27
51 13
8 1 21-30 tahun
31-40 tahun 41-50 tahun
51-60 tahun 61-70 tahun
5.2. Preferensi Masyarakat dalam Berbelanja Kebutuhan Sehari-hari
5.2.1. Karekteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah Ibu Rumah Tangga IRT yang tinggal di kota dan kabupaten Bogor. Berdasarkan Gambar 5.2., usia IRT yang
menjadi responden sebagian besar berusia 31-40 tahun 51 persen dan yang paling kecil adalah berusia 61-70 tahun 1 persen.
Gambar 5.2. Usia Responden
Pada Gambar 5.3., sebagian besar tingkat pendidikan dari responden adalah tamatan SMU 32 persen sedangkan tingkat pendidikan yang paling kecil
respondennya adalah tamatan S2 2,1 persen. Hal ini terkait dengan tamatan S2 yang jarang ditemui di lokasi pengambilan contoh yaitu tempat-tempat umum.
Gambar 5.3. Pendidikan Responden
5 10
15 20
25 30
35
Tamat SD
Tamat SLTP
Tamat SMU
Tamat Diploma
Tamat S1 Tamat S2 Persen
Pekerjaan responden sebagian besar adalah IRT yang tidak bekerja 51 persen. Sedangkan IRT yang bekerja sebagai pegawai negeri, buruh, guru,
karyawan honorer, wiraswasta, dan sebagainya sebanyak 48 persen Gambar 5.4..
Gambar 5.4. Pekerjaan Responden
Pendapatan rata-rata keluarga perbulan responden sebagian besar berjumlah kurang dari satu juta sebanyak 41 persen. Sedangkan responden yang
pendapatan rata-rata keluarganya perbulan lebih dari lima juta mempunyai persentase peling kecil sebesar 2 persen Gambar 5.5..
Gambar 5.5. Pendapatan Rata-Rata Keluarga Perbulan
5.2.2.
Hubungan Preferensi Masyarakat dalam Berbelanja dengan Faktor Pribadi, Pola dan Perilaku Belanja
Preferensi masyarakat dalam berbelanja kebutuhan sehari-hari dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang sifatnya internal maupun eksternal. Setiap Ibu
46.5 47
47.5 48
48.5 49
49.5 50
50.5 51
51.5
IRT tidak bekerja IRT yang bekerja
Persen
41
30 16
4 7
2 1 juta
1-2 juta 2-3 juta
3-4 juta 4-5 juta
5 juta
Rumah Tangga IRT tidak bebas untuk melakukan segala sesuatu yang diinginkan karena terkendala oleh waktu, pendapatan, pekerjaan yang merupakan
bagian dari faktor pribadi dan banyak faktor lain dalam menentukan pilihannya berbelanja. Penjelasan mengenai hubungan antara preferensi belanja dengan
kategori tertentu dengan mengelompokkan preferensi masyarakat yang belanjanya ke pasar tradisional, pasar moderen dan lainnya dalam artian selain pasar
tradisional dan pasar moderen, contohnya warung. Hal ini dilakukan agar dapat melihat karakteristik yang lebih spesifik dari masing-masing preferensi
masyarakat dalam berbelanja.
Tabel 5.1. Hubungan antara Preferensi Belanja dengan Pekerjaan
Pekerjaan persen Preferensi masyarakat
dalam berbelanja IRT yang tidak bekerja
IRT yang bekerja Pasar Moderen
41.40 58.60
Pasar Tradisional 45.20
54.80 Lainnya
73.10 26.90
Berdasarkan Tabel 5.1, baik IRT yang preferensi belanjanya ke pasar moderen maupun pasar tradisional sebagian besar merupakan IRT yang bekerja
58,60 persen. Sedangkan IRT yang preferensi belanjanya ke selain pasar tradisional dan pasar moderen seperti warung umumnya IRT yang tidak bekerja
73,10 persen. Hal ini dikarenakan IRT yang tidak bekerja biasanya terkendala dalam masalah jarak yang jauh dari tempat tinggalnya ke kedua pasar tersebut,
keefisienan waktu dan biaya terutama biaya transportasi serta ada kaitannya dengan motivasi IRT dalam berbelanja. Kaitannya dengan motivasi berbelanja
dibuktikan dari hasil survei bahwa IRT yang preferensi belanjanya ke pasar moderen dan pasar tradisional sebagian besar mempunyai motivasi berbelanja
yaitu belanja barang sekaligus jalan-jalan 53 persen sedangkan IRT yang preferensi belanjanya ke selain pasar tradisional dan pasar moderen seperti
warung mempunyai motivasi hanya belanja barang tertentu saja 73,10 persen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa IRT yang preferensi belanjanya
ke pasar moderen didominasi oleh IRT yang pendapatannya kurang dari satu juta hingga tiga juta masing-masing sebesar 27,60 persen. Hal ini dapat menunjukkan
bahwa pasar moderen telah dapat menggarap konsumen dari berbagai kalangan termasuk kalangan berpendapatan rendah seperti IRT yang berpendapatan kurang
dari satu juta. IRT yang preferensi belanjanya ke pasar tradisional didominasi oleh IRT yang memiliki pendapatan kurang dari satu juta sebesar 42,90 persen.
Dominasi kalangan IRT yang berpendapatan di bawah satu juta ini menunjukkan bahwa pasar tradisional masih memiliki brand image harga lebih murah sehingga
terjangkau bagi kalangan tersebut. Brand image ini diduga bisa disebabkan karena faktor pembelian barang dalam jumlah fleksibel dan bisa ditawar di pasar
tradisional.
Tabel 5.2. Hubungan antara Preferensi Belanja dengan Pendapatan
Pendapatan persen Preferensi
masyarakat dalam berbelanja
1 juta 1-2 juta
2-3 juta 3-4 juta
4-5 juta 5 juta
Pasar Moderen 27.60
27.60 27.60
3.40 13.80
.00 Pasar Tradisional
42.90 23.80
16.70 4.80
7.10 4.80
Lainnya 53.80
38.50 3.80
3.80 .00
.00
Bagi IRT yang preferensi belanjanya ke selain pasar tradisional dan pasar moderen seperti warung didominasi oleh IRT yang berpendapatan di bawah satu
juta sebesar 53,80 persen yang dapat dilihat pada Tabel 5.2, upahgaji yang diperoleh pada umumnya adalah gaji harian dan biasanya mereka terkendala
dalam masalah biaya transportasi yang akan menjadi beban pengeluaran sehingga seperti warunglah yang menjadi tempat pilihan belanja relevan bagi mereka.
Berdasarkan Tabel 5.3, IRT yang preferensi belanjanya ke pasar moderen sebagian besar mempunyai pola belanja bulanan 58,60 persen. IRT ini
umumnya adalah wanita yang bekerja sehingga mempunyai waktu luang yang sempit untuk melakukan aktivitas belanja dibandingkan dengan IRT yang tidak
bekerja dan biasanya barang kebutuhan yang dibeli adalah barang atau produk yang tahan lama.
Tabel 5.3. Hubungan antara Preferensi Belanja dengan Pola Belanja
Pola belanja Preferensi masyarakat dalam
berbelanja Belanja harian
Belanja mingguan
Belanja bulanan
Pasar Moderen 3.40
37.90 58.60
Pasar Tradisional 35.70
45.20 19.00
Lainnya 92.30
.00 7.70
IRT yang preferensi belanja ke pasar tradisional sebagian besar mempunyai pola belanja mingguan 45,20 persen. IRT ini biasanya membeli
kebutuhannya dalam jumlah relatif banyak terutama bahan pangan seperti sayur mayur, buah-buahan, daging dan ikan yang dapat disimpan dalam lemari es.
Selain karena IRT ini mempunyai waktu yang relatif sempit, pola belanja mingguan dapat menghemat biaya transportasi dan tenaga.
IRT yang preferensi belanjanya ke selain pasar tradisional dan pasar moderen seperti warung sebagian besar mempunyai pola belanja harian 92,30
persen. Hal ini terkait dengan upah atau gaji yang didapat keluarga biasanya adalah gaji harian sehingga IRT yang preferensi belanjanya ke selain pasar
tradisional dan pasar moderen seperti warung lebih memilih belanja dengan siklus harian. Selain itu, dengan melakukan pola belanja harian, mereka tak perlu
lagi mengeluarkan biaya transportasi ke pasar karena cukup hanya berjalan kaki ke warung yang dituju. Umumnya biaya ini memang bisa memberatkan karena
setiap hari harus dikeluarkan. Berdasarkan hasil survei, bagi IRT yang preferensi belanjanya ke selain pasar tradisional dan pasar moderen seperti warung
memang sebagian besar berjalan kaki ke warung yang dituju 96,20 persen. Sedangkan untuk IRT yang preferensi belanjanya ke pasar tradisional maupun
moderen sebagian besar menggunakan kendaraan umum yang dapat dilihat pada Tabel 5.4.
Tabel 5.4. Hubungan antara Preferensi dengan Kendaraan yang Digunakan
Kendaraan yang Digunakan persen Preferensi Masyarakat Dalam
Berbelanja Jalan Kaki
Motor Mobil
Kendaraan Umum
Pasar moderen 13.80
34.50 10.30
41.40 Pasar tradisional
26.20 11.90
11.90 50
Lainnya 96.20
3.80 .00
.00
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa IRT yang preferensi belanjanya baik di pasar moderen, pasar tradisional maupun lainnya seperti warung sebagian
besar jarang membeli barang yang diluar rencana ketika berbelanja Tabel 5.5. Hal ini menunjukkan impuls buying atau rangsangan karena melihat display dari
berbagai produk yang dijual di masing-masing tempat kurang berpengaruh bagi IRT untuk belanja diluar rencana. Salah satu penyebabnya adalah adanya kendala
dalam budget yang dikeluarkan. IRT dituntut untuk lebih arif dan hemat dalam mengeluarkan uang untuk keperluan kebutuhan rumah tangganya.
Tabel 5.5. Berbelanja di luar Rencana atau Tidak Terduga Impuls buying
Impuls Tidak ada pilihan
Selalu Sering
Jarang Tidak
Pernah Jumlah
3 9 27 55 3
Persen 3.10 9.30 27.80
56.70 3.10
Baik responden yang tinggal di Kota maupun Kabupaten Bogor khususnya untuk IRT yang preferensi belanjanya ke pasar moderen, dari sepuluh nama pasar
moderen IRT paling banyak memilih Yogya sebagai tempat berbelanja yang mereka datangi dengan persentase sebesar 20,70 persen. Urutan selanjutnya
adalah Ramayana Supermarket 17,20 persen, Indomaret 13,80 persen, Al- Amien Swalayan 13,80 persen, Giant 6,90 persen, Superindo 6,90 persen,
Carrefour 3,40 persen, Ngesti 3,40 persen dan Amanah Swalayan 3,40 persen.
Tabel 5.6. Hubungan Preferensi ke-1 dan Preferensi ke-2 Masyarakat dalam Berbelanja
Preferensi ke-2 persen Preferensi ke-1
masyarakat dalam berbelanja
Warung Pasar Tradisional
Pasar Moderen Grosiran
Tidak ada Preferensi
Pasar moderen 43.30
36.70 13.30
3.30 3.30
Pasar Tradisional 21.40
4.80 71.4
2.40 Lainnya
4.00 48.00
44.00 .00
4.00
Berdasarkan Tabel 5.6 IRT yang preferensi pertama belanjanya ke pasar moderen, sebagian besar preferensi keduanya adalah selain pasar tradisional dan
pasar moderen seperti warung sebesar 43,40 persen. IRT yang preferensinya ke pasar moderen umumnya wanita yang bekerja yang mempunyai waktu luang yang
relatif sempit sehingga warung merupakan preferensi kedua yang cukup relevan untuk memenuhi kebutuhannya. Waktu yang diperlukan pun untuk belanja di
selain pasar tradisional dan pasar moderen seperti warung relatif singkat, jarak pun terjangkau karena biasanya dekat dengan tempat tinggal dan tidak
membutuhkan banyak tenaga serta biaya transportasi untuk dikeluarkan. IRT yang preferensi pertama belanjanya ke pasar tradisional sebagian
besar preferensi keduanya adalah pasar moderen 71,40 persen. Pelayanan,
18.97 31.03
36.21 65.45
32.76 10
20 30
40 50
60 70
H ar
ga tidak
p as
ti
P rod
uk ti
da k te
rja m
in
Su lit m
en em
uk an
k ios
Be ce
k, k
oto r,
ba u, d
ll K
ur ang
am an
persen
kenyamanan dan fasilitas pendukung yang ada di tempat tersebut cukup menarik perhatian IRT untuk memilihnya sebagai tempat yang relevan memenuhi
kebutuhannya. Sedangkan IRT yang preferensi pertama belanjanya ke selain pasar tradisional dan pasar moderen seperti warung sebagian besar preferensi
keduanya adalah pasar tradisional 48 persen. Pasar tradisional merupakan preferensi kedua dalam berbelanja karena IRT ini menilai harga yang relatif
murah, terjangkau, pembelian fleksibel dan harga bisa ditawar merupakan alasan bagi mereka untuk memilih pasar tradisional sebagai tempat belanja yang cukup
relevan dengan kondisi keuangan mereka.
Gambar 5.6. Alasan Konsumen Kurang Menyukai Belanja di Pasar Tradisional
Pada Gambar 5.6 alasan konsumen kurang menyukai belanja di pasar tradisional yang pertama seperti becek, kotor, dan bau dengan persentasenya
sebesar 65,45 persen. Kondisi tersebut membuat enggan sebagian besar konsumen untuk berkunjung ke pasar tradisional dan memilih tempat lain yang lebih nyaman
dalam berbelanja. Berdasarkan uraian diatas, pasar tradisional masih mempunyai peluang
untuk dapat menggarap konsumennya dari berbagai segmen pendapatan keluarga
IRT. Hal ini terlihat pada Tabel 5.2 yang menunjukkan bahwa hampir setiap segmen pendapatan mempunyai preferensi belanja ke pasar tradisional. Selain itu,
anggapan bahwa pasar tradisional lebih disukai oleh kalangan IRT yang tidak bekerja tak selamanya benar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa IRT yang
bekerja ternyata juga mempunyai preferensi belanja ke pasar tradisional dan persentasenya lebih besar dibandingkan dengan IRT yang tidak bekerja.
Berdasarkan Tabel 5.1 preferensi IRT yang belanjanya ke pasar tradisional memiliki perbedaan persentase yang kecil antara IRT yang bekerja dan tidak
bekerja sebesar 9,80 persen. Hal ini merupakan peluang bagi pasar tradisional dimana penggarapan konsumennya dapat lebih ditingkatkan untuk menarik
konsumen dari kalangan IRT yang bekerja. Selain itu, pasar tradisional masih mempunyai peluang untuk memperbaiki pasar agar paradigma becek, bau, kotor,
dll dimata masyarakat dapat berubah.
5.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Preferensi Masyarakat Dalam