37
Bettman dkk. 2009, yang membuat model penelitian untuk menguji sifat saling melengkapi yang dimiliki analisis fundamental dan teknikal
terhadap pergerakan saham. Dimana hasil dari pengujiannya adalah bahwa perkiraan EPS Forecast Earning Per Share memiliki hubungan yang
lebih signifikan terhadap harga saham daripada EPS itu sendiri. Ini juga konsisten dengan Dechow dkk. 1999 yang juga menyatakan bahwa
penambahan perkiraan laba per saham dapat meningkatkan kekuatan penjelas dari pada hanya menggunakan EPS. Dengan begitu Forecast
Earning Per Share akan menjadi eksplanator positif terhadap harga di masa depan.
5. Harga Saham Masa Lalu dengan Harga Saham Syariah
Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Wulandari 2009 menyimpulkan bahwa Harga Saham Masa Lalu mempunyai arah yang positif dan
mempunyai pengaruh yang dominan terhadap harga saham. Penelitian lain juga dilakukan oleh Wijayanti 2010, dimana hasil dalam penelitiannya
menyimpulkan bahwa Harga Saham Satu Tahun Lalu memiliki pengaruh positif terhadap harga saham perbankan di Indonesia. Pengakuan
kemampuan harga masa lalu dan pergerakannya untuk memprediksi nilai masa depan adalah pertama kali ditulis pada Teori Dow, diterbitkan The
Wall Street Journal oleh Charles Dow, 1900-1902 yang ditulis oleh Szabo 2004 pada penelitiannya Bettman dkk. 2009, yang secara implisit
menyatakan bahwa harga masa lalu dan pergerakannya bisa meramalkan harga di masa depan. Karena pentingnya analisis teknikal dalam
kemampuannya untuk memprediksi harga masa depan. Sehingga dapat
38
disimpulkan bahwa harga saham masa lalu berpengaruh terhadap
pergerakan harga saham. 6.
Dummy Up D
up
dengan Harga Saham Syariah
Penggunaan variabel dummy adalah untuk mencerminkan sangat positif atau negatif kondisi saham atau kondisi pasar, variabel D
up
digunakan untuk tren saham yang sangat positif bullish seperti yang digunakan
oleh Bettman dkk. 2009. Dalam studi Jegadeesh dan Titman 1993 menyatakan bahwa keuntungan dari strategi tren menghasilkan kembali
konsistensi yang positif untuk setidaknya 60 tahun terakhir di Inggris dan Amerika. Dan pada penelitian Jegadeesh dan Titman 2001, juga
menyatakan bahwa keuntungan penggunaan pergerakan tren juga telah ditemukan di sebagian besar pasar maju seluruh dunia kecuali Jepang,
dengan bukti hasil statistik yang tidak signifikan dari variabel tren harga
terhadap saham di Jepang. Pada penelitian yang dilakukan oleh Stephanus
Remond Waworuntu dan Hendra Suryanto 2011, menunjukan ada pengaruh yang positif antara D
up
dengan harga saham di Indonesia yang tergabung dalam LQ45 pada tahun 2007-2009. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa D
up
berpengaruh positif terhadap harga saham.
7. Dummy Down D