa Kecamatan Panca Lautang memiliki komoditi unggulan peternakan berupa kerbau, kuda dan ayam ras. Oleh sebab itu, peluang pengembangan komoditi unggulan tersebut dapat memanfaatkan tradisi beternak secara tradisional sebagai landasan untuk meningkatkan produksi komoditi tersebut. b. Kearifan lokal komunitas To Lise yang ditandai dengan kecerdasan dan keterampilan dalam kesusasteraan, dapat dimanfaatkan sebagai alternatif peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat yang diwujudkan dengan mengembangkan Desa Lise sebagai desa perlindungan dan pembelajaran kearifan lokal khususnya dibidang kesusasteraan. Masing-masing kecamatan memiliki arahan pengembangan bersumber dari aspek-aspek kearifan lokal pada komunitas tradisional yang dimiliki. Pengembangan pusat pelayanan diarahkan di Kecamatan Tempe dan Maritengngae dan subpusat pelayanan di Kecamatan Belawa, Tanasitolo, Sabbangparu, Marioriawa, dan Tellu Limpoe. Pengembangan pusat-pusat pelayanan yang diarahkan pada kecamatan yang memiliki desakelurahan berhirarki I sedangkan desakelurahan berhirarki II dan III dapat dikembangkan tingkat ketersediaan fasilitasnya. Pengembangan pariwisata berkearifan lokal, perlu dirancang mengintegrasikan ketiga kabupaten yaitu mengembangankan jalur pariwisata melalui rute mengelilingi kawasan Danau Tempe dengan menyajikan potensi kearifan lokal adat istiadat, ritual keagamaan, kerajinan tradisional, budaya dan pariwisata alam sebagai daya tarik utama. Kegiatan usaha ekonomi pertanian dengan berbasis komoditi unggulan perlu memperhatikan tradisi dan kebiasaan pertanian tradisional masyarakat di kecamatan tersebut. Arahan pengembangan kawasan Danau Tempe dengan mempertimbangkan kearifan lokal berdasarkan kecamatan disajikan pada Tabel 48 dan Gambar 20 arahan pengembangan secara spasial. Tabel 48 Arahan pengembangan kawasan Danau Tempe dengan mempertimbangkan kearifan lokal Kecamatan Arahan Pengembangan Desakelurahan Ring 1 Ring 2 Sabbangparu 1. Melibatkan macoa tappareng dalam proses penataan ruang. Pallimae - 2. Pengembangan budidaya penangkapan ikan dan usaha ekonomi perikanan mengikuti aturan adat dan tradisi komunitas pakkaja. Pallimae, Worronge, Ujung Pero Benteng Lompoe Ugi 3. Pengembangan permukiman berbasis mitigasi bencana banjir dengan menggunakan rumah panggung. Pallimae, Worronge, Ujung Pero Benteng Lompoe Ugi, Bila, Liu, Salotengae, Mallusesalo, Wage, Pasaka 4. Pengembangan desa budaya sebagai perlindungan kearifan lokal. Pallimae - Tempe 1. Melibatkan macoa tappareng dalam proses penataan ruang. Salo Menraleng Laelo - 2. Pengembangan budidaya penangkapan ikan dan usaha ekonomi perikanan mengikuti aturan adat dan tradisi komunitas pakkaja. Salo Menraleng, Laelo, Mattirotappareng Tempe - 3. Pengembangan permukiman berbasis mitigasi bencana banjir dengan menggunakan rumah panggung. Salomenraleng, Laelo, Tempe Mattirotappareng. Wiringpalennae, Sitampae, Maddukulleng, Siengkang, Paduppa, Lapongkoda, Teddaopu Watanglipue 4. Pengembangan desa budaya sebagai desa pelestarian kearifan lokal dan perlindungan terhadap situs cagar budaya. Salo Menraleng Laelo Madukkeleng, Padduppa Atakkae Tanasitolo 1. Melibatkan macoa tappareng dalam proses penataan ruang. Pajalele Baru Tancung - 2. Pengembangan budidaya penangkapan ikan dan usaha ekonomi perikanan mengikuti aturan adat dan tradisi masyarakat setempat. Assorajang, Pakkanna, Ujungbaru, Nepo, Pajalele, Ujunge, Baru Tancung, Tancung Mannagae Lowa 3. Pengembangan permukiman berbasis mitigasi bencana banjir dengan menggunakan rumah panggung. Assorajang, Pakkanna, Ujungbaru, Nepo, Pajalele, Ujunge, Baru Tancung, Tancung Mannagae. Lowa,Tonralipue, Mappadaelo Pincengpute. 4. Pengembangan desa budaya nelayan desa pelestarian kearifan lokal. Pajalele Baru Tancung - 5. Pengembangan ekonomi kreatif tenun sutera berbasis home industry. Pakkanna Ujunge. 109 Maniangpajo 1. Pengembangan budidaya penangkapan ikan dan usaha ekonomi perikanan mengikuti aturan adat dan tradisi masyarakat setempat. Dualimpoe Tangkoli - 2. Pengembangan permukiman berbasis mitigasi bencana banjir dengan menggunakan rumah panggung. Dualimpoe Tangkoli Anabanua 3. Pengembangan desa berbasis perlindungan terhadap kepercayaan To Lotang dan situs budaya. Dualimpoe Anabanua elawa 1. Melibatkan macoa tappareng dalam proses penataan ruang. Limporilau - 2. Pengembangan budidaya penangkapan ikan dan usaha ekonomi perikanan mengikuti aturan adat dan tradisi komunitas pakkaja. Limporilau, Lautang Belawa - 3. Pengembangan permukiman berbasis mitigasi bencana banjir dengan menggunakan rumah panggung. Limporilau, Lautang Belawa, Macero, Malakke, Wele Leppangeng 4. Pengembangan desa budaya sebagai pusat penyebaran ajaran Baalawiyah dan perlindungan terhadap situs budaya. Limporilau Lautang Belawa Macero Leppangeng Watang Sidenreng 1. Melibatkan uwwata battoae dan uwwa dalam proses penataan ruang. Kayuara - 2. Pengembangan desa berbasis perlindungan terhadap kepercayaan To Lotang. Kayuara - 3. Pengembangan usaha ekonomi komoditi unggulan padi dan jagung berdasarkan tradisi pertanian tradisional. Kayuara, Mojong Empagae Sidenreng 4. Pengembangan permukiman dengan koefisien lantai bangunan merujuk aturan adat. Kayuara, Mojong Empagae Sidenreng Maritengngae 1. Melibatkan uwwata battoae dan uwwa dalam proses penataan ruang. Lautang Benteng Rijang Pittu Tanete 1. Pengembangan usaha ekonomi komoditi unggulan padi dan jagung berdasarkan tradisi pertanian tradisional. Lautang Benteng Rijang Pittu Takkalasi, Allakuang Tanete 2. Pengembangan desa berbasis perlindungan terhadap kepercayaan To Lotang dan situs cagar budaya. Lautang Benteng Allakuang 3. Pengembangan permukiman dengan koefiesien lantai bangunan merujuk aturan adat. Lautang Benteng Rijang Pittu. Takkalasi, Allakuang Tanete 4. Pengembangan desa berbasis pusat keagamaan dan perlindungan situs cagar budaya. Amparita, Baula Arataeng Toddangpulu Tabel 48 lanjutan 110 Panca Lautang 1. Melibatkan macoa tappareng dalam proses penataan ruang. Wettee - 2. Pengembangan budidaya penangkapan ikan dan usaha ekonomi perikanan dan peternakan mengikuti aturan adat dan tradisi komunitas pakkaja dan To lise . Wettee, Bapangi, Lajonga, Allesalewoe Lise - 3. Pengembangan permukiman berbasis mitigasi bencana banjir dengan menggunakan rumah panggung. Wettee, Bapangi, Lajonga, Allesalewoe Lise Wanio Timoreng Wanio 4. Pengembangan desa budaya budaya dalam pelestraian kearifan lokal nelayan dan budaya budaya To Lise. Wettee Lise - Marioriawa 1. Melibatkan macoa tappareng dalam proses penataan ruang. Limpomajang Kaca - 2. Pengembangan budidaya penangkapan ikan dan usaha ekonomi perikanan mengikuti aturan adat dan tradisi komunitas pakkaja. Limpomajang Kaca Batu-batu, Atangsalo, Tellu Limpoe, Panincong Patampanua 3. Pengembangan permukiman berbasis mitigasi bencana banjir dengan menggunakan rumah panggung. Limpomajang Kaca Batu-batu, Atangsalo, Tellu Limpoe, Laringgi, Panincong Patampanua 4. Pengembangan desa budaya sebagai desa pelestarian kearifan lokal dan perlindungan terhadap situs cagar budaya. Limpomajang Kaca Atangsalo Manorangsalo Donri-donri 1. Melibatkan sanrowanua dan attudang-tudangeng sebagai bentuk penyuluhan pertanian. Tottong Labokong Lalabata Riaja 2. Pengembangan usaha ekonomi komoditi unggulan padi dan murbei berdasarkan tradisi pertanian tradisional. Tottong Labokong Lalabata Riaja 3. Pengembangan permukiman berbasis mitigasi bencana banjir dengan menggunakan rumah panggung. Kessing Leworeng 4. Pengembangan desa budaya sebagai desa pelestarian kearifan lokal dan perlindungan terhadap situs cagar budaya. Tottong Labokong. Lalabata Riaja. 111 Tabel 48 lanjutan