Identifikasi kerusakan lahan dan pendapat masyarakat terhadap rencana rehabilitasi lahan pertanian pasca tsunami

(1)

IDENTIFIKASI KERUSAKAN LAHAN DAN PENDAPAT MASYARAKAT

TERHADAP RENCANA REHABILITASI LAHAN PERTANIAN PASCA TSUNAMI

(Studi Kasus Kecamatan Lho’nga Kabupaten Aceh Besar )

ASNAWI ACHMAD

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

Terhadap Rencana Rehabilitasi Lahan Pertanian Pasca Tsunami (Studi Kasus Kecamatan Lho’nga Kabupaten Aceh Besar). Dibimbing oleh SANTUN R.P. SITORUS dan H. R. SUNSUN SAEFULHAKIM.

Gempa dan tsunami yang melanda provinsi Nanggroe Aceh Darussalam pada 26 Desember 2004 telah mengakibat 61.816 ha lahan pertanian rusak, sehingga mengakibatkan lumpuhnya kegiatan usahatani masyarakat. Kerusakan lahan terjadi utamanya dalam bentuk perubahan tekstur tanah dan akibat dari intrusi air laut yang mengakibatkan sifat-sifat kimia dan kesuburan tanah mengalami degradasi. Program rehabilitasi lahan pertanian yang rusak akibat tsunami sangat diperlukan, sehingga lahan-lahan pertanian dapat difungsikan kembali. Penelitian bertujuan untuk : (1) mengidentifikasi kerusakan lahan pertanian pada lokasi penelitian berdasarkan jarak dari garis pantai ke arah daratan, (2) Mempelajari aspirasi masyarakat terhadap kegiatan usaha pertanian mereka di masa yang akan datang, (3) Mempelajari pendapat masyarakat terhadap rencana kegiatan rehabilitasi lahan pertanian pasca tsunami. Metode yang digunakan adalah survei lapangan yang mengacu pada kriteria kerusakan lahan yang dikeluarkan oleh FAO tahun 2005 dan analisis contoh tanah yang diambil berdasarkan jarak dari garis pantai ke arah daratan serta wawancara dengan menggunakan kuisioner untuk mengetahui pendapat masyarakat akan dukungan terhadap rencana kegiatan rehabilitasi lahan pertanian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerusakan lahan pertanian tergolong kelas kerusakan B atau sedang,dengan tingkat salinitas cenderung meningkat kearah daratan dengan nilai tertinggi 2,43 mS/cm dijumpai pada jarak 1250 meter dari garis pantai. Sedimentasi yang menutupi lahan pertanian adalah pasir laut dengan ketebalan berkisar antara 5 cm – 27 cm. Masyarakat umumnya mendukung rencana rehabilitasi lahan dan tetap ingin berusahatani kembali di lahan pertanian yang terkena dampak tsunami.

Kata kunci : kerusakan lahan pasca tsunami, rehabilitasi lahan, pendapat masyarakat,


(3)

ABSTRACT

ASNAWI ACHMAD. The Identification of Land Damage and Opinion of The Community Toward Rehabilitation Plan of Agriculture Land Post-Tsunami (Case Study in Lho’nga subdistrict, Aceh Besar Regency). Supervised by SANTUN R.P SITORUS and H. R. SUNSUN SAEFULHAKIM

Earthquake and tsunami that hit the Nanggroe Aceh Darusalam Province at 26 December 2006 cause damage 61.816 hectares of agriculture land , resulting agriculture activities farmers stopped. The prime damage of agriculture land is the change of soil texture and impact of sea water intrusion that degrade chemical and fertility of the soil. Degraded agriculture land rehabilitation program affected by tsunami is very necessary, with result that agriculture land can be functioned again. This research objective are (1) To identify agriculture land damage at research location based on distance from coastline, (2) To study aspiration of community for the their agricultural activities for the future, (3) To study opinion of the community for agriculture land rehabilitation plan post-tsunami. The research methods use are (1) Evaluation of area damaging levels using land damage criteria by FAO (2005),(2) Analysis of soil sample collected based on distance from coastline, (3) Interview by questionnaire to know opinion of community in supporting activities of the agriculture land rehabilitation plan. The result of this research show that agriculture land damage belongs to B class or middle damage, level of salinity increase from coastline to continent with the highest value 2,43 mS/cm at distance of 1.250 meter from coastline. Kind of sediment cover the agriculture land is mainly sea sand with thickness ranging from 5 centimetre to 27 centimetre. The communities are generally supporting activities plan to rehabilitate agriculture land and willing to carry out their agriculture activities while the agriculture land completely rehabilitated.


(4)

Besar)

Nama : Asnawi Achmad

Nomor Pokok : P052024011

Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Lingkungan

Disetujui Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Santun R.P. Sitorus Dr. Ir. H. R. Sunsun Saefulhakim, M.Agr

Ketua Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi PSL

Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, M.S.

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, M.Sc


(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis, Asnawi Achmad adalah anak ke-2 dari 7 (tujuh) bersaudara pasangan dari Achmad Ibrahim dan Radimah. Penulis dilahirkan di Banda Aceh Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam pada tanggal 12 Oktober 1973.

Tahun 1986 penulis lulus dari SD Negeri No.8 Banda Aceh. Kemudian, penulis melanjutkan studi ke SLTP Negeri 1 Banda Aceh dan lulus pada tahun 1989.

Tahun 1989 penulis melanjutkan studi ke SLTA Negeri No 1 Banda Aceh, lulus tahun 1992. Pada tahun 1992 penulis melanjutkan studi ke Sekolah Tinggi Ilmu Kehutanan (STIK) Banda Aceh lulus pada tahun 1999.

Pada tahun 2002 semester genap, penulis melanjutkan pendidikan dan diterima di Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB), Bidang Minat “Kebijakan dan Manajemen Lingkungan”


(6)

Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat ALLAH SWT karena atas Rahmat dan Berkah-Nya penulis dapat menyelesaikan rencana penelitian yang berjudul “ Identifikasi Kerusakan lahan dan Pendapat Masyarakat Terhadap Rencana Rehabilitasi Lahan Pertanian Pasca Tsunami (Studi Kasus Kecamatan Lho’nga Kabupaten Aceh Besar)”. Rencana penelitian ini disusun dalam rangka memenuhi pesyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Ucapan terima kasih penulis kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Santun R.P Sitorus selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Dr. Ir. H.R. Sunsun Saefulhakim, M.Agr selaku anggota komisi pembimbing. Meine Van Noordwijk, Josepine Prasetyo, Diah Wulandari, dan seluruh staf ICRAF atas bantuan yang diberikan selama penelitian ini. Masyarakat Desa Meunasah Baro dan Meunasah Manyang, rekan-rekan di BRR Aceh-Nias, Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kehutanan (STIK) Banda Aceh, T. Nova. F, Subhan, S,Hut. Bukhari, S.Hut, EmDaw, Igal dan semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan pada saat pengumpulan data untuk penelitian ini.

Semoga karya ilmiah ini dapat bermafaat untuk pembangunan kembali Nanggroe Aceh tercinta

Bogor, Maret 2006


(7)

ii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN... vi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

1.5. Kerangka Pemikiran... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA... 8

2.1. Konsep Lahan Secara Umum ... 8

2.2. Degradasi Lahan... 9

2.3. Persepsi... 11

2.4. Karakteristik Individu ... 12

2.5. Perencanaan Penggunaan Lahan ... 13

III. KERUSAKAN LAHAN PERTANIAN AKIBAT TSUNAMI... 15

3.1..Gempa dan Tsunami ... 15

3.2. Kerusakan Lahan Pertanian ... 15

IV. METODOLOGI PENELITIAN... 18

4.1. Kerangka Pendekatan Metodologi ... 18

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 19

4.3. Bahan dan Alat... 20

4.4. Analisis Kerusakan Lahan ... 20

4.3.1. Penentuan Lokasi Pengamatan dan Pengambilan Contoh ... 21

4.3.2. Pengumpulan Data ... 21

4.3.3. Analisis Data ... 22

4.5. Analisis Pendapat Masyarakat ... 24

4.4.1. Penentuan Responden ... 24

4.4.2. Pengumpulan Data ... 25

4.4.3. Analisis Data ... 25

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN... 28

5.1. Letak dan Geografis dan Administrasi Pemerintah... 28

5.2. Kondisi Iklim ... 28

5.3. Geologi dan Topografi... 29

5.4. Jenis Tanah ... 29

5.5. Kependudukan ... 29

5.6. Mata Pencaharian ... 30

5.7. Pendidikan dan Tingkat Pendidikan ... 31

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

6.1. Kerusakan Lahan Pertanian ... 32

6.1.1. Kondisi Kerusakan Lahan Pertanian ... 32


(8)

iii

6.2.1. Karakteristik Masyarakat... 38

6.2.2. Pendapat Masyarakat Terhadap Usahatani ... 40

6.2.3. Pendapat Masyarakat terhadap Rencana Rehabilitasi Lahan... 44

6.2.4. Arahan Rencana Rehabilitasi Lahan Pertanian yang Rusak Pasca Tsunami... 48

VII.KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

7.1. Kesimpulan... 51

7.2. Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA... 53


(9)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kondisi kerusakan lahan pertanian, kebun, dan kehilangan ternak di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam ... 16 2. Hubungan tujuan 1 penelitian, data yang diperlukan, metode analisis

dan hasil yang diharapkan pada analisis kerusakan lahan ... 21 3. Jenis data dan metode pengumpulan data di lapangan... 22 4. Tabel Observasi untuk Kerusakan Lahan... 23 5. Hubungan tujuan 2 dan 3 penelitian, data yang diperlukan, metode

analisis dan hasil yang diharapkan pada analisis pendapat

masyarakat ... 25 6. Jumlah penduduk dalam kecamatan Lho’nga tahun 2003... 30 7. Hasil pengamatan kerusakan lahan pertanian dengan metode

FAO tahun 2005 ... 32 8. Hasil pengamatan ketebalan sedimen pasir di dua desa

di Kecamatan Lho’nga menurut jaraknya dari garis pantai ... 33 9. Hasil analisis vegetasi pada tiap titik pengamatan di dua desa

di Kecamatan Lho’nga... 35 10. Data analisis sifat kimia tanah pada tiap titik pengamatan di dua

desa di Kecamatan Lho’nga... 36 11. Data analisis sifat fisika tanah pada tiap titik pengamatan di dua desa

di Kecamatan Lho’nga... 37 12. Hasil rata-rata sifat kimia tanah berdasarkan jarak dari pantai di dua

desa di Kacamatan Lho’nga... 37 13. Karakteristik responden di dua desa di Kecamatan Lho’nga ... 40 14. Pendapat masyarakat terhadap kegiatan usahatani di dua desa di

Kecamatan Lho’nga ... 41 15. Nilai korelasi parsial dan nilai skor kategori analisis Kuantifikasi

Hayashi II pada pendapat masyarakat serta keinginan mencari

pekerjaan lain sebagai mata pencaharian utama... 43 16. Pendapat masyarakat terhadap rencana rehabilitasi lahan pertanian

pasca tsunami di dua desa di Kecamatan Lho’nga ... 45 17. Nilai korelasi parsial dan nilai skor kategori analisis Kuantifikasi

Hayashi II pada pendapat masyarakat serta pengetahuan akan

rencana kegiatan rehabilitasi lahan pertanian pasca tsunami ... 46 18. Nilai korelasi parsial dan nilai skor kategori analisis Kuantifikasi

Hayashi II pada pendapat masyarakat serta dukungan rencana


(10)

v

Gambar Halaman

1. Kerangka pemikiran penelitian ... 7

2. Kerangka pendekatan metodologi ... 19

3. Peta lokasi penelitian ... 20

4. Skema pengambilan contoh tanah ... 20

5. Kondisi kerusakan lahan pertanian di lokasi penelitian ... 32

6. Ketebalan sedimentasi pasir di Kecamatan Lho’nga... 33

7. Vegetasi penutup lahan pertanian di lokasi penelitian ... 34


(11)

IDENTIFIKASI KERUSAKAN LAHAN DAN PENDAPAT MASYARAKAT

TERHADAP RENCANA REHABILITASI LAHAN PERTANIAN PASCA TSUNAMI

(Studi Kasus Kecamatan Lho’nga Kabupaten Aceh Besar )

ASNAWI ACHMAD

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(12)

Terhadap Rencana Rehabilitasi Lahan Pertanian Pasca Tsunami (Studi Kasus Kecamatan Lho’nga Kabupaten Aceh Besar). Dibimbing oleh SANTUN R.P. SITORUS dan H. R. SUNSUN SAEFULHAKIM.

Gempa dan tsunami yang melanda provinsi Nanggroe Aceh Darussalam pada 26 Desember 2004 telah mengakibat 61.816 ha lahan pertanian rusak, sehingga mengakibatkan lumpuhnya kegiatan usahatani masyarakat. Kerusakan lahan terjadi utamanya dalam bentuk perubahan tekstur tanah dan akibat dari intrusi air laut yang mengakibatkan sifat-sifat kimia dan kesuburan tanah mengalami degradasi. Program rehabilitasi lahan pertanian yang rusak akibat tsunami sangat diperlukan, sehingga lahan-lahan pertanian dapat difungsikan kembali. Penelitian bertujuan untuk : (1) mengidentifikasi kerusakan lahan pertanian pada lokasi penelitian berdasarkan jarak dari garis pantai ke arah daratan, (2) Mempelajari aspirasi masyarakat terhadap kegiatan usaha pertanian mereka di masa yang akan datang, (3) Mempelajari pendapat masyarakat terhadap rencana kegiatan rehabilitasi lahan pertanian pasca tsunami. Metode yang digunakan adalah survei lapangan yang mengacu pada kriteria kerusakan lahan yang dikeluarkan oleh FAO tahun 2005 dan analisis contoh tanah yang diambil berdasarkan jarak dari garis pantai ke arah daratan serta wawancara dengan menggunakan kuisioner untuk mengetahui pendapat masyarakat akan dukungan terhadap rencana kegiatan rehabilitasi lahan pertanian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerusakan lahan pertanian tergolong kelas kerusakan B atau sedang,dengan tingkat salinitas cenderung meningkat kearah daratan dengan nilai tertinggi 2,43 mS/cm dijumpai pada jarak 1250 meter dari garis pantai. Sedimentasi yang menutupi lahan pertanian adalah pasir laut dengan ketebalan berkisar antara 5 cm – 27 cm. Masyarakat umumnya mendukung rencana rehabilitasi lahan dan tetap ingin berusahatani kembali di lahan pertanian yang terkena dampak tsunami.

Kata kunci : kerusakan lahan pasca tsunami, rehabilitasi lahan, pendapat masyarakat,


(13)

ABSTRACT

ASNAWI ACHMAD. The Identification of Land Damage and Opinion of The Community Toward Rehabilitation Plan of Agriculture Land Post-Tsunami (Case Study in Lho’nga subdistrict, Aceh Besar Regency). Supervised by SANTUN R.P SITORUS and H. R. SUNSUN SAEFULHAKIM

Earthquake and tsunami that hit the Nanggroe Aceh Darusalam Province at 26 December 2006 cause damage 61.816 hectares of agriculture land , resulting agriculture activities farmers stopped. The prime damage of agriculture land is the change of soil texture and impact of sea water intrusion that degrade chemical and fertility of the soil. Degraded agriculture land rehabilitation program affected by tsunami is very necessary, with result that agriculture land can be functioned again. This research objective are (1) To identify agriculture land damage at research location based on distance from coastline, (2) To study aspiration of community for the their agricultural activities for the future, (3) To study opinion of the community for agriculture land rehabilitation plan post-tsunami. The research methods use are (1) Evaluation of area damaging levels using land damage criteria by FAO (2005),(2) Analysis of soil sample collected based on distance from coastline, (3) Interview by questionnaire to know opinion of community in supporting activities of the agriculture land rehabilitation plan. The result of this research show that agriculture land damage belongs to B class or middle damage, level of salinity increase from coastline to continent with the highest value 2,43 mS/cm at distance of 1.250 meter from coastline. Kind of sediment cover the agriculture land is mainly sea sand with thickness ranging from 5 centimetre to 27 centimetre. The communities are generally supporting activities plan to rehabilitate agriculture land and willing to carry out their agriculture activities while the agriculture land completely rehabilitated.


(14)

Besar)

Nama : Asnawi Achmad

Nomor Pokok : P052024011

Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Lingkungan

Disetujui Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Santun R.P. Sitorus Dr. Ir. H. R. Sunsun Saefulhakim, M.Agr

Ketua Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi PSL

Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, M.S.

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, M.Sc


(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis, Asnawi Achmad adalah anak ke-2 dari 7 (tujuh) bersaudara pasangan dari Achmad Ibrahim dan Radimah. Penulis dilahirkan di Banda Aceh Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam pada tanggal 12 Oktober 1973.

Tahun 1986 penulis lulus dari SD Negeri No.8 Banda Aceh. Kemudian, penulis melanjutkan studi ke SLTP Negeri 1 Banda Aceh dan lulus pada tahun 1989.

Tahun 1989 penulis melanjutkan studi ke SLTA Negeri No 1 Banda Aceh, lulus tahun 1992. Pada tahun 1992 penulis melanjutkan studi ke Sekolah Tinggi Ilmu Kehutanan (STIK) Banda Aceh lulus pada tahun 1999.

Pada tahun 2002 semester genap, penulis melanjutkan pendidikan dan diterima di Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB), Bidang Minat “Kebijakan dan Manajemen Lingkungan”


(16)

Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat ALLAH SWT karena atas Rahmat dan Berkah-Nya penulis dapat menyelesaikan rencana penelitian yang berjudul “ Identifikasi Kerusakan lahan dan Pendapat Masyarakat Terhadap Rencana Rehabilitasi Lahan Pertanian Pasca Tsunami (Studi Kasus Kecamatan Lho’nga Kabupaten Aceh Besar)”. Rencana penelitian ini disusun dalam rangka memenuhi pesyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Ucapan terima kasih penulis kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Santun R.P Sitorus selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Dr. Ir. H.R. Sunsun Saefulhakim, M.Agr selaku anggota komisi pembimbing. Meine Van Noordwijk, Josepine Prasetyo, Diah Wulandari, dan seluruh staf ICRAF atas bantuan yang diberikan selama penelitian ini. Masyarakat Desa Meunasah Baro dan Meunasah Manyang, rekan-rekan di BRR Aceh-Nias, Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kehutanan (STIK) Banda Aceh, T. Nova. F, Subhan, S,Hut. Bukhari, S.Hut, EmDaw, Igal dan semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan pada saat pengumpulan data untuk penelitian ini.

Semoga karya ilmiah ini dapat bermafaat untuk pembangunan kembali Nanggroe Aceh tercinta

Bogor, Maret 2006


(17)

ii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN... vi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

1.5. Kerangka Pemikiran... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA... 8

2.1. Konsep Lahan Secara Umum ... 8

2.2. Degradasi Lahan... 9

2.3. Persepsi... 11

2.4. Karakteristik Individu ... 12

2.5. Perencanaan Penggunaan Lahan ... 13

III. KERUSAKAN LAHAN PERTANIAN AKIBAT TSUNAMI... 15

3.1..Gempa dan Tsunami ... 15

3.2. Kerusakan Lahan Pertanian ... 15

IV. METODOLOGI PENELITIAN... 18

4.1. Kerangka Pendekatan Metodologi ... 18

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 19

4.3. Bahan dan Alat... 20

4.4. Analisis Kerusakan Lahan ... 20

4.3.1. Penentuan Lokasi Pengamatan dan Pengambilan Contoh ... 21

4.3.2. Pengumpulan Data ... 21

4.3.3. Analisis Data ... 22

4.5. Analisis Pendapat Masyarakat ... 24

4.4.1. Penentuan Responden ... 24

4.4.2. Pengumpulan Data ... 25

4.4.3. Analisis Data ... 25

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN... 28

5.1. Letak dan Geografis dan Administrasi Pemerintah... 28

5.2. Kondisi Iklim ... 28

5.3. Geologi dan Topografi... 29

5.4. Jenis Tanah ... 29

5.5. Kependudukan ... 29

5.6. Mata Pencaharian ... 30

5.7. Pendidikan dan Tingkat Pendidikan ... 31

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

6.1. Kerusakan Lahan Pertanian ... 32

6.1.1. Kondisi Kerusakan Lahan Pertanian ... 32


(18)

iii

6.2.1. Karakteristik Masyarakat... 38

6.2.2. Pendapat Masyarakat Terhadap Usahatani ... 40

6.2.3. Pendapat Masyarakat terhadap Rencana Rehabilitasi Lahan... 44

6.2.4. Arahan Rencana Rehabilitasi Lahan Pertanian yang Rusak Pasca Tsunami... 48

VII.KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

7.1. Kesimpulan... 51

7.2. Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA... 53


(19)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kondisi kerusakan lahan pertanian, kebun, dan kehilangan ternak di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam ... 16 2. Hubungan tujuan 1 penelitian, data yang diperlukan, metode analisis

dan hasil yang diharapkan pada analisis kerusakan lahan ... 21 3. Jenis data dan metode pengumpulan data di lapangan... 22 4. Tabel Observasi untuk Kerusakan Lahan... 23 5. Hubungan tujuan 2 dan 3 penelitian, data yang diperlukan, metode

analisis dan hasil yang diharapkan pada analisis pendapat

masyarakat ... 25 6. Jumlah penduduk dalam kecamatan Lho’nga tahun 2003... 30 7. Hasil pengamatan kerusakan lahan pertanian dengan metode

FAO tahun 2005 ... 32 8. Hasil pengamatan ketebalan sedimen pasir di dua desa

di Kecamatan Lho’nga menurut jaraknya dari garis pantai ... 33 9. Hasil analisis vegetasi pada tiap titik pengamatan di dua desa

di Kecamatan Lho’nga... 35 10. Data analisis sifat kimia tanah pada tiap titik pengamatan di dua

desa di Kecamatan Lho’nga... 36 11. Data analisis sifat fisika tanah pada tiap titik pengamatan di dua desa

di Kecamatan Lho’nga... 37 12. Hasil rata-rata sifat kimia tanah berdasarkan jarak dari pantai di dua

desa di Kacamatan Lho’nga... 37 13. Karakteristik responden di dua desa di Kecamatan Lho’nga ... 40 14. Pendapat masyarakat terhadap kegiatan usahatani di dua desa di

Kecamatan Lho’nga ... 41 15. Nilai korelasi parsial dan nilai skor kategori analisis Kuantifikasi

Hayashi II pada pendapat masyarakat serta keinginan mencari

pekerjaan lain sebagai mata pencaharian utama... 43 16. Pendapat masyarakat terhadap rencana rehabilitasi lahan pertanian

pasca tsunami di dua desa di Kecamatan Lho’nga ... 45 17. Nilai korelasi parsial dan nilai skor kategori analisis Kuantifikasi

Hayashi II pada pendapat masyarakat serta pengetahuan akan

rencana kegiatan rehabilitasi lahan pertanian pasca tsunami ... 46 18. Nilai korelasi parsial dan nilai skor kategori analisis Kuantifikasi

Hayashi II pada pendapat masyarakat serta dukungan rencana


(20)

v

Gambar Halaman

1. Kerangka pemikiran penelitian ... 7

2. Kerangka pendekatan metodologi ... 19

3. Peta lokasi penelitian ... 20

4. Skema pengambilan contoh tanah ... 20

5. Kondisi kerusakan lahan pertanian di lokasi penelitian ... 32

6. Ketebalan sedimentasi pasir di Kecamatan Lho’nga... 33

7. Vegetasi penutup lahan pertanian di lokasi penelitian ... 34


(21)

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Data Fisik dan Kimia Tanah ... 57

2. Hasil Analisis Fisik dan Kimia Tanah ... 58

3. Kriteria Penilaian Analisis Tanah ... 60

4. Data Curah Hujan Rata-rata Banda Aceh dan Aceh Besar ... 61

5. Data Pengamatan Kerusakan Lahan Berdasarkan Kriteria FAO tahun 2005 ... 62

6. Hasil Analisis Kuantifikasi Hayashi II ... 63

7. Hasil Analisis Korelasi... 67


(22)

1.1. Latar Belakang

Bencana Gempa dan Tsunami yang terjadi di beberapa wilayah di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) pada 26 Desember 2004 telah menimbulkan dampak yang sungguh luar biasa besarnya, baik terhadap manusia dan sumber daya alam yang ada di wilayah tersebut. Bencana alam tersebut telah memporak-porandakan dan menghancurkan kehidupan manusia yang sebelumnya berlangsung normal menjadi demikian naif, tak berdaya, dan kehilangan semua yang dimilikinya.

Dampak langsung bencana gempa bumi dan tsunami terhadap manusia terlihat pada banyaknya korban meninggal dan hancurnya tempat tinggal serta fasilitas umum lainnya, seperti perkantoran, sarana prasarana transportasi, dan tempat ibadah serta kerusakan terhadap lahan-lahan pertanian. Menurut catatan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia, sampai dengan Februari 2005, jumlah korban meninggal di seluruh Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tercatat 124.603 jiwa, 400.379 jiwa mengungsi akibat kehilangan tempat tinggal, dan 111.769 jiwa lainnya dinyatakan hilang. Musibah ini menyebabkan berkurangnya jumlah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam penduduk sekitar empat persen, yang sebelumnya berjumlah sekitar 4,2 jiwa turun menjadi 4.031.589 setelah tsunami.

Secara umum, wilayah di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang paling parah terkena dampak bencana gempa bumi dan tsunami adalah kabupaten/kota yang berada di wilayah pantai barat Aceh, yaitu Banda Aceh, Aceh Besar, Aceh Jaya, Aceh Barat, dan sebagian Nagan Raya. Adapun wilayah kabupaten/kota di pantai timur Aceh yang juga terkena dampak gempa bumi dan tsunami meskipun tidak separah kondisi di wilayah pantai barat adalah Pidie, Bireuen, Lhoksuemawe, Aceh Utara, dan Aceh Timur.

Disamping korban manusia, dampak kerusakan juga terjadi pada lingkungan dan sumberdaya alam. Secara logis, karena episentrum gempa bumi berpusat di laut (sebelah barat daya Banda Aceh) maka kerusakan lingkungan laut sudah pasti terjadi meskipun belum ada hasil penelitian yang secara resmi menjelaskan tingkat kerusakan lingkungan laut akibat gempa bumi tersebut. Hipotesis ini kemungkinan besar ada benarnya mengingat besarnya goncangan


(23)

2

yang diakibatkan oleh gempa tersebut. Catatan Badan Meteorologi Amerika Serikat menyebutkan bahwa kekuatan gempa yang mengguncang kawasan Asia yang berpusat di lautan Hindia tersebut mencapai 8,9 pada Skala Richter.

Berdasarkan hasil penilaian sementara oleh Departemen Pertanian, lahan sawah milik masyarakat yang mengalami kerusakan berat (puso) diperkirakan mencapai 20.101 Ha dan kerusakan ladang mencapai 31.345 Ha. Ladang yang mengalami puso sebagian besar biasanya digunakan untuk membudidayakan tanaman palawija dan hortikultur serta sedikit perkebunan kelapa.Tercatat sembilan kabupaten/kota yang terkena bencana tsunami dan mengalami kerusakan lahan pertanian cukup parah yaitu di Kabupaten Aceh Besar, Aceh Barat Daya, Aceh Jaya, Aceh Barat, Aceh Utara, Aceh Timur, Simeuleu, Pidie, dan Bireun. Sedangkan berdasarkan data Food and Agriculture Organization

(FAO) kerusakan lahan pertanian tanaman pangan dan hortikultur diperkirakan 61.816 ha lahan yang terdiri dari 37.471 ha lahan basah dan 24.345 ha lahan kering.

Selain kerusakan pada lahan pertanian tersebut, kerusakan juga terjadi pada jaringan irigasi, bangunan irigasi, saluran irigasi di tingkat usahatani, jalan usahatani, pematang (sawah), terasering (lahan kering), serta bangunan petakan lahan usahatani. Lahan perkebunan yang mengalami kerusakan diperkirakan mencapai 36.803 ha yang meliputi lahan perkebunan karet, kelapa, kelapa sawit, kopi, cengkeh, pala, pinang, coklat, nilam, dan jahe (Departemen Pertanian,

dalam BAPPENAS, 2005). Lahan perkebunan yang paling luas mengalami

kerusakan adalah tanaman kelapa yang tumbuh di sepanjang pesisir. Sedangkan berdasarkan wilayah, lahan perkebunan yang paling banyak mengalami kerusakan berada di wilayah Kabupaten Aceh Barat, Simeulue, Nagan Raya, dan Aceh Jaya. Belum ada data mengenai persentase dari kerusakan lahan perkebunan terhadap total lahan perkebunan yang ada di NAD.

Besarnya kerusakan sumberdaya alam dan ekosistem akibat gempa dan tsunami memerlukan perhatian khusus terutama pada lahan-lahan pertanian yang merupakan lahan usaha masyarakat. Hal ini mengingat begitu banyak masyarakat yang hidupnya tergantung pada lahan pertanian. Hancurnya lahan-lahan pertanian tersebut mengakibatkan hancurnya kegiatan perekonomian masyarakat, khususnya di sektor pertanian dan perikanan yang menjadi mata pencaharian utama masyarakat setempat. Perkiraan terakhir menunjukkan bahwa 92.000 usaha pertanian dan perdagangan yang menampung sekitar


(24)

160.000 orang pekerja mengalami kemacetan (Subagyono, 2005). Untuk menggerakkan kembali perekonomian di sektor pertanian, diperlukan suatu kondisi yang layak untuk pemanfaatan lahan bagi kegiatan pertanian.

Kenyataaan di atas menjadi latar belakang melakukan penelitian dalam penelitian identifikasi kondisi lahan-lahan pertanian yang terkena dampak tsunami serta pendapat masyarakat terhadap upaya rehabilitasi lahan pertanian yang rusak akibat tsunami agar lahan pertanian dapat kembali difungsikan secara berkelanjutan.

1.2. Perumusan Masalah

Sebelum bencana gempa bumi dan tsunami terjadi, sektor pertanian merupakan salah satu sektor unggulan dalam pembangunan ekonomi Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Beberapa kabupaten yang merupakan sentra kegiatan pertanian adalah Aceh Besar, Aceh Barat Daya, Aceh Jaya, Aceh Barat, Aceh Utara, Aceh Timur, Simeuleu, Pidie, dan Bireun.

Bencana alam tsunami yang terjadi pada 26 Desember 2004 di Nanggroe Aceh Darussalam tidak saja menyebabkan ratusan ribu orang meninggal dan ratusan ribu lainnya hilang, tetapi juga merusak berbagai fasilitas termasuk lahan pertanian. Kerusakan lahan pertanian sebagian besar diakibatkan oleh peningkatan kadar garam (salinitas), sedimen lumpur laut, sampah dan puing-puing bangunan, serta rusaknya infrastruktur irigasi/drainase dan jalan. Kerusakan lahan pertanian (tanaman pangan dan hortikultur) akibat tsunami mencapai 61.816 ha yang meliputi lahan basah dan lahah kering. Kerusakan yang terjadi di pantai barat Nanggroe Aceh Darussalam sebesar 45.755 ha dan di pantai timur sebesar 16.061 ha. Dari jumlah lahan pertanian yang rusak di pantai timur dapat diklasifikasikan sekitar 50% tergolong rusak ringan dan 50% rusak sedang, sedangkan di pantai barat dari jumlah 45.755 ha, 10% tergolong rusak ringan (4.575,5 ha), 20% rusak sedang (9.151 ha) dan 60% rusak berat (27.453 ha) dan 10% tergenang air laut (5.575,5 ha). (FAO, 2005). Petani yang meninggal dunia dan hilang akibat tsunami sebanyak 47.275 orang dan sekitar 243.394 orang petani yang selamat kini menempati kamp dan barak hunian sementara.

Kerusakan lahan terjadi utamanya dalam bentuk perubahan tekstur tanah dan perubahan garis pantai yang terjadi di hampir seluruh kawasan pesisir yg


(25)

4

terkena gelombang tsunami. Kerusakan lahan juga terjadi karena penimbunan dan pemadatan limbah tsunami yang terus berlangsung dibeberapa lokasi. Bentuk kerusakan lahan lain terjadi akibat dari luapan air laut yang mengakibatkan sifat-sifat kimia dan kesuburan tanah mengalami degradasi. Shofiyati, (2005) menyatakan paling sedikit ada empat bentuk utama kerusakan pada lahan pertanian yang terindentifikasi merupakan satu atau kombinasi dari bentuk kerusakan tersebut yaitu : 1) perubahan bentang lahan (landscape), 2) endapan lumpur dari laut dan pantai, 3) intrusi air laut ke dalam profil tanah, dan 4) penutupan sampah di atas permukaan tanah.

Kerusakan terhadap lahan pertanian tersebut telah menyebabkan kehancuran terhadap roda perekonomian masyarakat, karena sebagian besar penduduk di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam bermata pencaharian sebagai petani. Saat sekarang ini lahan-lahan yang rusak tersebut tidak dapat diusahakan sehingga masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani terpaksa mencari kegiatan usaha di bidang lainnya bahkan ada sebagian dari mereka hanya menunggu bantuan dari pemerintah untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan hancurnya berbagai kegiatan perekonomian masyarakat, khususnya di bidang pertanian yang menjadi andalan masyarakat setempat, mengakibatkan masyarakat memerlukan pengaktifan kembali kegiatan usaha pertaniannya dan pemberian bantuan, untuk memulihkan keadaan perekonomiannya.

Menanggapi bencana tersebut pemerintah dengan berbagai pihak, baik luar negeri maupun dalam negeri, menaruh perhatian yang sangat besar terhadap pembangunan kembali provinsi ini (recovery). Dalam hal penanganan sektor pertanian terutama lahan-lahan pertanian yang terkena tsunami pemerintah telah merencanakan program rehabilitasi lahan pertanian yang rusak, sehingga lahan-lahan pertanian dapat difungsikan kembali agar masyarakat kembali dapat melakukan aktifitas pertanian. Selain itu, perlu pula diperhatikan aspirasi masyarakat yang menghendaki adanya pengalihan kegiatan usaha, mengingat sebagian lahan pertanian mereka ada yang sama sekali tidak dapat difungsikan lagi karena lahan tersebut sudah tergenangi air laut.

Berdasarkan gambaran kondisi dan permasalahan seperti di atas , maka dapat disusun pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana karakteristik lahan pertanian yang rusak akibat tsunami pada lokasi penelitian.


(26)

2. Bagaimana aspirasi masyarakat terhadap kegiatan usaha pertanian mereka dimasa yang akan datang

3. Bagaimana pendapat masyarakat terhadap rencana kegiatan rehabilitasi dan perbaikan lahan pertanian pasca tsunami yang akan dilakukan oleh pemerintah dalam upaya recovery Aceh pasca tsunami.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi kerusakan lahan pertanian pada lokasi penelitian berdasarkan jarak dari garis pantai ke arah daratan

2. Mempelajari aspirasi masyarakat terhadap kegiatan usaha pertanian mereka di masa yang akan datang.

3. Mempelajari pendapat masyarakat terhadap rencana kegiatan rehabilitasi lahan pertanian pasca tsunami.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan dan bahan pertimbangan dalam memberikan masukan dan petunjuk untuk pemerintah dalam menentukan arah rencana pelaksanaan kegiatan rehabilitasi lahan pertanian pasca tsunami di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

2. Sebagai bahan informasi dan pengetahuan bagi masyarakat.

3. Sebagai bahan informasi, pengetahuan dan rujukan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

1.5. Kerangka Pemikiran

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Dalam pengembangan sektor pertanian yang menjadi tujuan pokok adalah peningkatan produktivitas pertanian dan pendapatan petani sekaligus mempertahankan kesuburan tanah pertanian .

Gempa dan tsunami yang terjadi pada akhir tahun 2004 di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam telah memporak-porandakan semua segi kehidupan yang ada di provinsi paling Barat Sumatera ini. Dampak langsung dari bencana tersebut adalah hilangnya jiwa manusia yang cukup besar dan kerusakan


(27)

6

terhadap sarana dan prasarana yang ada, ditambah lagi kerusakan terhadap sumberdaya alam dan lingkungan.

Salah satu sumberdaya alam yang terkena dampak kerusakan adalah sumberdaya pertanian yaitu berupa rusaknya lahan-lahan pertanian produktif milik masyarakat terutama lahan persawahan. Kerusakan ini mengakibatkan lumpuhnya perekonomian masyarakat yang sebagian besar menggantungkan hidupnya pada sektor ini. Kerusakan ini berupa timbunan sampah dan lumpur yang cukup tebal, perubahan tekstur tanah, dan meningkatnya salinitas tanah. Hal lain yang memperparah adalah kerusakan fasilitas pengairan dan irigasi serta kehilangan sarana produksi pertanian.

Untuk mengembalikan roda perekonomian masyarakat di sektor ini diperlukan suatu upaya rehabilitasi tanah-tanah pertanian yang terkena dampak tsunami. Untuk melakukan rehabilitasi terhadap tanah-tanah pertanian tersebut perlu dilakukan pengamatan langsung terhadap karakteristik lahan pertanian yang rusak serta seberapa besar tingkat kerusakan yang terjadi, sehingga dapat diperoleh suatu gambaran tentang kondisi aktual lahan tersebut untuk dapat difungsikan kembali sebagai lahan pertanian. Sebelum tsunami provinsi NAD mampu memproduksi 1.5 juta ton padi dari 380 ribu ha sawah, 190 ribu ha diantara diairi oleh irigasi. Kerusakan lahan sawah akibat tsunami diperkirakan sebesar 10 % dari total luas areal sawah yang ada di provinsi ini. Hal ini membuat kehilangan produksi padi yang besar. Rata-rata produktivitas tanah untuk produksi padi sebesar 4,2 ton /ha,dan kehilangan produksi padi yang potensial paling sedikit sebesar 120.000 ton padi per musim tanam. Rehabilitasi lahan pertanian ini tidak saja bisa memulihkan keamanan pangan tetapi lebih dari pada itu juga memulihkan kembali mata pencaharian para petani. (Rachman, et al., 2005)

Pemerintah saat ini telah mempunyai rencana rehabilitasi lahan-lahan pertanian yang rusak akibat tsunami dengan tujuan memperbaiki kondisi lahan tersebut agar dapat difungsikan kembali. Rencana kegiatan tersebut haruslah dilakukan melalui pendekatan sosial sehingga diharapkan kegiatan rehabilitasi dapat melibatkan partisipasi aktif masyarakat.

Penelitian ini mencoba untuk melakukan identifikasi terhadap karakteristik lahan pertanian yang rusak akibat tsunami melalui pendekatan biofisik dan sosial. Pendekatan biofisik berhubungan dengan kondisi sifat fisik-kimia tanah dan vegetasi yang tumbuh atau bertahan pada lahan pertanian yang terkena


(28)

dampak gelombang tsunami, sedangkan pendekatan sosial untuk melihat pendapat masyarakat terhadap rencana kegiatan rehabilitasi lahan pertanian yang akan dilakukan oleh pemerintah, karena pendapat masyarakat yang positif terhadap kegiatan rehabilitasi lahan tersebut dapat mendorong partisipasi mereka dalam pelaksanaan rehabilitasi lahan. Skema kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.


(29)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Lahan Secara Umum

Lahan mempunyai arti yang sangat penting dalam pembangunan. Pembangunan tidak dapat dilaksanakan tanpa ketersediaan lahan guna menopang pembangunan tersebut. Pengertian lahan (land) seringkali disalahartikan dengan tanah (soil). Sitorus (1998) mengemukakan bahwa pengertian lahan adalah bentang lahan (landscape) yang meliputi lingkungan fisik seperti iklim, topografi/relief, tanah, hidrologi, dan vegetasi yang semuanya secara potensial berpengaruh terhadap penggunaan lahan. Dalam hal ini lahan juga dapat mengandung pengertian ruang (space) atau tempat (Sitorus, 2004a).

Lahan dapat juga didefinisikan sebagai wilayah di permukaan bumi yang mencakup semua komponen biosfer yang dapat dianggap atau bersifat siklis yang berada di atas dan di bawah wilayah tersebut, termasuk atmosfer, tanah, batuan induk, relief, hidrologi, tumbuhan dan hewan, serta segala akibat yang ditimbulkan oleh aktivitas manusia di masa lalu dan sekarang, yang semuanya tersebut berpengaruh terhadap penggunaan lahan (Brinkman dan Smith, 1973 dan FAO,1976).

Lahan sebagai suatu sistem mempunyai komponen-komponen yang terorganisir secara spesifik dan perilakunya menuju pada sasaran-sasaran tertentu. Komponen-komponen lahan ini dapat dipandang sebagai sumberdaya dalam hubungannya dengan aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam hubungannya dengan periode formasinya dan dampak yang dapat ditimbulkan oleh aktivitas manusia, maka sumberdaya lahan tersebut dapat dikelompokkan kedalam tiga kategori (Vink, 1975), yaitu : 1) sumberdaya yang sangat stabil (iklim, relief, dan formasi geologi), 2) sumberdaya buatan yang merupakan hasil budaya manusia (sumberdaya artifisial), dan 3) sumberdaya yang relatif tidak stabil (vegetasi dengan berbagai karakter biologinya, termasuk tipe-tipe vegetasi alamiah dan tanaman).

Menurut Sitorus (2004a) komponen-komponen penyusun sumberdaya lahan terdiri dari : 1) iklim, 2) air, 3) bentuk lahan dan topografi, 4) tanah, 5) formasi geologi, 6) vegetasi, 7) organisme/hewan, 8) manusia dan 9) produk budaya manusia. Dipandang dari sudut pendekatan sistematik, sumberdaya lahan dapat dianggap sebagai suatu sistem yang terdiri dari beberapa


(30)

sub-sistem yaitu : 1) sub-sub-sistem tanah, 2) sub-sub-sistem klimatologi, 3) sub-sub-sistem hidrologi, 4) sub-sistem vegetasi, 5) sub-sistem manusia dan budayanya dan 6) sub-sistem penunjang aktivitas manusia.

Sumberdaya tanah sering kali dianggap sebagai komponen yang sangat vital dalam sistem lahan dan pengelolaannya. Tanah dapat dipandang sebagai sebidang bentang lahan dengan permukaan dan bentuk lahannya sendiri, serta mempunyai profil tanah dan karakteristik internal yang spesifik, seperti penyebaran kadar liat, komposisi mineral dan sifat fisik-kimia, serta sifat-sifat geofisika (Soemarno, 1991). Tanah juga dipandang sebagai tubuh alami yang tersusun atas komplek ekosistem, di dalamnya terdapat berbagai jenis organisme hidup mulai dari bakteri hingga vertebrata.

Bagi lahan pertanian, penggunaan lahan merupakan wujud usaha petani untuk memanfaatkan lahannya, yaitu bagaimana petani mengelola lahan dengan penentuan dan pengaturan jenis tanaman menurut luas lahan dan giliran tertentu, sehingga dengan luas lahan yang dimilikinya diharapkan dapat diperoleh hasil yang optimal untuk tujuan tertentu (Gustafon, 1984 dalam

Barijadi, 1986).

2.2. Degradasi Lahan

Degradasi lahan adalah penurunan kualitas lahan dan produktifitas lahan atau pengurangan kemampuan lahan, baik secara alami atau karena pengaruh manusia (Dent, 1993). Perkembangan selanjutnya menuju fase-fase yang menunjukkan tingkat keparahannya, sebelum mencapai suatu keadaan ekstrim rusak (lahan kritis). Salah satu akibat terjadinya lahan kritis menurut Lal dan Miller (1989) adalah hilangnya kemampuan berproduksi jangka panjang.

Penyebab terjadinya degradasi lahan menurut Sitorus (2004b) dapat dikelompokkan atas : (1) Bahaya alami (Natural Hazard), yaitu degradasi yang terjadi tanpa campur tangan manusia, contohnya longsor, (2) Perubahan populasi, yaitu meningkatnya populasi terkait dengan kebutuhan dan intensitas penggunaan lahan, contohnya pertumbuhan penduduk, (3) Marginalisasi, yaitu eksploitasi lahan terhadap lahan-lahan marginal, (4) Kemiskinan (Poverty), yaitu penduduk miskin yang mengolah lahan cenderung untuk mendapatkan keuntungan sesegera mungkin tanpa memberikan input yang sesuai dengan kebutuhan lahan tersebut, (5) Masalah kepemilikan lahan, (6) Kestabilan politik


(31)

10

dan salah Administrasi (maladministration), misalnya peraturan yang dibuat tanpa memperhatikan kebutuhan petani, (7) Aspek sosial ekonomi, yaitu terbentuknya degradasi lahan yang disebabkan oleh kegiatan olah tanah tanpa reinvestasi, (8) Kesehatan, yaitu tanah ditinggalkan, padahal tanah tersebut tanah yang subur untuk pertanian akibat adanya outbreak penyakit pada suatu tempat, (9) Pertanian tidak tepat (Inapropriate agriculture), yaitu terjadinya degradasi lahan karena memaksakan suatu teknologi yang tidak cocok pada suatu daerah, dan (10) Aktifitas pertambangan dan industri.

Riquier (1977) mengelompokkan degradasi lahan ke dalam dua kelompok, yaitu degradasi alami dan degradasi dipercepat. Degradasi alami terjadi pada masa lampau akibat denundasi, yang biasa meninggalkan sisanya dalam bentuk permukaan erosi atau dataran aluvial yang luas berbentuk dataran banjir. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang prosesnya berlangsung cepat, umumnya disebabkan oleh campur tangan manusia. Unsur lahan yang umumnya mengalami degradasi adalah tanah dan vegetasi.

Menurut Barrow (1991) degradasi lahan didefinisikan sebagai fenomena hilangnya dan berkurangnya manfaat atau potensi dari suatu lahan. Hilangnya atau berubahnya suatu komposisi flora dan fauna yang tidak digantikan terjadi pada lahan yang terdegradasi.

Ada dua kategori proses degradasi tanah, yakni (1) Berkaitan dengan pemindahan bahan atau materi tanah (erosi oleh angin dan air), dan (2) Menurunnya kondisi tanah tersebut (proses degradasi beberapa sifat fisik dan kimia) ( Anonymous, 1993 dalam Situmorang, 1999).

Menurut bentuknya degradasi dibagi menjadi tiga, yaitu degradasi fisik, degradasi kimia dan degradasi biologi. Degradasi fisik terjadi akibat penebangan hutan, penanaman intensif menurut arah lereng, pengolahan tanah berlebihan dan penanaman intensif tanpa penambahan unsur hara atau hanya dengan input

hara rendah. Degradasi kimia diakibatkan oleh penggaraman atau pengasaman tanah, sedangkan degradasi biologi dicirikan oleh penurunan produksi dan kandungan bahan organik tanah (Lal dan Miller, 1989).

Dent (1993) membagi pemicu terbentuknya degradasi lahah ke dalam tiga kelompok yaitu : (1) Kerusakan morfologi: kehilangan lapisan tanah melalui erosi alur, pengikisan tebing sungai dan longsor; (2) Kerusakan kimia dicirikan oleh hilangnya unsur hara dan atau bahan organik dan pengasaman; (3)


(32)

kerusakan fisik meliputi genangan air, penurunan muka air tanah dan menipisnya tanah-tanah organik.

Kerusakan tanah dapat terjadi oleh (1) Kehilangan unsur hara dan bahan organik dari daerah perakaran, (2) Terkumpulnya garam di daerah perkaran (salinasasi), (3) Penjenuhan tanah oleh air (water logging), dan (4) Erosi. Kerusakan tanah oleh satu atau lebih proses tersebut menyebabkan berkurangnya kemampuan tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Kerusakan tanah akibat terkumpulnya garan di sekitar perakaran dapat menghambat pertumbuhan tanaman atau mematikan tanaman. Kerusakan ini dapat hilang pada musim hujan dengan tercucinya garam-garam tersebut (Arsyad, 1989).

2.3. Persepsi

Pengertian persepsi dinyatakan dalam berbagai rumusan yang secara substantif ditekankan pada penafsiran informasi yang menerpa panca indera.

Persepsi adalah suatu proses berpikir yang mampu memberikan penafsiran khusus terhadap situasi tertentu (Luthans, 1981). Menurut Rakhmat (2000) persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Sadli (1976) mengemukakan pengertian yang lebih luas bahwa persepsi seseorang merupakan suatu proses aktif, dimana yang memegang peranan bukan hanya stimulus yang mengenainya, tetapi juga keseluruhan pengalaman-pengalaman, motivasi, dan sikap-sikapnya yang relevan terhadap stimulus tersebut.

Menurut Zanden (1984) dalam Arianty (2004), persepsi adalah proses pengumpulan dan penafsiran dari informasi. Persepsi merujuk pada beberapa proses sehingga seseorang menjadi tahu dan berpikir mengenai beberapa hal, berupa karakteristik, kualitas dan pernyataan diri. Seseorang membentuk pandangannya mengenai beberapa hal tersebut untuk menetapkan dan membuat perkiraan serta mengatur pandangannya mengenai masyarakat berdasarkan informasi.

Va den Ban dan Hawkins (1999) dalam Arianty (2004) mengemukakan bahwa persepsi seseorang bisa berlainan satu sama lain dalam situasi yang sama karena adanya perbedaan kognitif. Dijelaskan bahwa setiap proses mental,


(33)

12

individu bekerja menurut caranya sendiri tergantung dari faktor-faktor kepribadian, misalnya tingkat keterbukaan atau ketertutupan pikiran. Ini berarti bahwa persepsi seseorang terhadap sesuatu obyek ditentukan oleh karakteristik personal dan kebiasaan berkomunikasi.

Persepsi merupakan dasar pengambilan keputusan inovasi opsional. Keputusan inovasi opsional ialah yang dibuat oleh seseorang , terlepas dari keputusan-keputusan yang dibuat oleh anggota sistem sosialnya, dalam proses keputusan inovasi. Proses keputusan inovasi adalah proses mental, sejak seseorang mengetahui adanya inovasi sampai mengambil keputusan menerima inovasi (melaksanakan kegiatan inovatif tertentu) atau menolaknya (tidak berpengaruh untuk bertindak melaksanakan kegiatan inovatif tertentu). (Rogers dan Shoemaker, 1985 dalam Arianty , 2004).

2.4. Karakteristik Individu

Karakteristik individu yang patut diperhatikan untuk menerangkan persepsi seseorang terhadap suatu informasi antara lain adalah umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status sosial ekonomi, bangsa, agama dan lain-lain (Tubbs dan Moss, 2001).

Karakteristik sosial ekonomi meliputi umur, pendidikan, pendapatan, pemilikan barang (lahan), dan pekerjaan. Sedangkan ciri lain, yakni kepribadian

(personality) meliputi pengalaman, motivasi, dan kepribadian komunikan.

Pendapat lain dikemukakan oleh Bettinghaus, (1980) dalam Tubbs dan Moss (2001), yang menjelaskan beberapa ciri dari anggota kelompok yang dapat mempengaruhi cara mereka berkomunikasi. Ciri-ciri tersebut antara lain meliputi jenis kelamin, umur, kelas sosial, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan.

Karakteristik demografi dan karakteristik psikografik merupakan karakteristik seseorang yang dapat menjelaskan perilaku komunikasi dan persepsinya terhadap suatu informasi. Kotler (1980) dalam Tubbs dan Moss (2001) menyebutkan bahwa karakteristik demografik meliputi umur, jenis kelamin, ukuran keluarga, daur hidup keluarga, penghasilan, pekerjaan, pendidikan, agama, ras, kebangsaan dan tingkat sosial. Disebutkan juga bahwa karakteristik psikografik meliputi gaya hidup dan kepribadian. McLeod dan O’keefe Jr (1972) dalam Tubbs dan Moss (2001) menyatakan bahwa variabel demografik seperti jenis kelamin, umur dan status sosial merupakan indikator yang dapat digunakan untuk menerangkan perilaku individu.


(34)

2.5. Perencanaan Penggunaan Lahan

Perencanaan dalam arti luas adalah merupakan proses yang dilakukan secara sadar dan sistematis dari sejumlah kegiatan dalam memilih dan mengembangkan tindakan yang paling baik untuk mencapai tujuan tertentu (Sitorus, 2004). Kay dan Alder (1999) dalam Rustiadi et al. (2003) menyatakan perencanaan adalah suatu proses menentukan apa yang ingin dicapai di masa yang akan datang serta menetapkan tahapan-tahapan yang dibutuhkan untuk mencapainya.

Katz dalam Tjokroamidjojo (1979) dalam Sitorus (2004) mengemukakan lima alasan perlunya melakukan perencanaan, yaitu :

1. Dengan adanya perencanaan diharapkan terdapatnya pengarahan kegiatan, adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditujukan pada pencapaian tujuan pembangunan;

2. Dengan perencanaan dapat dilakukan suatu prakiraan (forecasting) terhadap berbagai hal dalam periode pelaksanaan. Prakiraan dilakukan terhadap potensi-potensi dan prospek-prospek pengembangan, serta mengenai hambatan-hambatan dan resiko-resiko yang mungkin dihadapi. Perencanaan mengusahakan supaya ketidakpastian dapat dibatasi sedikit mungkin;

3. Perencanaan memberikan kesempatan untuk memilih berbagai alternatif tentang cara terbaik atau kesempatan untuk memilih kombinasi cara yang terbaik;

4. Dengan perencanaan dilakukan penyusunan skala prioritas dengan memilih urutan-urutan dari segi pentingnya suatu tujuan, sasaran maupun kegiatan usahanya, dan;

5. Dengan adanya rencana maka akan ada suatu alat pengukur atau patokan dalam melakukan dan evaluasi.

Perencanan penggunaan lahan merupakan proses inventarisasi dan penilaian keadaan (status), potensi, dan pembatas-pembatas dari suatu daerah tertentu dan sumberdayanya , yang berinteraksi dengan penduduk setempat atau dengan orang lain yang menaruh perhatian terhadap daerah tersebut dalam menentukan kebutuhan-kebutuhan mereka, keinginan dan aspirasinya untuk masa mendatang (Soil Conservation Society of America, 1982 dalam Sitorus, 2004a).

Perencanaan penggunaan lahan yang berkelanjutan sebenarnya merupakan upaya untuk mengetahui dan memutuskan keadaan sebidang lahan


(35)

14

termasuk dalam kategori apa dan kemungkinan terbaik apa yang dapat diusahakan pada lahan tersebut secara berkesinambungan. Fungsi utama dari perencanaan penggunaan lahan adalah untuk memberikan petunjuk atau pengarahan dalam proses pengambilan keputusan tentang penggunaan lahan sehingga sumberdaya lahan dan lingkungan tersebut ditempatkan pada penggunaan yang paling menguntungkan/efisien bagi manusia, dan dalam waktu yang bersamaan juga mengkonservasikannya untuk penggunaan pada masa yang akan datang (Dent, 1978; Jones dan Davies, 1978) dalam Sitorus (2004a).

Dalam kaitan dengan keperluan yang lebih operasional perencanaan penggunaan lahan bertujuan untuk (Sandy, 1984; Silalahi, 1985) dalam Sitorus (2004a) :

1. Mencegah penggunaan lahan yang salah tempat dalam mengupayakan terciptanya penggunaan lahan yang optimal ;

2. Mencegah adanya salah urus yang menyebabkan lahan rusak dalam mengupayakan penggunaan lahan yang berkesinambungan;

3. Mencegah adanya tuna kendali dalam mengupayakan penggunaan lahan yang senantiasa diserasikan oleh adanya kendali;

4. Menyediakan lahan untuk keperluan pembangunan yang terus meningkat ; 5. Memanfaatkan lahan sebesar-besarnya untuk kemakmuran manusia.


(36)

3.1. Gempa Dan Tsunami

Aktivitas gempa di Nanggroe Aceh Darussalam bukanlah suatu hal yang luar biasa, karena wilayah NAD memang terletak di jalur gempa. Berdasarkan sejarah gempa yang telah diketahui para ahli geofisika selama 30 tahun ini saja telah terjadi sekitar 100 kali gempa berskala sekitar 5 Skala Richter. Pusat gempa terbanyak di sepanjang laut sebelah timur Aceh, 15 kali gempa diatas 7 skala Richter di laut, dan 6 kali di daratan sepanjang patahan Sumatera yang melintasi Aceh. Keseluruhan gempa diatas memiliki kedalaman yang dangkal. Sedangkan gempa menengah telah terjadi 27 kali di sepanjang laut sebelah timur Aceh dan 25 kali di daratan. Sebagian besar gempa-gempa tersebut berkedudukan di Laut sekitar Pulau Simeulue dan Bukit Barisan berarah baratdaya-timurlaut dan menerus sampai ke laut Andaman dan Birma.

Gempa pada tanggal 26 Desember 2004 tersebut adalah gempa terbesar yang pernah terjadi di daerah ini, dengan kekuatan 9.0 Skala Richter dengan pusat gempa berada 225 Km di selatan Kota Banda Aceh pada kedalaman 9-10 km, Gempa bumi ini diikuti gelombang tsunami yang menghantam hampir seluruh pesisir Provinsi NAD, dengan kerusakan terparah melanda Banda Aceh hingga pantai barat Sumatera Utara.

Tsunami merupakan proses akibat terjadinya gempa pada kedalaman yang dangkal, karena sebagian besar energy release ke kolom air laut di atasnya. Gempa bawah laut merenggutkan massa besar air laut dalam satu hentakan kuat. Gelombang balik air menerjang dengan kecepatan hingga 800 km/jam, mendekati pantai gelombang melambat namun mendesak ke atas, menghempas ke daratan, dan menghancurkan apapun di belakang pantai. Terjangan gelombang menunjukkan arah relatif tegak lurus garis pantai. Pola kerusakan sejajar garis pantai dengan gradasi kerusakan melemah tegak lurus menjauhi pantai. Tingkat kerusakan meliputi kawasan perkotaan dan/atau pedesaan hancur total, rusak berat, sedang, dan ringan (BAPPENAS, 2005).

3.2. Kerusakan Lahan Pertanian

Gempa bumi dan terutama tsunami telah meluluhlantakkan sebagian wilayah Nanggroe Aceh Darussalam yang menyebabkan terjadinya kerusakan


(37)

16

dan kerugian yang sangat besar, baik kerugian fisik maupun kerugian non fisik. Kerugian fisik berupa kerusakan lahan, sarana dan prasarana umum serta sumber-sumber ekonomi lainnya. Kerugian non fisik berupa korban jiwa manusia sejumlah 124.603 jiwa, 400.379 jiwa mengungsi akibat kehilangan tempat tinggal, dan 111.769 jiwa lainnya dinyatakan hilang, dengan daerah terparah berada pada pantai barat meliputi Banda Aceh hingga Meulaboh, meskipun pantai timur juga mengalami kerusakan yang tidak ringan.

Berdasarkan hasil penilaian sementara oleh Departemen Pertanian (2005) dalam BAPPENAS (2005), lahan sawah milik masyarakat yang mengalami kerusakan berat (puso) diperkirakan mencapai 20.101 Ha, sedangkan kerusakan ladang mencapai 31.345 Ha. Ladang yang mengalami puso sebagian besar biasanya digunakan untuk membudidayakan tanaman palawija dan hortikultur serta sedikit perkebunan kelapa. Tercatat 9 kabupaten/ kota yang terkena bencana tsunami dan mengalami kerusakan lahan pertanian cukup besar yaitu Kabupaten Aceh Besar, Aceh Barat Daya, Aceh Jaya, Aceh Barat, Aceh Utara, Aceh Timur, Simeuleu, Pidie, dan Bireun,seperti tercantum pada Tabel 1. Jumlah ternak yang mati atau hilang diperkirakan mencapai 1,9 juta ekor yang sebagian besar adalah ternak unggas, dan sisanya ternak ruminansia seperti sapi, kerbau, kambing/domba.(Tabel 1)

Tabel 1 Kondisi kerusakan lahan pertanian, Kebun, Ladang dan Kehilangan ternak di Provinsi Naggroe Aceh Darussalam

Kerusakan Lahan Pertanian No Kabupaten dan Kota

Sawah (Ha) Kebun (Ha) Ladang (Ha)

Ternak Hilang * (ekor)

1 Sabang - - - 32.061

2 Banda Aceh 180 - 115 332.505

3 Aceh Besar 5.611 4.316 13.400 500.000

4 Pidie 1.859 4.704 5.256 238.301

5 Biruen 2.118 2.750 597 153.961

6 Aceh Utara 1.224 - 1.037 74.460

7 Lhokseumawe - - - 27.292

8 Aceh Timur 2.119 - 60 -

9 Aceh Barat 880 4.167 1.174 251.962

10 Nagan Raya 800 3.122 1.600 137.765

11 Aceh Jaya 1.755 6.480 3.128 156.280

12 Simeulue 3.410 7.904 110 -

13 Aceh Selatan - 2.750 - -

14 Aceh Barat Daya 250 1.365 4.788 -

15 Singkil - - -

Jumlah 20.101 36.803 31.345 1.904.587

Keterangan:* Sebagian besar unggas


(38)

Selain kerusakan pada lahan pertanian, kerusakan juga terjadi pada jaringan irigasi, bangunan irigasi, saluran irigasi di tingkat usahatani, jalan usahatani, pematang (sawah), terasering (lahan kering), serta bangunan petakan lahan usahatani. Lahan perkebunan yang mengalami kerusakan diperkirakan mencapai 36.803 Ha (Departemen Pertanian, 2005 dalam BAPPENAS, 2005) yang meliputi lahan perkebunan karet, kelapa, kelapa sawit, kopi, cengkeh, pala, pinang, coklat, nilam, dan jahe. Lahan perkebunan yang paling luas mengalami kerusakan adalah tanaman kelapa yang tumbuh di sepanjang pesisir. Berdasarkan wilayah administratif, lahan perkebunan yang paling banyak mengalami kerusakan berada di wilayah Kabupaten Aceh Barat, Simeulue, Nagan Raya, dan Aceh Jaya.

Belum ada data mengenai persentase dari kerusakan lahan perkebunan terhadap total lahan perkebunan yang ada di Nanggroe Aceh Darussalam. Kerusakan lahan akibat gempa dan tsunami menyebabkan masuknya air laut (salinitas) ke darat dan tebalnya sedimen yang diendapkan. Berdasarkan survei dari Food and Agriculture Organization (FAO) yang dilakukan pada tanggal 11-14 Januari 2005, kerusakan berat di wilayah Aceh bagian barat adalah tingkat salinitas mencapai 40 kali tingkat yang dapat ditoleransi oleh tanaman. Pengaruh air laut masuk ke daratan sampai ketinggian 20 meter di atas permukaan laut. Hasil analisis laboratorium Departemen Pertanian terhadap beberapa contoh lumpur menunjukkan rata-rata Daya Hantar Listrik (DHL) adalah 30,7 dS/m dengan kisaran 11,5 sampai 48.9 dS/m, DHL untuk tanah permukaan rata-rata sebesar 4,8 dS/m dengan kisaran 0.3 sampai 8.4 dS/m. Umumnya tanaman semusim seperti jagung, kacang tanah, dan padi mulai terganggu pertumbuhannya pada DHL 4 dS/m. Kandungan garam pada contoh lumpur dan tanah juga cukup tinggi yaitu 2000-26900 ppm untuk lumpur dan 140 – 6000 ppm untuk tanah. Tingkat toleransi tanaman semusim terhadap kandungan garam-garam dalam tanah umumnya sekitar 2000ppm.

Secara umum kerusakan lahan pertanian di pantai barat lebih berat dibandingkan pantai timur.Di pantai barat sedimen yang menutup lahan lebih tebal, umumnya >20 cm, dibandingkan dengan di pantai timur yang umumnya <20 cm. Lumpur tebal (>10 cm) umumnya dijumpai pada jarak 3 – 4 km dari pantai, makin dekat ke pantai ketebalan lumpur makin tipis dan teksturnya makin kasar. Lumpur ini berwarna abu-abu sampai hijau terang dan sangat keras ketika kering (Shofiyati, 2005)


(39)

IV. METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Kerangka Pendekatan Metodologi

Bencana alam tsunami yang terjadi pada 26 Desember 2004 di Nanggroe Aceh Darussalam tidak saja menyebabkan ratusan ribu orang meninggal dan ratusan ribu lainnya hilang, tetapi juga merusak berbagai fasilitas termasuk lahan pertanian. Kerusakan lahan pertanian sebagian besar diakibatkan oleh peningkatan kadar garam (salinitas), sedimen lumpur laut, sampah dan puing-puing bangunan, serta rusaknya infrastruktur irigasi/drainase dan jalan. Kerusakan lahan terjadi utamanya dalam bentuk perubahan tekstur tanah dan perubahan garis pantai yang terjadi di hampir seluruh kawasan pesisir yg terkena gelombang tsunami. Kerusakan lahan juga terjadi karena penimbunan dan pemadatan limbah tsunami yang terjadi dibeberapa lokasi. Bentuk kerusakan lahan lain terjadi akibat dari luapan air laut yang mengakibatkan sifat-sifat kimia dan kesuburan tanah mengalami degradasi. Kerusakan lahan pertanian tersebut juga telah menyebabkan kegiatan usahatani masyarakat terhenti.

Kerusakan lahan pertanian tersebut harus diupayakan perbaikan atau rehabilitasi dengan suatu perencanaan rehabilitasi yang baik dengan mengakomodir aspirasi masyarakat yang merupakan pihak yang sangat merasakan dampak dari kerusakan lahan pertanian tersebut. Perencanaan kegiatan rehabilitasi lahan pertanian pascatsunami harus didukung oleh data-data mengenai kondisi kerusakan lahan dan aspirasi masyarakat terhadap rencana rehabilitasi lahan pertanian yang akan dilakukan oleh pemerintah.Untuk mendapatkan data mengenai kondisi kerusakan lahan pertanian dilakukan pengamatan terhadap lahan pertanian yang rusak melalui pendekatan metode observasi yang dikeluarkan oleh FAO tahun 2005 dan untuk mendapatkan data karakteritik lahan dilakukan pengambilan contoh tanah yang selanjutnya dianalisis di dalam laboratorium untuk mendapatkan karakteristik sifat fisika dan kimia tanah.

Data mengenai aspirasi dan pendapat masyarakat diperoleh melalui pendekatan yang dilakukan adalah dengan menggunakan kuesioner dan wawancara, hasil kuesioner dianalisis dengan menggunakan metode Kuantifikasi Hayashi II untuk mendapatkan hubungan antara karakteristik masyarakat dengan pendapat mereka akan rencana rehabilitasi lahan pertanian pascatsunami. Lebih jelas kerangka pendekatan kegiatan metodologi penelitian disajikan pada Gambar 2.


(40)

Gambar 2. Kerangka pendekatan metodologi 4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Lho’nga, Kabupaten Aceh Besar , Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Desa yang dipilih adalah Desa Meunasah Baro dan Desa Meunasah Manyang. Pemilihan kedua desa tersebut dengan pertimbangan bahwa keduanya merupakan desa yang letaknya dekat dengan pantai dan memiliki lahan pertanian. Penelitian dilakukan selama tujuh bulan, dimulai dari bulan Mei hingga Desember 2005. Adapun peta lokasi penelitian disajikan pada Gambar 3.

Lahan pertanian Gempa dan tsunami

Lahan pertanian rusak

- Sampah dan puing - Sedimentasi - Salinitas meningkat

Bofisik

- Perubahan struktur tanah - Perubahan sifat fisika -kimia tanah

Sosial ekonomi

- Kehilangan kegiatan (pertanian) -Terhentinya perekonomian Data kondisi dan tingkat kerusakan lahan Data Tingkat kerusakan lahan Data Karakteristik Lahan yang rusak Tabel Observasi FAO (2005) Analisis Laboratorium contoh tanah Aspirasi dan pendapat masyarakat Data Aspirasi dan pendapat

- Aspirasi dan pendapat Masyarakat

- Karakteristik masyarakat

Wawancara dan keusioner Analisis Hayashi II Rehabilitasi lahan berdasarkan kondisi kerusakan lahan dan parsitpasi masyarakat

Lahan pertanian dapat digunakan kembali untuk

usaha pertanian Rencana Rehabilitasi

lahan Dukungan data kondisi

lahan

Dukungan data asipirasi dan pendapat


(41)

20

Gambar 3. Peta lokasi penelitian

4.3. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah contoh tanah, bahan-bahan kimia yang digunakan dalam analisis contoh tanah di laboratorium, peta rupa bumi skala 1:50.000 (Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional,1984), peta tanah skala 1:250.000 (Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, 1990)

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat alat untuk analisis di laboratorium, bor tanah, ring sampel, cangkul, meteran, plastik sampel, alat tulis dan alat dokumentasi.

4.4. Analisis Kerusakan Lahan

Hubungan antara tujuan 1 penelitian, analisis data, data yang diperlukan, sumber data dan output yang diharapkan dari analisis terhadap kerusakan lahan dapat dilihat pada Tabel 2 .

Aceh Besar

5 °1 0 ' 1 0' 5 °2

0' 5°20

' 5 °3 0 ' 3 0' 5° 4

0' 5°4

0 ' 95°00' 95°00' 95°10' 95°10' 95°20' 95°20' 95°30' 95°30' 95°40' 95°40' 95°50' 95°50' 95 95

10 0 10 20 Kilometers

N

E W

S

PETA ADMINISTRASI KECAMATAN ACEH BESAR

Scala 1 : 500.000

PK-UNAYA 2003 LEGENDA Darul Imarah Darussalam Indrapuri Ingin Jaya Ku ta Baro Lhoknga Leupung Lhoong Mesjid Raya Montasik Peukan Bada Pulo Aceh Seulimeum Sukanakmur Sungai Jalan Lokasi Penelitian


(42)

Tabel 2. Hubungan tujuan 1 penelitian, data yang diperlukan, metode analisis dan hasil yang diharapkan pada analisis kerusakan lahan

Data yang diperlukan dan Sumber data Tujuan

nomor

Tujuan

penelitian Data Primer Data sekunder Metode Analisis

Hasil yang diharapkan 1 Melakukan identifikasi kerusakan lahan pertanian pada lokasi penelitian berdasarkan jarak dari garis pantai ke arah daratan

Survai dan

pengambilan contoh tanah pada tiap transek meliputi data fisik dan kimia tanah serta pengamatan terhadap vegetasi yang ada di lokasi penelitian

Data kondisi wilayah sebelum tsunami, curah hujan, dan peta-peta yang menyangkut lokasi penelitian

Analisis deskriptif yang didasari pada Framework for Soil

Reclamation and Restrart Cultivation dari FAO tahun 2005

Gambaran kondisi lahan dan karakteristik lahan berdasarkan klasifikasi kerusakan dilihat berdasarkan jarak dari garis pantai

4.4.1. Penentuan Lokasi Pengamatan dan Pengambilan Contoh

Penentuan lokasi pengamatan dilakukan secara sengaja dengan ketentuan desa yang dipilih merupakan desa yang mempunyai lahan pertanian dekat dengan garis pantai. Pengambilan contoh tanah dengan menggunakan metode jalur. Pada pada tiap desa terpilih dibuat dua jalur dengan garis pantai sebagai base line selanjutnya contoh tanah diambil dalam jalur sampai dengan dengan jarak 1250 meter dari garis pantai, interval jarak tiap titik pengamatan sepanjang 250 meter, sehingga terdapat 20 titik pengamatan dari kedua desa terpilih. Skema pengambilan contoh tanah seperti pada Gambar 4.

Pada setiap titik pengamatan tanah juga dibuat plot pengamatan untuk vegetasi dengan ukuran plot 10 m x 10 m. Setiap tanaman yang ditemui tumbuh pada tiap titik pengamatan tersebut dicatat jenis dan jumlahnya.

4.4.2. Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dari 20 titik pengamatan di dua desa yang terpilih. Contoh tanah diambil di masing-masing titik pengamatan dalam jalur pada tiap desa. Contoh tanah yang diambil merupakan tanah asli di bawah sedimen yang menutupi lahan pertanian dengan kedalaman 20 cm. Adapun data yang dikumpulkan meliputi sifat fisik tanah : tekstur, permeabilitas, puing dan sampah yang menutupi lahan, dan genangan air di permukaan. Data sifat kimia tanah meliputi : pH, salinitas, N, P, K, C-organik KTK . Data vegetasi meliputi jenis dan jumlah vegetasi yang tumbuh pada lahan yang rusak akibat gelombang tsunami pada tiap titik pengamatan.


(43)

22

Data didapat dari pengamatan di lapangan dan analisis laboratorium. Jenis data dan metode pengumpulan data tertera pada Tabel 3. Data sekunder didapatkan dari instansi terkait.

Gambar 4. Skema Pengambilan Contoh Tanah Tabel 3.Jenis data dan metode pengumpulan data di lapangan

Jenis Data Metode Pengambilan dan Sumber Data

1. Data primer di lapangan

• Tekstur Pengambilan contoh tanah (analisis lab)

• Permeabilitas Pengambilan contoh tanah (analisis lab)

• Batuan dipermukaan Pengamatan dilapangan

• Puing dan sampah Pengamatan dilapangan

• Genangan air dipermukaan Pengamatan dilapangan

• pH Pengambilan contoh tanah (analisis lab)

• Salinitas Pengambilan contoh tanah (analisis lab)

• Bahan Organik Pengambilan contoh tanah (analisis lab)

• Penutupan Vegetasi Pengamatan dilapangan

• Pendapat masyarakat Pengamatan lapangan dan wawancara

2. Data Sekunder

• Peta tanah 1:250.000 Hasil PUSLITANAK (1990)

• Peta rupa bumi 1:50.000 BAKOSURTANAL (1984)

• Data curah hujan Stasiun klimatologi Indarapuri aceh Besar

• Hasil penelitian sebelumnya Laporan penelitian dan pustaka


(44)

4.4.3. Analisis Data

Secara umum analisis data untuk identifikasi kerusakan lahan dan pendapat masyarakat terhadap rencana rehabilitasi lahan pertanian pasca tsunami terdiri atas ; (1) Analisis deskriptif dan tabulasi data dari hasil survei dan pengamatan, (2) Analisis terhadap vegetasi yang tumbuh pada lokasi penelitian sepanjang transek yang diamati, (3) Analisis terhadap pendapat masyarakat.

1. Analisis karakteristik lahan dilakukan dengan membuat tabel secara sederhana hasil analisis laboratorium contoh tanah. Identifikasi kerusakan lahan dilakukan dengan menggunakan Framework for Soil Reclamation and Restart Cultivation

dari FAO tahun 2005. Adapun jenis kerusakan dan tingkat kerusakan untuk observasi tertera pada Tabel 4.

Tabel 4. Tabel Observasi untuk Kerusakan Lahan di Kecamatan Lho’nga

Kerusakan Rendah Sedang Tinggi Ranking

1. Rendah

2. Sedang

Puing dan sampah 1 2 3

3. Banyak

1. Erosi rendah

4. Erosi sedang

Erosi 1 4 6

6. Erosi tinggi 1. <4 cm 4. 4 - 10 cm

Sedimentasi 1 4 6

6. > 10 cm 1. < 4 hari

4. 4 - 5 hari

Lama genangan 1 4 6

6. 6 > hari 1. Lambat

2. Sedang

Infiltrasi 1 2 3

3. Cepat

< 8 = kerusakan rendah 8 -16 = kerusakan sedang

Jumlah Antara 5 dan 24

> 16 = kerusakan tinggi

Sumber: FAO (2005b) dimodifikasi

Adapun indikator pengamatan di lapangan untuk masing-masing tingkat kerusakan adalah sebagai berikut :

Puing dan sampah ; Rendah (sampah dan puing yang menutupi lahan pertanian 0-10% dari luas lahan), Sedang (sampah dan puing yang menutupi lahan


(45)

24

pertanian 10-50 % dari luas lahan), Banyak (sampah dan puing yang menutupi lahan pertanian >50 % dari luas lahan).

Erosi ; Erosi rendah (erosi permukaan yang terjadi pada lahan < 15 % dari luas lahan), Erosi sedang (erosi permukaan yang terjadi pada lahan 15 – 30 % Dari luas lahan), Erosi tinggi (erosi permukaan yang terjadi pada lahan > 30 % dari luas lahan).

Sedimentasi ; < 4 cm (jika ketebalan sedimen yang menutupi lahan < 4cm), 4-10 cm (jika ketebalan sedimen yang menutupi lahan antara 4-10 cm), > 10 cm (jika ketebalan sedimen yang menutupi lahan > 10cm).

Lama genangan ; 4 hari ( jika dengan yang terjadi kurang dari 4 hari), 4-5 hari (jika genagan yang terjadi antara 4-5 hari), >6 hari ( jika genagan yang terjadi pada lahan > 6 hari)

Infiltrasi ; Penetapan laju infiltrasi didasarkan pada hasil uji laboratorium terhadap permeabilitas dari contoh tanah yang diambil.

Selanjutnya berdasarkan jumlah skor, lahan diklasifikasikan ke dalam empat kelas yaitu :

1. Kelas A (kerusakan rendah) skor <8 2. Kelas B (kerusakan sedang) skor 8-16 3. Kelas C (kerusakan tinggi) skor >16, dan 4. Kelas D (hilang) lahan tergenang.

2. Analisis terhadap vegetasi dilakukan dengan membuat tabel pengamatan terhadap jenis dan jumlah vegetasi yang ditemui pada setiap titik pengamatan yang telah ditentukan pada tiap transek. Selanjutnya dilakukan analisis terhadap data yang diperoleh untuk mendapatkan gambaran tentang jenis dan jumlah vegetasi yang tumbuh atau bertahan pada lahan yang rusak akibat tsunami.

4.5. Analisis Pendapat Masyarakat

Hubungan antara tujuan 2 dan 3 penelitian, analisis data, data yang diperlukan, sumber data dan output yang diharapkan dapat dilihat pada Tabel 5.


(46)

Tabel 5. Hubungan tujuan penelitian, data yang diperlukan, metode analisis dan hasil yang diharapkan pada analisis pendapat masyarakat

Data yang diperlukan dan Sumber data Tujuan

nomor

Tujuan

penelitian Data Primer Data sekunder Metode Analisis

Hasil yang diharapkan 2 Mempelajari aspirasi masyarakat terhadap kegiatan usaha pertanian mereka di masa akan datang.

Survai dan wawancara mengenai karakteristik responden, dan pendapat responden terhadap kegiatan usaha pertanian mereka di masa akan datang.

Data mengenai kependudukan

Analisis Kuantifikasi Hayashi II dan analisis korelasi Mengetahui aspirasi masyarakat terhadap pilihan kegiatan usaha mereka di masa akan datang 3 Mempelajari pendapat/tangga pan masyarakat terhadap rencana kegiatan rehabilitasi lahan pertanian pasca tsunami.

Survai dan wawancara mengenai karakteristik responden, dan tanggapan responden terhadap rencana rehabilitasi lahan pertanain pasca tsunami

Data mengenai kependudukan

Analisis Kuantifikasi Hayashi II dan analisis korelasi Mengetahui pendapat masyarakat terhadap rencana rehabilitasi lahan pertanian pasca tsunami

4.5.1. Pene ntuan Responden

Penentuan responden menggunakan metode stratified simple random sampling

dimana strata adalah masyarakat yang mempunyai kegiatan usahatani selanjutnya dari strata tersebut dipilih sebanyak 15 orang sebagai responden, sehingga jumlah responden adalah 30 orang dari dua strata yang berusahatani di dua desa. Responden merupakan penduduk yang sudah dewasa yaitu penduduk yang telah matang dalam pengambilan keputusan dan dapat memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan. Penentuan jumlah ini didasari pada ketentuan bahwa 30 responden sudah cukup untuk mewakili populasi yang ada, dimana sampai pada saat penelitian dilakukan jumlah keseluruhan penduduk dilokasi penelitian belum ada data yang pasti. Menurut Mantra dan Kasto (1989) ; Effendi dan Singarimbun (1995) ; Sugiarto,et al. (2001), pada umumnya jumlah sampel yang harus diambil untuk tahap awal ataupun untuk penelitian pemula sekitar 10 persen dari total individu populasi yang diteliti. Bilamana sampel sebesar 10 persen dari populasi masih dianggap besar (lebih dari 30) maka alternatif yang biasa digunakan adalah mengambil sampel sejumlah 30 unit. Data responden diambil untuk analisis pendapat masyarakat.


(47)

26

4.5.2. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan meliputi : umur, pekerjaan, pendidikan, lama tinggal, pendapat masyarakat terhadap usahatani dan pendapat masyarakat terhadap rencana rehabilitasi lahan pertanian pasca tsunami. Responden yang diambil merupakan penduduk yang mempunyai usahatani dilokasi penelitian yaitu setiap desa berjumlah 15 orang. Data primer didapatkan melalui wawancara pada responden yang memiliki kegiatan usahatani dengan menggunakan kuesioner.

4.5.3. Analisis Data

Pendapat masyarakat dianalisis secara deskriptif menggunakan tabulasi dan skoring terhadap data-data karakteristik responden berdasarkan pengetahuan, sikap dan tindakan mereka terhadap rencana rehabilitasi lahan pertanian pasca tsunami. Untuk mengkaji faktor-faktor yang melatarbelakangi terbentuknya pendapat masyarakat terhadap rencana rehabilitasi lahan pertanian digunakan analisis Kuantifikasi Hayashi II. Analisis ini menggunakan software QB45.

Data variabel penjelas (Explanatory Variable), adalah faktor umur, pendidikan, pekerjaan utama, lama tinggal, pendapatan dan pendapat masyarakat tentang rencana rehabilitasi lahan pertanian yang dihubungkan dengan variabel tujuan

(Objective Variable) yaitu pendapat masyarakat mengenai kegiatan rencana

rehabilitasi lahan pertanian dan kegiatan usahatani pasca tsunami. Variabel bersifat pengelompokan (Grouping Variable) dan mempunyai nilai kualitatif (Saefulhakim, 2003)

Model matematis dari analisis ini adalah :

Y = f (X1,X2,X3,...Xn) Keterangan :

Y = Variabel tujuan (pendapat tentang rencana

rehabilitasi lahan pertanian pasca tsunami)

X1,X2,X3,...Xn = Variabel penjelas (umur , pendidikan, pendapatan, lama tinggal, dan pendapat tentang kegiatan rencana rehabilitasi lahan pertanian pasca tsunami) Selanjutnya, hasil pendugaan parameter koefisien keterkaitan akan didapat korelasi parsial yang kemudian akan dibandingkan dengan nilai tengah dari t student


(48)

mendeskripsikan hubungan antara faktor karakteristik masyarakat dengan pendapat masyarakat digunakan analisis korelasi dengan tingkat kepercayaan 95% (a = 0,05). Analisis ini menggunakan program SPSS versi 11,5.


(1)

Lampiran 7. (Lanjutan)

Hasil analisis korelasi hubungan antara Pendapat Masyarakat thdp keinginan mencari kegiatan lain sbg mata pencaharian utama dengan karakteristik masyarakat

Descriptive Statistics

,0000020 ,87621536 15

,0000027 ,57178452 15

,0000200 ,24434872 15

-,0000027 ,87243974 15

,0000040 ,55252297 15

Pendapat Masyarakat petani thdp keinginan mencari kegiatan lain sbg mata pencaharian utama

Umur Pendidikan Pendapatan Lama Tinggal

Mean Std. Deviation N

Correlations

1 ,404 -,021 ,464 ,444

, ,135 ,941 ,082 ,097

15 15 15 15 15

,404 1 ,252 -,217 ,092

,135 , ,366 ,437 ,744

15 15 15 15 15

-,021 ,252 1 -,528* ,084

,941 ,366 , ,043 ,765

15 15 15 15 15

,464 -,217 -,528* 1 -,094

,082 ,437 ,043 , ,738

15 15 15 15 15

,444 ,092 ,084 -,094 1

,097 ,744 ,765 ,738 ,

15 15 15 15 15

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

Pendapat Masyarakat petani thdp keinginan mencari kegiatan lain sbg mata pencaharian utama Umur

Pendidikan

Pendapatan

Lama Tinggal

Pendapat Masyarakat petani thdp keinginan mencari kegiatan lain sbg mata

pencaharian utama Umur Pendidikan Pendapatan

Lama Tinggal

Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). *.


(2)

Lampiran 7. (Lanjutan)

Hasil analisis korelasi hubungan antara pendapat masyarakat terhadap pengetahuan masyarakat akan rencana rehabiliatsi dengan karakteristik dan sumber informasi yang diperoleh

Descriptive Statistics

-,0000010 1,01709103 30

,0000000 ,00000000 30

,0000000 ,00000000 30

,0000000 ,00000000 30

,0000000 ,00000000 30

,0000000 ,00000000 30

,0000173 1,01710871 30

Pendapat masyarakat terhadap pengetahuan akan rencana kegiatan rehabiliatsi lahan Umur

Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Lama tinggal

Informasi Masyarakat tentang rencana rehabilitasi lahan

Mean Std. Deviation N

Correlations

1 ,a ,a ,a ,a ,a 1,000**

, , , , , , ,000

30 30 30 30 30 30 30

,a ,a ,a ,a ,a ,a ,a

, , , , , , ,

30 30 30 30 30 30 30

,a ,a ,a ,a ,a ,a ,a

, , , , , , ,

30 30 30 30 30 30 30

,a ,a ,a ,a ,a ,a ,a

, , , , , , ,

30 30 30 30 30 30 30

,a ,a ,a ,a ,a ,a ,a

, , , , , , ,

30 30 30 30 30 30 30

,a ,a ,a ,a ,a ,a ,a

, , , , , , ,

30 30 30 30 30 30 30

1,000** ,a ,a ,a ,a ,a 1

,000 , , , , , ,

30 30 30 30 30 30 30

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pendapat masyarakat terhadap pengetahuan akan rencana kegiatan rehabiliatsi lahan Umur

Pendidikan

Pekerjaan

Pendapatan

Lama tinggal

Informasi Masyarakat tentang rencana rehabilitasi lahan

Pendapat masyarakat terhadap pengetahuan akan rencana kegiatan rehabiliatsi lahan

Umur Pendidik an

Pekerja an

Pendapat an

Lama tinggal

Informasi Masyarakat tentang rencana rehabilitasi lahan

Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). **.

Cannot be computed because at least one of the variables is constant. a.


(3)

Lampiran 7. (Lanjutan)

Hasil analisis korelasi hubungan antara pendapat masyarakat terhadap dukungan kegiatan rehabilitasi lahan dengan karakteristik masyarakat dan pihak yg sebaiknya melakukan kegiatan rehabilitasi

Descriptive Statistics

-,0000033 ,94439306 30

-,0024987 ,24659329 30

,0000007 ,12460349 30

,0052820 ,12830911 30

,0162143 ,17638684 30

,0000013 ,01543053 30

-,0000020 ,97433041 30

Pendapat masyarakat akan dukungan terhadap rencana kegiatan rehabilitasi lahan Umur

Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Lama tinggal Pendapat yg sebaiknya melakukan rehabilitasi lahan

Mean Std. Deviation N

Correlations

1 ,104 ,051 ,028 ,201 -,239 ,891**

, ,586 ,787 ,884 ,287 ,203 ,000

30 30 30 30 30 30 30

,104 1 ,146 -,272 -,052 -,163 -,089 ,586 , ,442 ,147 ,784 ,389 ,639

30 30 30 30 30 30 30

,051 ,146 1 ,110 -,475** -,157 -,018 ,787 ,442 , ,563 ,008 ,407 ,926

30 30 30 30 30 30 30

,028 -,272 ,110 1 -,056 ,262 -,027 ,884 ,147 ,563 , ,769 ,163 ,886

30 30 30 30 30 30 30

,201 -,052 -,475** -,056 1 ,242 ,145 ,287 ,784 ,008 ,769 , ,197 ,444

30 30 30 30 30 30 30

-,239 -,163 -,157 ,262 ,242 1 -,320 ,203 ,389 ,407 ,163 ,197 , ,085

30 30 30 30 30 30 30

,891** -,089 -,018 -,027 ,145 -,320 1

,000 ,639 ,926 ,886 ,444 ,085 , 30 1 ,104 ,051 ,028 ,201 -,239 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pendapat masyarakat akan dukungan terhadap rencana kegiatan rehabilitasi lahan Umur Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Lama tinggal Pendapat yg sebaiknya melakukan rehabilitasi lahan Pendapat masyarakat akan dukungan terhadap rencana kegiatan rehabilitasi lahan Umur Pendidik an Pekerja an Pendapat an Lama tinggal Pendapat yg sebaiknya melakukan rehabilitasi lahan

Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). **.

t Hitung ( 10,29) > t Tabel (2,052). Ada hubungan antara variabel pendapat masyarakat tentang pihak yang melakukan kegiatan rehabiliatsi lahan dengan pendapat masyarakat terhadap dukungan kegiatan


(4)

Lampiran 8.

KUESIONER PENELITIAN

Pedoman umum pengisian :

Berilah tanda (√) pada setiap jawaban yang anda pilih paling sesuai

Isilah jawaban pada tempat yang telah disediakan

I. Indentitas Responden

1. Nama : ...

2. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

3. Umur : <35 Tahun 35-44 Tahun

45- 54 Tahun 55-64 Tahun > 64 Tahun

4. Desa tempat tinggal : ...

5. Pekerjaan Utama : Petani Petambak Nelayan

Lainnya

6. Pekerjaan Sampingan : ...

7. Pendapatan/Tahun : Rp ...

8. Pendidikan terakhir : SD SMP SMU

Perguruan Tinggi (Strata...)

9. Jumlah Anggota Keluarga : ...orang

10. Lama Tinggal : ...Tahun ...bulan

11. Asal/Suku : ...

II. Pendapat Responden

A. Pendapat Terhadap Kegiatan Usahatani

1. Apakah anda mempunyai kegiatan usahatani di desa ini? a. Ya

b. Tidak

Assalamualiakum Warahmatullahhi Wabarakatuh

Perkenankan kami mengajukan beberapa pertanyaan di bawah ini sebagai bahan untuk melakukan penelitian dalam rangka menyelesaikan studi pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Nama : Asnawi Achmad

NRP : P.052024011

Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Lingkungan

Judul Penelitian : Indentifikasi Keusakan Lahan Dan Persepsi Masyarakat Terhadap Rencana Rehabilitasi Lahan Pertanian (Studi Kasus Kecamatan Lho’nga Kabupaten Aceh Besar Naggroe Aceh Darussalam)

Demikian kami haturkan terima kasih atas bantuan Bapak/Ibu/saudara membrikan jawaban dengan baik terhadap daftar pertanyaaan ini


(5)

2. Apakah kegiatan usahatani tersebut sebagai mata pencaharian utama? a. Ya

b. Tidak

3. Apakah lahan pertanian yang anda usahakan terkena dampak gelombang tsunami ?

a. Ya (lanjut ke No 5 ) b. Tidak

4. Apakah anda masih punya keinginan untuk meneruskan kegiatan usahatani di desa ini?

a. Ya (lanjut ke No 6)

b. Tidak (lanjut ke No 7 dan 8)

5. Jika lahan pertanian anda yang terkena tsunami tersebut diperbaiki apakah anda masih mau berusahatani lagi dilahan tersebut ?

a. Ya

b. Tidak (lanjut ke No 7 dan 8)

6. Apa kebutuhan yang anda perlukan dalam upaya meneruskan kembali usahatani anda

a. Bantuan sarana pertanian b. Bantuan pelatihan

c. Bantuan modal

d. Lainnya (Sebutkan !)...

7. Apakah anda punya keinginan untuk mencari pekerjaan lain sebagai mata pencaharian utama ?

a. Ya (lanjut ke No 8) b. Tidak

8. Kegiatan usaha apa yang akan anda kerjakan ? (pilih salah satu) a. Dagang

b. Nelayan c. Jasa

d. Lainnya (Sebutkan !)...

B. Pendapat Terhadap Rencana Rehabilitasi Lahan Pertanian

9. Apakah anda mengetahui akan adanya rencana perbaikan lahan pertanian yang rusak akibat tsunami di desa anda ?

a. Ya b. Tidak

10. Apakah anda setuju jika lahan pertanian yang terkena dampak tsunami di desa ini dilakukan perbaikan ?

a. Setuju

b. Tidak setuju (lanjut ke No17)

11. Apakah selama ini ada pihak pemerintah yang datang untuk memberitahukan saudara tentang akan ada rencana perbaikan lahan pertanian saudara?

a. Ada (lanjut ke No 12 ) b. Tidak ada

12. Pihak mana yang memberitahukan tersebut a. Pemerintah

b. LSM lokal c. NGO asing. d. Lainnya


(6)

13. Menurut pendapat anda siapakah yang sebaiknya melakukan perbaikan lahan tersebut

a. Pemerintah b. Masyarakat

c. Pemerintah dan masyarakat

d. Lainnya (sebutkan !) ...

14. Setujukah anda jika perbaikan lahan pertanian yang kadar garam tinggi akibat terkena tsunami dilakukan perbaikan melalui pencucian ?

a. Setuju b. Tidak setuju c. Tidak tahu

15. Pencucian yang bagaimana menurut anda yang sesuai untuk lahan pertanian yang terkena tsunami

a. Pencucian oleh hujan

b. Dilakukan penyemprotan secara berulang-ulang c. Lainnya (Sebutkan !)...

16. Setujukan jika lahan tersebut juga diperbaiki dengan cara memberikan bahan

untuk memperbaiki tanah (bahan amelioran) berupa sulfur atau kapur

a. Setuju

b. Tidak setuju (lanjut ke No 18) c. Tidak tahu

17. Apa alasan anda tidak setuju jika lahan pertanian tersebut diperbaiki a. Tidak mungkin diperbaiki lagi

b. Hanya merupakan proyek pemerintah saja c. Lainnya (Sebutkan !)... 18. Apa alasan anda tidak setuju dengan cara tersebut

a. Bahan tersebut tidak sesuai

b. Bahan tersebut sulit diperoleh dan mahal harganya c. Lainnya (Sebutkan !)...

19. Apakah saudara selama ini ada menerima bantuan sarana pertanian ? a. Ada (lanjut ke No. 20)

b. Tidak ada

20. Dalam bentuk apa bantuan tersebut saudara terima. a. Traktor

b. Alat-alat pertanian c. Bibit atau benih tanaman d. Lainnya

III. Aspirasi Masyarakat

1. Sebutkan harapan, kritik, saran atau masukan apa saja agar rencana rehabilitasi lahan pertanian pasca tsunami di desa ini dapat berhasil dengan baik ?

... ... ... ... ...