Dokumen RTRW Kabupaten Soppeng Tahun 2010-2030

104 ada dan dapat memberikan manfaat baik kepada masyarakat setempat maupun masyarakat di sekitarnya. Pada dasarnya posisi tersebut menguntungkan pemerintah dalam menyusun kebijakan yang tepat dalam mengakomodasi kearifan lokal. Faktor utama dari aspek asimilasi adalah penetapan kawasan strategis untuk kepentingan sosial budaya dan penetapan kawasan pariwisata. Operasionalisasi kebijakan dan strategi dalam rangka pelestarian dan pengembangan kearifan lokal harus diupayakan secara lebih terpadu dan berkelanjutan dengan mensinergikan antara aspek budaya serta aspek strategis lainnya melalui pengarusutamaan prinsip-prinsip dan nilai budaya daerah dalam proses penyelenggaraan penataan ruang di tingkat pemerintah pusat, provinsi, kabupaten dan kota sesuai dengan semangat desentralisasi dan otonomi daerah Ernawi 2010. Maka dari itu dari pemerintah Kabupaten Wajo, Sidrap dan Soppeng perlu menerjemahkan bentuk kebijakan yang dapat diimplementasikan dari aspek asimilasi. Proses penyusunan arahan pengembangan kawasan Danau Tempe dengan mempertimbangkan kearifan lokal harus berdasarkan pada bentuk arahan yang bersinergi dengan aspek asimilasi. Sistem kebijakan yang terbentuk penggabungan kebijakan pemerintah dan kearifan lokal diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat setempat terutama kelanjutan adat istiadat mereka dan manfaat bagi masyarakat pada umumnya terutama pada kegiatan pariwisata, ekonomi dan pengembangan ilmu pengetahuan. Arahan Pengembangan Kawasan Danau Tempe dengan Mempertimbangkan Kearifan Lokal Perencanaan yang berkelanjutan memerlukan pendekatan holistik, pengetahuan rasional, pengalaman, intuisi, pemikiran kreatif dan tindakan yang pada dasarnya relevan dengan kearifan lokal Berke dan Conroy 2000. Maka dari itu potensi kearifan lokal dapat menjadi kekuatan penggerak dalam meningkatkan kinerja pengembangan wilayah di kawasan Danau Tempe. Hasil penelitian dapat digunakan untuk menyusun beberapa rumusan arahan pengembangan sebagai bentuk adaptive development dalam penyempurnaan ruang dan masukan penting dalam penyempurnaan RTRW sebagai langkah strategis untuk mewujudkan kesejahteraan baik masyarakat setempat dan maupun di sekitarnya. Setiap kecamatan memiliki penyebaran komunitas lokal yang beragam dan tidak semua desakelurahan pada kecamatan tersebut memiliki potensi kearifan lokal, sehingga arahan pengembangan disusun dari keberadaan komunitas lokal. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka delineasi arahan pengembangan menempatkan komunitas lokal sebagai fokus utama berada pada desakelurahan dalam ring 1 dan berpengaruh pada desakelurahan ring 2. Desakelurahan yang masuk dalam kategori ring 1 adalah desakelurahan yang memiliki kearifan lokal dari komunitas tradisionalnya dan aktivitas masyarakatnya masih terpengaruh secara langsung dari keberadaan Danau Tempe, Sidenreng dan Lapongpakka. Desakelurahan yang masuk dalam kategori ring 2 merupakan desakelurahan yang berbatasan langsung dengan desakelurahan pada kategori ring 1 dan memiliki pengaruh secara tidak langsung dari keberadaan Danau Tempe, Sidenreng dan Lapongpakka terutama pada musim hujan. 105

1. Komunitas Lokal Nelayan Pakkaja

Komunitas nelayan pakkaja memiliki beberapa aspek kearifan lokal yang dapat dipertimbangkan dalam menyusun arahan pengembangan kawasan Danau Tempe. Kemudian diurutkan berdasarkan aspek kearifan lokal yang memiliki pengaruh terhadap kehidupan mereka, arahan pengembangan tersebut yaitu: a. Pada aspek kehidupan sosial dan kemasyarakatan terdapat tradisi dalam pengelolaan sumberdaya alam Danau Tempe menganut prinsip berkelanjutan yang ditandai dengan sistem aturan adat yang terdiri dari berbagai bentuk larangan. Tradisi komunitas nelayan pakkaja ditinjau secara formal mengikat seluruh masyarakat dalam memanfaatkan potensi sumberdaya alam perikanan. Macoa tappareng sebagai pemimpin utama dalam mengatur pemanfaatan sumberdaya alam. Pada konsep perencanaan tata ruang dengan pendekatan public-private partnership, keterlibatan macoa tappareng sebagai tokoh adat dapat direkomendasikan sebagai fungsi kontrol penting dalam mengharmonisasikan kearifan lokal pada regulasi penataan ruang. Proses manifestasi ada asitureng yang mengikat seluruh masyarakat dan kepercayaan terhadap walli atau funnawei pada dasarnya dapat menjadi pedoman regulasi pemerintah setempat dalam budidaya penangkapan ikan yang mengikuti aturan adat. Salah satu dampak overfishing adalah ketidakberlanjutan potensi perikanan, sehingga sistem adat yang mengikat masyarakat tersebut dapat menjadi pondasi penting agar pemanfaatan perikanan dapat tetap lestari. b. Rumah nelayan pakkaja terutama yang berbentuk kalampang merupakan cerminan bentuk kearifan lokal dan menjadi daya tarik tersendiri di Danau Tempe. Rumah kalampang dalam aturan adat tidak mengikat masyarakat, dalam artian bahwa tidak semua nelayan harus memiliki rumah kalampang. Pengembangan kawasan Danau Tempe dengan mempertimbangkan kearifan lokal perlu mengarahkan lokasi rumah kalampang sebagai desa pelestarian kearifan lokal, tetapi perkembangan harus dipantau karena dapat menjadi penyumbang pencemaran. Rumah tradisional di daratan dengan konsep rumah panggung merupakan bentuk adaptasi terhadap kondisi lingkungan yang dipengaruhi oleh fluktuasi perairan. Maka dari itu dalam pengembangan permukiman di sekitar danau harus mampu mengadopsi bentuk rumah panggung sebagai proses mitigasi bencana alam. c. Pada aspek budaya komunitas ini memiliki tradisi khas yang berkaitan langsung dengan danau yaitu upacara maccera tappareng yang diiringi mappalari lopi sebagai bentuk daya tarik wisata. Pada dasarnya tradisi tersebut dilaksanakan secara berkelompok dan tidak mengikat masyarakat secara individual. Kekhasan komunitas nelayan dari berbagai aspek kearifan lokal pakkaja pada beberapa desa memiliki peluang pengembangan berbasis desa wisata budaya.

2. Komunitas Lokal To Lotang

Komunitas To Lotang memiliki beberapa aspek kearifan lokal yang dapat dipertimbangkan dalam menyusun arahan pengembangan kawasan Danau Tempe. Kemudian diurutkan berdasarkan aspek kearifan lokal yang memiliki pengaruh terhadap kehidupan mereka, arahan pengembangan tersebut yaitu: 106 a. Pada aspek kehidupan sosial dan kemasyarakatan terdapat tradisi komunitas To Lotang dalam menjaga keberlanjutan agama dan pengembangan kegiatan pertanian. Tradisi tersebut mengikat seluruh masyarakat dalam komunitas To Lotang . Peran penting uwwata battoae dan uwwa sebagai ketua adat, dapat menjadi agen perubahan dalam pengembangan kawasan Danau Tempe. Keterlibatannya dalam perencanaan dapat menjadi bagian harmonisasi kearifan lokal dalam penataan ruang dengan memberikan pemahaman kepada masyarakat dalam komunitas mereka tentang kebijakan penataan ruang baik dengan forum sosial maupun dalam acara keagamaan. b. Setiap awal dan akhir kegiatan pertanian akan dikontrol oleh para uwwa, untuk memastikan pemanfaatan sumberdaya alam yang tidak merusak lingkungan dan berkeadilan. Manifestasi metau dan tettong terhadap Deuwata Seuwae adalah prinsip kearifan lokal dalam menjaga keberlanjutan pertanian yang telah menjadi aturan adat dalam komunitas tersebut. Pertanian tidak pernah terlepas dari keberadaan komunitas ini, dimana penganan dari beras dan jagung adalah salah satu sesajen penting dalam upacara keagamaan. Berdasarkan hasil komoditi unggulan padi dan jagung berada di Kecamatan Tellu Limpoe, Watang Sidenreng, Maniangpajo dan Maritengngae, dimana keempat kecamatan tersebut merupakan lokasi keberadaan komunitas To Lotang. Pengembangan pertanian harus mendapat dukungan sosial budaya masyarakat setempat Setiyanto 2011. Prinsip- prinsip kearifan lokal tersebut merupakan modal sosial masyarakat meningkatkan hasil produksi padi dan jagung. Pertimbangan kearifan lokal To Lotang dalam kegiatan pertanian dapat dilakukan dengan mengikuti tradisi masyarakat setempat dan upaya mempertahankan lahan pertanian produktif dengan mengedepankan tradisi metau dan tettong. c. Salah satu aturan adat bahwa rumah tosama tidak boleh melebihi tinggi rumah golongan uwwa dan tidak dibuat permanen yang berlaku bagi seluruh penganut komunitas ini. Aturan adat tersebut dapat menjadi pertimbangan penting dalam pengembangan permukiman dalam penentuan koefisien lantai bangunan yang tidak melebihi ketinggian rumah golongan uwwa, sehingga dalam penataan ruang permukiman dapat lebih terkendali. d. Ritual keagamaan yang khas terutama pada upacara sipulung menjadi momentum kebersamaan seluruh penganut ajaran To Lotang dari berbagai wilayah di Indonesia. Oleh sebab itu kawasan sekitar Amparita dapat diarahkan sebagai pusat perlindungan dan penyebaran Hindu To Lotang.

3. Komunitas Lokal Paggalung

Komunitas paggalung memiliki beberapa aspek kearifan lokal yang dapat dipertimbangkan dalam menyusun arahan pengembangan kawasan Danau Tempe. Kemudian diurutkan berdasarkan aspek kearifan lokal yang memiliki pengaruh terhadap kehidupan mereka, arahan pengembangan tersebut yaitu: a. Sistem pertanian tradisional bersumber dari lontara’ palaong nrumana yang berisikan khazanah pertanian etnis Bugis dengan kepercayaan terhadap Dewi Padi sebagai simbol kemakmuran petani. Pada prinsipnya sistem pertanian yang diwariskan secara turun temurun tersebut adalah bentuk pemanfaatan sumberdaya alam yang berkelanjutan dan telah menjadi kebiasaan masyarakat setempat. Sanro wanua adalah ketua adat pada 107 komunitas petani tradisional yang memegang peran penting dalam mengontrol keberhasilan pertanian. Konsep forum attudang-tudangeng yang dipimpin oleh sanro wanua dapat dimanfaatkan oleh pemerintah setempat dalam pengembangan pertanian. Arahan pengembangan berbasis kearifan lokal dapat direpresentasikan dengan menjadikan attudang-tudangeng sebagai bentuk kegiatan penyuluhan dan sanro wanua sebagai penyuluh pertanian yang akan mewadahi permasalahan pertanian di lapangan. b. Kegiatan usaha ekonomi komunitas ini terfokus pada pertanian padi dan murbei. Hasil analisis LQ dan SSA menunjukkan Kecamatan Donri-donri memiliki komoditi padi untuk tanaman pangan dan murbei untuk tanaman perkebunan. Setiyanto 2011 mengemukakan bahwa sebagian komoditi tumbuh dan berkembang karena adanya faktor alam, sebagian karena adanya keterampilan yang sudah lama ditekuni oleh masyarakat petani setempat dan mungkin ada yang berkembang karena tradisi yang bersifat khas ataupun sebab-sebab lain. Oleh sebab itu, peluang pengembangan komoditi unggulan tersebut dapat memanfaatkan tradisi pertanian secara tradisional sebagai dukungan budaya untuk meningkatkan produksi komoditi tersebut, antara lain meningkatkan kebutuhan sarana-prasarana dalam menunjang budidaya murbei dan padi dan mensosialisasikan pengetahuan pertanian tradisional kepada generasi selanjutnya. c. Mappadendang adalah pesta panen komunitas lokal tersebut ketika kegiatan panen raya telah usai. Tradisi tersebut dilakukan berdasarkan kelompok petani dan menjadi daya tarik dalam kegiatan pariwisata. Kekhasan komunitas petani tradisional dari berbagai aspek kearifan lokal paggalung pada beberapa desa dapat diarahkan sebagai media pembelajaran kearifan lokal dengan mengembangkan desa tersebut sebagai desa wisata.

4. Komunitas Lokal Pattenung

Komunitas pattenung memiliki aspek kearifan lokal yang dapat dipertimbangkan dalam menyusun arahan pengembangan kawasan Danau Tempe. Pengelolaan sumberdaya alam berbasis lokalistik dalam komunitas ini ditandai dengan adanya tradisi pemeliharaan ulat sutera sebagai penghasil benang berkualitas tinggi yang masih bertahan. Masyarakat dalam komunitas tersebut sejak dahulu telah memanfaatkan sumberdaya alam di sekitarnya sebagai tradisi yang diwariskan secara turun temurun, sebelum benang dari China, India dan Thailand banyak diimpor,. Kegiatan menenun telah menjadi usaha ekonomi utama masyarakat setempat. Produk kerajinan yang dihasilkan berupa lipa sabbe dan waju ponco sebagai penggerak ekonomi lokal masyarakat di sekitarnya. Komunitas pattenung dapat diarahkan sebagai pusat pengembangan ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal dengan mengembangkan tradisi pemeliharaan ulat dalam memenuhi kebutuhan bahan baku kegiatan menenun, meningkatkan kerjasama dengan pihak swasta dalam bentuk dukungan modal dan peran pemerintah dalam upaya sosialisasi terhadap keberlanjutan tradisi menenun.

5. Komunitas Lokal Pallanro

Komunitas pallanro memiliki aspek kearifan lokal yang dapat dipertimbangkan dalam menyusun arahan pengembangan kawasan Danau Tempe yaitu mengembangkan desa berbasis ekonomi kreatif. Kegiatan menimpa besi telah menjadi usaha ekonomi utama masyarakat setempat.