Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Investasi sudah menjadi kebutuhan penting bagi setiap orang. Investasi bertujuan mempersiapkan masa depan sedini mungkin untuk mengantisipasi kejadian yang tidak terduga melalui perencanaan kebutuhan yang disesuaikan dengan kemampuan keuangan saat ini. Menurut Eko Pratomo 2007:14, selain kebutuhan akan masa depan, seseorang melakukan investasi karena dipicu oleh banyaknya ketidakpastian atau hal yang tidak terduga dalam hidup ini keterbatasan dana, kondisi kesehatan, musibah, kondisi pasar investasi dan laju inflasi yang tinggi. Namun dengan adanya alternatif investasi seseorang dapat memenuhi kebutuhan masa depan, tentunya dengan menentukan prioritas kebutuhan. Selain untuk memenuhi kebutuhan setiap individu, investasi memudahkan perusahaan untuk mendapatkan dana liquid yang akan digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan, karena investasi pada dasarnya bersifat likuid mudah dirubah. Menurut Jugiyanto 2000:12 kegiatan investasi adalah menempatkan dana pada satu atau lebih aset selama periode tertentu dengan harapan memperoleh pendapatan atau peningkatan dana atas nilai investasi awal yang bertujuan memaksimalkan return yang diharapkan. Sedangka Mulyadi 2001:284 mendefinisikan investasi adalah pengaitan sumber - sumber dalam jangka panjang untuk menghasilkan laba dimasa yang akan datang. Oleh karena itu, sangat penting bagi perusahaan 2 untuk selalu memperhatikan dana yang dimilikinya untuk kelangsungan kegiatan operasional. Dari kegiatan operasional, perusahaan akan mendapatkan keuntungan dan meningkatkan kualitas perusahaan. Dengan begitu nilai perusahaan akan menjadi lebih maksimal, karena nilai perusahaan merupakan ukuran keberhasilan suatu perusahaan untuk dapat dipercaya oleh para investor. Pasar modal menjadi wadah untuk melakukan investasi. Dengan adanya pasar modal maka pihak yang mempunyai kelebihan dana dapat menginvestasikan dananya dengan mengharapkan imbalan. Sedangkan pihak yang memerlukan dana dapat memanfaatkan dana tersebut tanpa harus menunggu dana dari kegiatan operasional perusahaan Ahmad Kamarudin, 2003:17. Pada dasarnya Islam sangat menganjurkan umatnya untuk melakukan investasi ekonomi dengan cara yang baik dan benar. Dalam melakukan investasi tetap harus diperhatikan prinsip, etika, dan hukum ekonomi syariah. Prinsip-prinsip yang harus dipenuhi diantaranya adalah kegiatan ekonomi atas dasar suka sama suka, berkeadilan dan tidak saling merugikan. Untuk mengakomodasi kebutuhan investor yang berminat melakukan investasi yang sesuai syariah, maka pada tanggal 3 Juli 2000, Bursa Efek Jakarta BEJ bekerjasama dengan Danareksa Investment Management mengembangkan indeks syariah atau Jakarta Islamic Index JII. Indeks syariah merupakan kumpulan saham-saham yang memenuhi kriteria investasi dalam syariat Islam. Saham – saham yang terdaftar dalam JII terdiri dari 30 saham terbaik 3 yang telah lolos dari screening process yang dilakukan berdasar fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional. Selain JII, indeks syariah lainnya adalah Indeks Saham Syariah Indonesia ISSI yang merupakan indeks saham syariah yang baru dibentuk pada pertengahan mei 2011. Berbeda dengan JII yang dimana anggotanya hanya 30 saham syariah terlikuid, ISSI merupakan indeks saham syariah yang beranggotakan seluruh saham syariah yang dahulunya terdaftar di IHSG bergabung dengan saham non syariah lainnya. Alasan yang melatarbelakangi dibentuknya ISSI adalah untuk memisahkan antara saham syariah dengan saham non syariah yang dahulunya disatukan didalam IHSG. Pasar modal syariah Islamic Stock Market atau bursa efek syariah adalah kegiatan yang berhubungan dengan perdagangan efek syariah perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga profesi yang berkaitan dengannya, dimana semua produk dan mekanisme operasionalnya berjalan tidak bertentangan dengan hukum muamalah Islamiyah Abdul Hamid, 2009. Efek syariah yang telah diterbitkan oleh perusahaan publik di pasar modal syariah diantaranya obligasi, saham dan reksadana. Seacara umum, penerapan prinsip syariah khususnya pada saham dilakukan berdasarkan penilaian atas saham yang diterbitkan oleh masing-masing perusahaan. Saham menjadi halal jika saham tersebut kegiatan usahanya bergerak di bidang yang halal dan dalam niat pembelian saham tersebut adalah untuk investasi, bukan untuk spekulasi Ahmad Rodoni, 2009. 4 Akan tetapi sampai saat ini tidak semua saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia sesuai dengan prinsip syariah. Hanya saham yang sesuai prinsip syariah yang tergabung didalam saham syariah serta masuk dalam Daftar Efek Syariah DES dan indeks syariah. Jika dilihat dari jumlah penduduk Indonesia yang mayoritas muslim, dengan jumlah penduduk muslim sebanyak 207 juta jiwa atau mencapai 87,2 di akhir tahun 2010 dan akan terus bertambah sebesar 1,2 setiap tahunnya, Indonesia memiliki prospek investasi syariah yang menjanjikan. Didukung dengan prospek pertumbuhan ekonomi dan pasar modal. Pertumbuhan dan perkembangan saham syariah di Indonesia pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2014 dapat dilihat pada Gambar 1.1. Gambar 1.1 Pertumbuhan Saham Syariah Sumber : OJK, Statistik Pasar Modal Syariah 2014 Terlihat pada Gambar 1.1 bahwa sampai tahun 2008 jumlah saham syariah sebanyak 191 saham syariah. Kemudian terjadi peningkatan yang tidak terlalu signifikan dari tahun ke tahun sampai tahun 2011 yang secara kumulatif terdapat 253 saham syariah yang tercatat di pasar modal Indonesia. 50 100 150 200 250 300 350 400 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Periode 1 Periode 2 5 Pada tahun 2011 ke tahun 2012 setelah terbentuknya ISSI di tahun 2011 terjadi pertumbuhan yang cukup signifikan, yaitu naik sebesar 21,9 menjadi 322 saham syariah di tahun 2012. Jumlah saham syariah semakin meningkat pada periode II di akhir Desember 2014, dimana jumlah saham syariah sebanyak 334. Pertumbuhan dan perkembangan saham syariah juga didukung dengan adanya peningkatan indeks syariah. Tabel 1.1 Pertumbuhan Kapitalisasi JII dan ISSI Rp Miliar Tahun Jakarta Islamic Index JII Indeks Saham Syariah Indonesia ISSI 2011 1.414.983,81 1.968.091,37 2012 1.671.004,23 2.451.334,37 2013 1.672.099,91 2.557.846,77 2014 1.944.531,70 2.946.892,79 Sumber : OJK, Statistik Pasar Modal Syariah 2014 Pada tahun 2011 hingga tahun 2014 JII mengalami peningkatan sebesar 27,23 yaitu dari Rp 1.414 triliun di tahun 2011 menjadi Rp 1.944 triliun di tahun 2014. Begitu juga dengan ISSI yang mengalami peningkatan dari tahun 2011 ke tahun 2014 sebesar 33,21 menjadi Rp 2.946 triliun di tahun 2014. Kedua indeks syariah tersebut yang menjadi barometer kesehatan pasar modal syariah. Selain itu, pesatnya perkembangan saham syariah tidak terlepas dari kehadiran fatwa Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia DSN- MUI No.80 tentang penerapan prinsip syariah dalam mekanisme perdagangan efek bersifat ekuitas di pasar reguler bursa efek. Dengan adanya fatwa tersebut investor semakin yakin dan semakin banyak yang berminat 6 untuk investasi dengan prinsip syariah di pasar modal, karena telah ada dasar hukum atau fiqih yang kuat. Meskipun sudah memiliki dasar hukum yang kuat, dalam malakukan investasi setiap investor pasti akan dihadapkan pada realized return yang berbeda dengan expected return yaitu perbedaan antara hasil yang diharapkan dengan kenyataan yang merupakan risiko yang bersumber pada adanya suatu ketidakpastian Jogiyanto, 2000:107. Investor yang membeli saham atau melakukan investasi mengharapkan untuk memperoleh return tinggi selama berinvestasi dan meminimalkan resiko pada ketidakpastian. Maka investor yang ingin melakukan investasi perlu melakukan perencanaan investasi yang efektif, yang dimulai dari perhatian terhadap tingkat risiko dan return yang seimbang dari setiap transaksi. Salah satunya dengan melakukan analisa terhadap penilaian harga saham sebagai langkah mendasar. Harga saham di bursa efek di tentukan menurut hukum permintaan dan penawaran. Semakin banyak orang yang ingin membeli saham, maka harga saham akan cenderung bergerak naik, sebaliknya semakin banyak orang-orang yang akan menjual saham tersebut, maka harga saham cenderung akan bergerak turun. Dengan demikian, investor dapat menganalisa hal tersebut dengan dua pendekatan yang digunakan dalam menganalisa, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Bettman dkk. 2009 menyatakan bahwa ada dua jenis analisis yang berbeda yang banyak digunakan, yang pertama adalah fundamental dan lainnya adalah analisis teknikal. Kedua jenis analisis tersebut berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sama, tetapi secara alamiah keduanya sangat berbeda. 7 Analisis fundamental merupakan cara menentukan nilai perusahaan dengan melakukan analisa faktor-faktor terkait ekonomi, industri, dan perusahaan. Menurut Ang 1997 analisis fundamental pada dasarnya adalah bagaimana investor melakukan analisis historis atas kekuatan keuangan dari suatu perusahaan, dimana proses ini sering juga disebut sebagai analisis perusahaan company analysis. Subramanyam 2010 meyatakan bahwa bagian utama dari analisis fundamental adalah evaluasi atas posisi dan kinerja keuangan perusahaan. Analisis teknikal atau charting merupakan analisis dengan mencari pola dari sejarah harga atau volume sebuah saham untuk memprediksi pergerakan harga saham di masa depan Subramanyam, 2010:11. Analisis teknikal menggunakan grafik atau gambar yang menghasilkan pola-pola tertentu dan pola-pola yang dihasilkan kemudian dianalisis dengan membandingkan dengan hasil observasi yang telah dilakukan, sehingga pola-pola tersebut memberikan suatu indikasi terhadap pergerakan harga saham Ang, 1997. Analisis teknikal menegaskan bahwa perubahan harga saham terjadi berdasarkan pola perilaku harga saham itu sendiri, sehingga harga cenderung untuk terulang kembali. Menurut Husnan 2003 bahwa kedua analisis fundamental dan teknikal dapat dijadikan sebagai dasar bagi investor untuk memprediksi return, resiko atau ketidakpastian, jumlah, waktu, dan faktor lain yang berhubungan dengan aktivitas investasi di pasar modal. Pada nyatanya analisis fundamental dan teknikal akan mempengaruhi pergerakan harga saham. Kedua analisis tersebut sudah digunakan sejak lama oleh para analis untuk dapat memperkirakan 8 pergerakan harga saham dan keduanya seringkali digunakan secara independen tanpa interaksi satu dengan lainnya Seperti yang dinyatakan oleh Bettman dkk. 2009 bahwa analisis fundamental dan analisis teknikal digunakan secara independen oleh sebagian analis pasar saham. Namun, ada penelitian terdahulu yang mengintegrasikan kedua analisis tersebut menjadi model tunggal yang kuat. Salah satu penelitian pernah dilakukan oleh Taylor dan Allen 1992 yang menunjukkan sifat saling melengkapi antara analisis fundamental dan teknikal. Didalam penelitiannya, mereka melakukan survei ke lebih 400 dealer valuta asing di Pasar London pada tahun 1988 dengan tingkat respon 60. Hasilnya adalah bahwa 90 responden menggunakan masukan dari analisis teknikal untuk mengambil keputusan dari perdagangan mereka, dan 60 dari responden menilai bahwa analisis fundamental juga memiliki peran yang penting. Dan hasilnya bahwa kedua analisa fundamental dan teknikal memiliki sifat komplementer. Dalam penelitiannya sendiri, Bettman dkk. 2009 melakukan penggabungan analisis fundamental dan teknikal menjadi berbagai model persamaan. Dalam penelitiannya tersebut terdapat lima model untuk menganalisis kemampuan masing-masing variabel di korelasikan terhadap harga saham sebagai variabel dependen. Sedangkan variabel independen yang digunakan adalah terdiri dari faktor fundamental yaitu EPS Earning Per Share, FEPS Forecasted Earning Per Share, BVPS Book Value Per Share dan faktor teknikalnya adalah harga saham masa lalu dan dua variabel momentum dummy. Dimana dalam hasil penelitiannya menunjukan bahwa terdapat sifat saling melengkapi diantara analisis fundamental dan teknikal. 9 Penelitian terbaru mengenai penggunaan analisis teknikal dan fundamental untuk membentuk perkiraan pergerakan harga saham dilakukan oleh Naveen Kumar 2014. Temuannya menunjukkan bahwa setidaknya 90 dari pialang saham menggunakan analisis teknikal ketika membentuk suatu pandangan pada satu atau lebih periode waktu. Jika melihat pada periode waktu yang lebih singkat, penggunaan lebih bergantung pada analisis teknikal dibandingkan dengan analisis fundamental, tetapi dalam jangka waktu yang lama terjadi pergeseran yang meningkat ke penggunaan analisis fundamental. Sebagian besar pialang saham melihat analisis teknikal merupakan pelengkap dari analisis fundamental. Terkait dengan analisis teknikal, Mohammad Omar Farooq dan Md. Hasib Reza 2014 melakukan penelitian yang berjudul “: Applying technical analysis from a comparative perspective ”. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk menerapkan analisis teknikal untuk beberapa indeks Islam terkemuka. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa kinerja Dow Jones Islamic Market US Index dapat ditingkatkan ketika analisis teknikal diterapkan. Penelitian lain tentang pengaruh antara faktor fundamental dan faktor teknikal terhadap harga saham telah banyak dilakukan. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti 2010, menunjukan bahwa ROA, NIM, EPS, PER dan Harga saham satu tahun sebelumnya memiliki pengaruh positif secara parsial terhadap harga saham. Abied Luthfi Safitri 2013 dalam penelitiannya menujukan bahwa secara simultan EPS, PER, ROA, DER dan MVA berpengaruh terhadap Harga Saham dalam Kelompok JII tahun 2008-2011, 10 dan secara parsial hanya EPS, PER dan MVA yang berpengaruh positif signifikan terhadap Harga Saham sedangkan ROA dan DER tidak berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham dalam Kelompok JII tahun 2008-2011. Serta Danika, Noer dan Hendro 2014 dalam penelitiannya menunjukan bahwa faktor Book Value per Share BVS, Price to Book Value PBV, Debt to Equity Ratio DER, tren harga saham, BI rate, harga minyak dunia, dan kurs rupiah memberikan pengaruh signifikan terhadap harga saham sektor pertanian periode 2005-2011 . Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang terdiri dari lima model penilaian ekuitas yang mengintegrasikan kedua jenis analisis. Integrasi tersebut digunakan untuk mengenali kemampuan kedua analisis dalam memberikan penjelasan yang kuat atau pengaruh yang lebih tinggi dalam menjelaskan harga saham. Penelitian ini difokuskan pada suatu model penilaian ekuitas yang terdiri dari faktor fundamental dan teknikal dan pengujian dari sifat pelengkap yang dimiliki kedua analisis dalam menjelaskan pergerakan harga saham di Indonesia. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah faktor fundamental yang terdiri rasio keuangan yaitu BVPS Book Value Per Share, PER Price Earning Ratio, EPS Earning Per Share, FEPS Forecasted Earning Per Share, dan faktor teknikal yaitu harga saham masa lalu dan juga dua variabel momentum dummy D up dan D down sebagai variabel independen. Sedangkan variabel dependennya adalah harga saham syariah yang masuk dalam JII dan ISSI di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2011 – 2015. Sampel yang 11 digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 91 perusahaan saham syariah yang konsisten terdaftar di Jakarta Islamic Index dan Indeks Saham Syariah Indonesia salama periode 2011 – 2015. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS FUNDAMENTAL DAN TEKNIKAL PADA SAHAM SYARIAH DI INDONESIA STUDI EMPIRIS: PERUSAHAAN YANG MASUK DALAM JII DAN ISSI DI BURSA EFEK INDOENSIA TAHUN 2011-2015 ”.

B. Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor Fundamental Keuangan Dan Resiko Sistematik Terhadap Harga Saham Perusahaan Consumer Goods Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2 43 146

Analisis Harga Saham Perusahaan Pertambangan di Bursa Efek Indonesia Dengan Analisis Fundamental Dan Teknikal

6 36 224

PENGARUH VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP INDEKS SAHAM SYARIAH INDONESIA (ISSI) DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (Issi) Di Bursa Efek Indonesia Periode Januari 2014 – Juli 2016.

0 4 14

PENGARUH VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP INDEKS SAHAM SYARIAH INDONESIA (ISSI) DI BURSA Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (Issi) Di Bursa Efek Indonesia Periode Januari 2014 – Juli 2016.

0 3 18

PENGARUH VARIABEL-VARIABEL FUNDAMENTAL DAN TEKNIKAL TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR Pengaruh Variabel-Variabel Fundamental Dan Teknikal Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 1 13

PENDAHULUAN Pengaruh Variabel-Variabel Fundamental Dan Teknikal Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 0 6

PENGARUH VARIABEL-VARIABEL FUNDAMENTAL DAN TEKNIKAL TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR Pengaruh Variabel-Variabel Fundamental Dan Teknikal Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 0 14

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL DAN FAKTOR TEKNIKAL TERHADAP RETURN SAHAM (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia).

2 16 121

ANALISIS EFISIENSI PERBANKAN DI INDONESIA (STUDI PADA BANK YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PADA PERIODE 2007-2011)

0 0 93

ANALISIS FUNDAMENTAL DAN ANALISIS TEKNIKAL DALAM MENILAI INVESTASI SAHAM SYARIAH YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011-2015

0 0 16