104 ada dan dapat memberikan manfaat baik kepada masyarakat setempat maupun
masyarakat di sekitarnya. Pada dasarnya posisi tersebut menguntungkan pemerintah dalam menyusun
kebijakan yang tepat dalam mengakomodasi kearifan lokal. Faktor utama dari aspek asimilasi adalah penetapan kawasan strategis untuk kepentingan sosial
budaya dan penetapan kawasan pariwisata. Operasionalisasi kebijakan dan strategi dalam rangka pelestarian dan pengembangan kearifan lokal harus diupayakan
secara lebih terpadu dan berkelanjutan dengan mensinergikan antara aspek budaya serta aspek strategis lainnya melalui pengarusutamaan prinsip-prinsip dan nilai
budaya daerah dalam proses penyelenggaraan penataan ruang di tingkat pemerintah pusat, provinsi, kabupaten dan kota sesuai dengan semangat
desentralisasi dan otonomi daerah Ernawi 2010.
Maka dari itu dari pemerintah Kabupaten Wajo, Sidrap dan Soppeng perlu menerjemahkan bentuk kebijakan yang dapat diimplementasikan dari aspek
asimilasi. Proses penyusunan arahan pengembangan kawasan Danau Tempe dengan mempertimbangkan kearifan lokal harus berdasarkan pada bentuk arahan
yang bersinergi dengan aspek asimilasi. Sistem kebijakan yang terbentuk penggabungan kebijakan pemerintah dan kearifan lokal diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi masyarakat setempat terutama kelanjutan adat istiadat mereka dan manfaat bagi masyarakat pada umumnya terutama pada kegiatan
pariwisata, ekonomi dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Arahan Pengembangan Kawasan Danau Tempe dengan Mempertimbangkan Kearifan Lokal
Perencanaan yang berkelanjutan memerlukan pendekatan holistik, pengetahuan rasional, pengalaman, intuisi, pemikiran kreatif dan tindakan yang
pada dasarnya relevan dengan kearifan lokal Berke dan Conroy 2000. Maka dari itu potensi kearifan lokal dapat menjadi kekuatan penggerak dalam meningkatkan
kinerja pengembangan wilayah di kawasan Danau Tempe. Hasil penelitian dapat digunakan untuk menyusun beberapa rumusan arahan pengembangan sebagai
bentuk adaptive development dalam penyempurnaan ruang dan masukan penting dalam penyempurnaan RTRW sebagai langkah strategis untuk mewujudkan
kesejahteraan baik masyarakat setempat dan maupun di sekitarnya.
Setiap kecamatan memiliki penyebaran komunitas lokal yang beragam dan tidak semua desakelurahan pada kecamatan tersebut memiliki potensi kearifan
lokal, sehingga arahan pengembangan disusun dari keberadaan komunitas lokal. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka delineasi arahan pengembangan
menempatkan komunitas lokal sebagai fokus utama berada pada desakelurahan dalam ring 1 dan berpengaruh pada desakelurahan ring 2. Desakelurahan yang
masuk dalam kategori ring 1 adalah desakelurahan yang memiliki kearifan lokal dari komunitas tradisionalnya dan aktivitas masyarakatnya masih terpengaruh
secara langsung dari keberadaan Danau Tempe, Sidenreng dan Lapongpakka. Desakelurahan yang masuk dalam kategori ring 2 merupakan desakelurahan
yang berbatasan langsung dengan desakelurahan pada kategori ring 1 dan memiliki pengaruh secara tidak langsung dari keberadaan Danau Tempe,
Sidenreng dan Lapongpakka terutama pada musim hujan.
105
1. Komunitas Lokal Nelayan Pakkaja
Komunitas nelayan pakkaja memiliki beberapa aspek kearifan lokal yang dapat dipertimbangkan dalam menyusun arahan pengembangan kawasan
Danau Tempe. Kemudian diurutkan berdasarkan aspek kearifan lokal yang memiliki pengaruh terhadap kehidupan mereka, arahan pengembangan tersebut
yaitu: a.
Pada aspek kehidupan sosial dan kemasyarakatan terdapat tradisi dalam pengelolaan
sumberdaya alam
Danau Tempe
menganut prinsip
berkelanjutan yang ditandai dengan sistem aturan adat yang terdiri dari berbagai bentuk larangan. Tradisi komunitas nelayan pakkaja ditinjau secara
formal mengikat seluruh masyarakat dalam memanfaatkan potensi sumberdaya alam perikanan. Macoa tappareng sebagai pemimpin utama
dalam mengatur pemanfaatan sumberdaya alam. Pada konsep perencanaan tata ruang dengan pendekatan public-private partnership, keterlibatan
macoa tappareng
sebagai tokoh adat dapat direkomendasikan sebagai fungsi kontrol penting dalam mengharmonisasikan kearifan lokal pada
regulasi penataan ruang. Proses manifestasi ada asitureng yang mengikat seluruh masyarakat dan kepercayaan terhadap walli atau funnawei pada
dasarnya dapat menjadi pedoman regulasi pemerintah setempat dalam budidaya penangkapan ikan yang mengikuti aturan adat. Salah satu dampak
overfishing
adalah ketidakberlanjutan potensi perikanan, sehingga sistem adat yang mengikat masyarakat tersebut dapat menjadi pondasi penting agar
pemanfaatan perikanan dapat tetap lestari. b.
Rumah nelayan pakkaja terutama yang berbentuk kalampang merupakan cerminan bentuk kearifan lokal dan menjadi daya tarik tersendiri di Danau
Tempe. Rumah kalampang dalam aturan adat tidak mengikat masyarakat, dalam artian bahwa tidak semua nelayan harus memiliki rumah kalampang.
Pengembangan kawasan Danau Tempe dengan mempertimbangkan kearifan lokal perlu mengarahkan lokasi rumah kalampang sebagai desa pelestarian
kearifan lokal, tetapi perkembangan harus dipantau karena dapat menjadi penyumbang pencemaran. Rumah tradisional di daratan dengan konsep
rumah panggung merupakan bentuk adaptasi terhadap kondisi lingkungan yang dipengaruhi oleh fluktuasi perairan. Maka dari itu dalam
pengembangan permukiman di sekitar danau harus mampu mengadopsi bentuk rumah panggung sebagai proses mitigasi bencana alam.
c. Pada aspek budaya komunitas ini memiliki tradisi khas yang berkaitan
langsung dengan danau yaitu upacara maccera tappareng yang diiringi mappalari lopi
sebagai bentuk daya tarik wisata. Pada dasarnya tradisi tersebut dilaksanakan secara berkelompok dan tidak mengikat masyarakat
secara individual. Kekhasan komunitas nelayan dari berbagai aspek kearifan lokal pakkaja pada beberapa desa memiliki peluang pengembangan berbasis
desa wisata budaya.
2. Komunitas Lokal To Lotang
Komunitas To Lotang memiliki beberapa aspek kearifan lokal yang dapat dipertimbangkan dalam menyusun arahan pengembangan kawasan Danau
Tempe. Kemudian diurutkan berdasarkan aspek kearifan lokal yang memiliki pengaruh terhadap kehidupan mereka, arahan pengembangan tersebut yaitu:
106 a.
Pada aspek kehidupan sosial dan kemasyarakatan terdapat tradisi komunitas To Lotang
dalam menjaga keberlanjutan agama dan pengembangan kegiatan pertanian. Tradisi tersebut mengikat seluruh masyarakat dalam komunitas
To Lotang . Peran penting uwwata battoae dan uwwa sebagai ketua adat,
dapat menjadi agen perubahan dalam pengembangan kawasan Danau Tempe. Keterlibatannya dalam perencanaan dapat menjadi bagian
harmonisasi kearifan lokal dalam penataan ruang dengan memberikan pemahaman kepada masyarakat dalam komunitas mereka tentang kebijakan
penataan ruang baik dengan forum sosial maupun dalam acara keagamaan.
b. Setiap awal dan akhir kegiatan pertanian akan dikontrol oleh para uwwa,
untuk memastikan pemanfaatan sumberdaya alam yang tidak merusak lingkungan dan berkeadilan. Manifestasi metau dan tettong terhadap
Deuwata Seuwae adalah prinsip kearifan lokal dalam menjaga keberlanjutan
pertanian yang telah menjadi aturan adat dalam komunitas tersebut. Pertanian tidak pernah terlepas dari keberadaan komunitas ini, dimana
penganan dari beras dan jagung adalah salah satu sesajen penting dalam upacara keagamaan. Berdasarkan hasil komoditi unggulan padi dan jagung
berada di Kecamatan Tellu Limpoe, Watang Sidenreng, Maniangpajo dan Maritengngae, dimana keempat kecamatan tersebut merupakan lokasi
keberadaan komunitas To Lotang. Pengembangan pertanian harus mendapat dukungan sosial budaya masyarakat setempat Setiyanto 2011. Prinsip-
prinsip kearifan lokal tersebut merupakan modal sosial masyarakat meningkatkan hasil produksi padi dan jagung. Pertimbangan kearifan lokal
To Lotang
dalam kegiatan pertanian dapat dilakukan dengan mengikuti tradisi masyarakat setempat dan upaya mempertahankan lahan pertanian
produktif dengan mengedepankan tradisi metau dan tettong. c.
Salah satu aturan adat bahwa rumah tosama tidak boleh melebihi tinggi rumah golongan uwwa dan tidak dibuat permanen yang berlaku bagi seluruh
penganut komunitas ini. Aturan adat tersebut dapat menjadi pertimbangan penting dalam pengembangan permukiman dalam penentuan koefisien
lantai bangunan yang tidak melebihi ketinggian rumah golongan uwwa, sehingga dalam penataan ruang permukiman dapat lebih terkendali.
d. Ritual keagamaan yang khas terutama pada upacara sipulung menjadi
momentum kebersamaan seluruh penganut ajaran To Lotang dari berbagai wilayah di Indonesia. Oleh sebab itu kawasan sekitar Amparita dapat
diarahkan sebagai pusat perlindungan dan penyebaran Hindu To Lotang.
3. Komunitas Lokal Paggalung
Komunitas paggalung memiliki beberapa aspek kearifan lokal yang dapat dipertimbangkan dalam menyusun arahan pengembangan kawasan
Danau Tempe. Kemudian diurutkan berdasarkan aspek kearifan lokal yang memiliki pengaruh terhadap kehidupan mereka, arahan pengembangan tersebut
yaitu: a.
Sistem pertanian tradisional bersumber dari lontara’ palaong nrumana yang berisikan khazanah pertanian etnis Bugis dengan kepercayaan terhadap
Dewi Padi sebagai simbol kemakmuran petani. Pada prinsipnya sistem pertanian yang diwariskan secara turun temurun tersebut adalah bentuk
pemanfaatan sumberdaya alam yang berkelanjutan dan telah menjadi kebiasaan masyarakat setempat. Sanro wanua adalah ketua adat pada
107 komunitas petani tradisional yang memegang peran penting dalam
mengontrol keberhasilan pertanian. Konsep forum attudang-tudangeng yang dipimpin oleh sanro wanua dapat dimanfaatkan oleh pemerintah setempat
dalam pengembangan pertanian. Arahan pengembangan berbasis kearifan lokal dapat direpresentasikan dengan menjadikan attudang-tudangeng
sebagai bentuk kegiatan penyuluhan dan sanro wanua sebagai penyuluh pertanian yang akan mewadahi permasalahan pertanian di lapangan.
b. Kegiatan usaha ekonomi komunitas ini terfokus pada pertanian padi dan
murbei. Hasil analisis LQ dan SSA menunjukkan Kecamatan Donri-donri memiliki komoditi padi untuk tanaman pangan dan murbei untuk tanaman
perkebunan. Setiyanto 2011 mengemukakan bahwa sebagian komoditi tumbuh dan berkembang karena adanya faktor alam, sebagian karena
adanya keterampilan yang sudah lama ditekuni oleh masyarakat petani setempat dan mungkin ada yang berkembang karena tradisi yang bersifat
khas ataupun sebab-sebab lain. Oleh sebab itu, peluang pengembangan komoditi unggulan tersebut dapat memanfaatkan tradisi pertanian secara
tradisional sebagai dukungan budaya untuk meningkatkan produksi komoditi tersebut, antara lain meningkatkan kebutuhan sarana-prasarana
dalam menunjang budidaya murbei dan padi dan mensosialisasikan pengetahuan pertanian tradisional kepada generasi selanjutnya.
c. Mappadendang adalah pesta panen komunitas lokal tersebut ketika kegiatan
panen raya telah usai. Tradisi tersebut dilakukan berdasarkan kelompok petani dan menjadi daya tarik dalam kegiatan pariwisata. Kekhasan
komunitas petani tradisional dari berbagai aspek kearifan lokal paggalung pada beberapa desa dapat diarahkan sebagai media pembelajaran kearifan
lokal dengan mengembangkan desa tersebut sebagai desa wisata.
4. Komunitas Lokal Pattenung
Komunitas pattenung memiliki aspek kearifan lokal yang dapat dipertimbangkan dalam menyusun arahan pengembangan kawasan Danau
Tempe. Pengelolaan sumberdaya alam berbasis lokalistik dalam komunitas ini ditandai dengan adanya tradisi pemeliharaan ulat sutera sebagai penghasil
benang berkualitas tinggi yang masih bertahan. Masyarakat dalam komunitas tersebut sejak dahulu telah memanfaatkan sumberdaya alam di sekitarnya
sebagai tradisi yang diwariskan secara turun temurun, sebelum benang dari China, India dan Thailand banyak diimpor,. Kegiatan menenun telah menjadi
usaha ekonomi utama masyarakat setempat. Produk kerajinan yang dihasilkan berupa lipa sabbe dan waju ponco sebagai penggerak ekonomi lokal
masyarakat di sekitarnya. Komunitas pattenung dapat diarahkan sebagai pusat pengembangan
ekonomi kreatif
berbasis kearifan
lokal dengan
mengembangkan tradisi pemeliharaan ulat dalam memenuhi kebutuhan bahan baku kegiatan menenun, meningkatkan kerjasama dengan pihak swasta dalam
bentuk dukungan modal dan peran pemerintah dalam upaya sosialisasi terhadap keberlanjutan tradisi menenun.
5. Komunitas Lokal Pallanro
Komunitas pallanro memiliki aspek kearifan lokal yang dapat dipertimbangkan dalam menyusun arahan pengembangan kawasan Danau
Tempe yaitu mengembangkan desa berbasis ekonomi kreatif. Kegiatan menimpa besi telah menjadi usaha ekonomi utama masyarakat setempat.