Jakarta Islamic Index JII

19 7. Hak untuk memiliki kekuatan tawar-menawar yang sama Bahwa dalam bertransaksi, investor memiliki kekuatan tawar-menawar yang sama untuk negosiasi.

2. Jakarta Islamic Index JII

Jakarta Islamic Index atau biasa disebut JII adalah salah satu indeks saham yang ada di Indonesia yang menghitung index harga saham rata- rata saham untuk jenis saham-saham yang memenuhi kriteria syariah. Pembentukan JII tidak lepas dari kerja sama antara Pasar Modal Indonesia dalam hal ini PT Bursa Efek Jakarta dengan PT Danareksa Investment Management PT DIM. JII telah dikembangkan sejak tanggal 3 Juli 2000. Pembentukan instrument syariah ini untuk mendukung pembentukan Pasar Modal Syariah yang kemudian diluncurkan di Jakarta pada tanggal 14 Maret 2003. Mekanisme Pasar Modal Syariah meniru pola serupa di Malaysia yang digabungkan dengan bursa konvensional seperti Bursa Efek Indonesia. Setiap periodenya, saham yang masuk dalam JII berjumlah 30 tiga puluh saham yang memenuhi kriteria syariah. JII menggunakan hari dasar tanggal 1 Januari 1995 dengan nilai dasar 100. Tujuan pembentukan JII adalah untuk meningkatkan kepercayaan investor untuk melakukan investasi pada saham berbasis syariah dan memberikan manfaat bagi pemodal dalam menjalankan syariah Islam untuk melakukan investasi di bursa efek. JII juga diharapakan dapat mendukung proses transparansi dan akuntabilitas saham berbasis syariah di Indonesia. JII menjadi jawaban atas keinginan investor yang ingin menanamkan dananya secara syariah tanpa takut tercampur dengan dana 20 ribawi. Selain itu, JII menjadi tolak ukur kinerja benchmark dalam memilih portofolio saham yang halal. Penentuan kriteria dalam pemilihan saham dalam JII melibatkan Dewan Pengawas Syariah PT DIM. Sahan-saham yang akan masuk ke JII harus melalui filter syariah terlebih dahulu. Berdasarkan arahan Dewan Pengawas Syariah PT DIM, ada 4 syarat yang harus dipenuhi agar saham- saham tersebut dapat masuk masuk ke JII: 1. Emiten tidak menjalankan usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang. 2. Bukan lembaga keuangan konvensional yang menerapkan sistem riba, termasuk perbankan dan asuransi konvensional. 3. Usaha yang dilakukan bukan memproduksi, mendistribusikan, dan memperdagangkan makananminuman yang haram. 4. Tidak menjalankan usaha memproduksi, mendistribusikan, dan menyediakan barangjasa yang merusak moral dan bersifat mudharat. Selain filter syariah, saham yang masuk ke dalam JII harus melalui beberapa proses penyaringan filter terhadap saham yang listing, yaitu: 1. Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 bulan, kecuali termasuk dalam 10 kapitalisasi besar. 2. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahun berakhir yang memiliki rasio Kewajiban terhadap Aktiva maksimal sebesar 90. 21 3. Memilih 60 saham dari susunan saham di atas berdasarkan urutan rata- rata kapitalisasi pasar market capitalization terbesar selama 1 satu tahun terakhir. 4. Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata- rata nilai perdagangan reguler selama 1 satu tahun terakhir. 3. Indeks Saham Syariah Indonesia ISSI Indeks Saham Syariah Indonesia ISSI merupakan indeks saham syariah yang baru dibentuk pada pertengahan Mei 2011. ISSI adalah indeks saham yang mencerminkan keseluruhan saham syariah yang tercatat di BEI. Berbeda dengan JII yang dimana anggotanya hanya 30 saham syariah terlikuid, ISSI merupakan indeks saham syariah yang beranggotakan seluruh saham syariah yang dahulunya terdaftar di IHSG bergabung dengan saham non-syariah lainnya. Tujuan dibentuknya ISSI adalah untuk memisahkan antara saham syariah dengan saham non-syariah yang dahulunya disatukan didalam IHSG. Konstituen ISSI adalah keseluruhan saham syariah tercatat di BEI dan terdaftar dalam Daftar Efek Syariah DES. Konstituen ISSI direview setiap enam bulan sekali yaitu pada bulan Mei dan November dan dipublikasikan pada awal bulan berikutnya. Konstituen ISSI juga dilakukan penyesuaian apabila ada saham syariah yang baru tercatat atau dihapuskan dari DES. Pada tahun 2010 perhitungan ISSI belum dilakukan. Pada saat itu, perhitungan indeks ISSI didapatkan secara manual dengan cara mengurangkan IHSG dengan JII. Pada pertengahan tahun yang tepatnya 22 tanggal 12 Mei 2011, perhitungan indeks ISSI resmi dilakukan. Metode perhitungan indeks ISSI menggunakan rata-rata tertimbang dari kapitalisasi pasar dan tahun dasar yang digunakan dalam perhitungan ISSI adalah awal penerbitan DES yaitu Desember 2007. 4. Saham Ekuitas atau Shares

a. Definisi Saham

Saham adalah tanda penyertaan modal pada perseroan terbatas dengan tujuan pemodal membeli saham untuk memperoleh penghasilan dari saham tersebut Weston dan Copelend, 2004:56. Menurut Alwi 2003:33 saham atau stock adalah surat tanda bukti atau tanda kepemilikan terhadap suatu perusahaan suatu perseroan terbatas. Saham juga berarti sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan terbuka Darmadji dan Fakhruddin, 2008. Alwi 2003:33 membagi saham menjadi dua jenis, yaitu saham biasa common stock dan saham preferen preferred stock. 1. Saham Biasa common stock Saham biasa adalah saham yang tidak mencantumkan nama pemilik dan kepemilikannya melekat pada pemegang sertifikat tersebut. Saham biasa adalah saham yang tidak memperoleh hak istimewa. Saham biasa menanggung risiko terbesar karena pemegang saham biasa menerima dividen hanya setelah pemegang saham preferen dibayar dan memperoleh dividen sepanjang perseroan memperoleh keuntungan, hak suara pada RUPS sesuai dengan jumlah saham yang dimilikinya dan pada likuidasi perusahaan, mempunyai hak untuk memperoleh sebagian dari kekayaan 23 perusahaan setelah semua kewajiban dilunasi, baik untuk para kreditur maupun para pemegang saham preferen. 2. Saham Preferen preferred stock Saham preferen adalah saham yang memberikan hak untuk mendapatkan dividen lebih dahulu dari saham biasa yang besarnya tetap. Saham preferen terdiri dari beberapa jenis, yaitu: a Cumulative Preferred Stock Memberikan hak kepada pemiliknya atas pembagian dividen yang sifatnya kumulatif dalam suatu presentasi atau jumlah tertentu. Apabila pada tahun tertentu dividen yang dibayarkan tidak dibayar sama sekali, maka hal ini diperhitungkan pada tahun-tahun berikutnya. Pembayaran dividen kepada pemegang saham preferen selalu didahulukan dari pemegang saham biasa. b Non Cumulative Preferred Stock Pemegang saham jenis ini prioritas dalam pembagian dividen sampai pada suatu presentasi atau jumlah tertentu, tetapi tidak bersifat kumulatif, yaitu dividen tahun-tahun sebelumnya yang belum dibayar tidak perlu dilunasi pada tahun berikutnya. Jadi jika akan membagi dividen untuk pemegang saham biasa, kewajiban yang ada hanyalah membayar dividen saham preferen untuk tahun tersebut. c Participating Preferred Stock Pemilik saham jenis ini disamping memperoleh dividen tetap seperti yang telah ditentukan, juga diberi hak untuk memperoleh 24 bagian dividen tambahan setelah saham biasa memperoleh jumlah dividen yang sama dengan jumlah tetap yang diperoleh saham preferen. d Non-participating preffered stock, pemegang saham jenis ini setiap tahunnya memperoleh dividen terbatas sebesar tarif dividennya. e Saham preferen convertible convertible preferred stock Saham jenis ini mempunyai preferensi untuk ditukar dengan surat berharga lain. Hak konversi umumnya meliputi penukaran saham preferen dengan saham biasa.

b. Saham Syariah

Saham syariah merupakan salah satu bentuk dari saham biasa yang memiliki karakteristik khusus dalam hal kehalalan ruang lingkup kegiatan usaha. Menurut Dewan Syariah Nasional DSN, saham syariah adalah suatu bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang memenuhi kriteria syariah dan tidak termasuk saham yang memiliki hak-hak istimewa. Adapun suatu saham dapat dikategorikan sebagai saham syariah jika saham tersebut diterbitkan oleh: a. Emiten dan Perusahaan Publik yang secara jelas menyatakan dalam anggaran dasarnya bahwa kegiatan usaha Emiten dan Perusahaan Publik tidak bertentangan dengan Prinsip-prinsip syariah. b. Emiten dan Perusahaan Publik yang tidak menyatakan dalam anggaran dasarnya bahwa kegiatan usaha Emiten dan Perusahaan Publik tidak bertentangan dengan Prinsip-prinsip syariah, namun memenuhi kriteria sebagai berikut: 25 1. kegiatan usaha tidak bertentangan dengan prinsip syariah, yaitu tidak melakukan kegiatan usaha:  perjudian dan permainan yang tergolong judi;  perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan barangjasa;  perdagangan dengan penawaranpermintaan palsu;  bank berbasis bunga;  perusahaan pembiayaan berbasis bunga;  jual beli risiko yang mengandung unsur ketidakpastiangharar danatau judi maisir, antara lain asuransi konvensional;  memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan danatau menyediakan barang atau jasa haram zatnya haram li-dzatihi, barang atau jasa haram bukan karena zatnya haram li-ghairihi yang ditetapkan oleh DSN-MUI; danatau, barang atau jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat;  melakukan transaksi yang mengandung unsur suap risywah; 2. rasio total hutang berbasis bunga dibandingkan total ekuitas tidak lebih dari 82, dan 3. rasio total pendapatan bunga dan total pendapatan tidak halal lainnya dibandingkan total pendapatan usaha dan total pendapatan lainnya tidak lebih dari 10. Adapun prinsip-prinsip dasar saham syariah Muhamad, 2014:488, meliputi: 26 a. Bersifat musyarakah jika ditawarkan secara terbatas b. Bersifat mudharabah jika ditawarkan kepada publik c. Tidak boleh ada perbedaan jenis saham, karena risiko harus ditanggung oleh semua pihak d. Prinsip bagi hasil laba rugi e. Tidak dapat dicairkan kecuali dilikuidasi

5. Harga Saham

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor Fundamental Keuangan Dan Resiko Sistematik Terhadap Harga Saham Perusahaan Consumer Goods Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2 43 146

Analisis Harga Saham Perusahaan Pertambangan di Bursa Efek Indonesia Dengan Analisis Fundamental Dan Teknikal

6 36 224

PENGARUH VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP INDEKS SAHAM SYARIAH INDONESIA (ISSI) DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (Issi) Di Bursa Efek Indonesia Periode Januari 2014 – Juli 2016.

0 4 14

PENGARUH VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP INDEKS SAHAM SYARIAH INDONESIA (ISSI) DI BURSA Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (Issi) Di Bursa Efek Indonesia Periode Januari 2014 – Juli 2016.

0 3 18

PENGARUH VARIABEL-VARIABEL FUNDAMENTAL DAN TEKNIKAL TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR Pengaruh Variabel-Variabel Fundamental Dan Teknikal Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 1 13

PENDAHULUAN Pengaruh Variabel-Variabel Fundamental Dan Teknikal Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 0 6

PENGARUH VARIABEL-VARIABEL FUNDAMENTAL DAN TEKNIKAL TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR Pengaruh Variabel-Variabel Fundamental Dan Teknikal Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 0 14

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL DAN FAKTOR TEKNIKAL TERHADAP RETURN SAHAM (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia).

2 16 121

ANALISIS EFISIENSI PERBANKAN DI INDONESIA (STUDI PADA BANK YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PADA PERIODE 2007-2011)

0 0 93

ANALISIS FUNDAMENTAL DAN ANALISIS TEKNIKAL DALAM MENILAI INVESTASI SAHAM SYARIAH YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011-2015

0 0 16