Mata Pencaharian KEADAAN LOKASI PENELITIAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1. Kerusakan Lahan Pertanian 6.1.1. Kondisi Kerusakan Lahan Pertanian Kondisi lahan pada suatu wilayah menggambarkan keadaan bentuk lahan di wilayah tersebut. Kerusakan lahan terutama lahan pertanian akan mempengaruhi kehidupan di atasnya terutama masyarakat yang menjadikan lahan tersebut sebagai sumber mata pencaharian berupa usahatani. Kondisi kerusakan lahan pertanian pada beberapa titik pengamatan di lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 5. a. Jarak 750 meter b. Jarak 1000 meter c. Jarak 1250 meter Gambar 5.Kondisi kerusakan lahan pertanian di lokasi penelitian Sumber : Dokumen pribadi, November 2005 Hasil pengamatan terhadap kriteria kerusakan berdasarkan tabel observasi FAO tahun 2005 disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Hasil rata-rata pengamatan kerusakan lahan pertanian dengan metode FAO tahun 2005 Indikator Kerusakan Jarak dari pantai Puing dan sampah Erosi Sedimen Lama genangan Infiltrasi Skor Kelas Kategori 250 m 1,00 1,00 2,25 3,25 2,25 9,75 B Sedang 500 m 1,50 2,50 3,75 3,75 2,00 13,50 B Sedang 750 m 2,00 1,00 6,00 4,50 2,00 15,50 B Sedang 1000 m 1,25 1,00 5,00 2,50 2,00 11,75 B Sedang 1250 m 1,50 1,00 4,50 4,00 1,75 12,75 B Sedang Sumber: Data primer diolah 2005 Dari Tabel 7 menunjukkan bahwa kerusakan lahan pertanian dari jarak 250 meter sampai dengan jarak 1250 meter dari pantai dikategorikan kerusakan sedang dengan kelas B. Kerusakan yang besar berada pada jarak 750 meter dari pantai dengan nilai skor kerusakan 15,50. Secara detail data sifat fisik dan kimia tanah di lokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1. Indikator kerusakan tertinggi adalah berupa sedimen. Sedimentasi yang ditemukan pada lokasi penelitian bukanlah lumpur tetapi berupa sedimen pasir laut, dengan ketebalan bervariasi dari 5 cm sampai dengan 27 cm seperti terlihat pada Gambar 6. Gambar 6. Ketebalan sedimen pasir di Kecamatan Lho’nga Sumber : Dokumen pribadi, November 2005 Ketebalan sedimen pasir pada tiap jarak pengamatan dari pantai dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Hasil pengamatan ketebalan sedimen pasir di dua desa di Kecamatan Lho’nga menurut jaraknya dari garis pantai. Ketebalan Sedimen Pasir Cm Desa Jalur 250 m 500 m 750 m 1000 m 1250 m I 5 12 27 15 8 Meunasah Baro II 5 15 23 25 15 I 4 13 25 15 8 Meunasah Manyang II 7 12 22 21 16 Sumber: Data primer diolah 2005 Tabel 8 menunjukkan bahwa ketebalan sedimen pasir meningkat ke arah daratan sampai dengan jarak 750 meter dan selanjutnya pada jarak 1000 meter dan 1250 meter mulai menurun. Hal ini dikarenakan lahan pada jarak 750 meter lebih cekung sehingga sedimen pasir lebih banyak mengendap dan juga genangan air lebih lama terjadi pada jarak 750 meter ini. Sampah dan puing yang menutupi lahan pertanian di lokasi penelitian berdasarkan hasil pengamatan dikategorikan rendah sampai sedang dan tersebar Tabel 7. Kurangnya sampah dan puing yang menutupi lahan pertanian pada semua jarak dikarenakan sampah dan puing dari tsunami tersebut sudah dibersihkan oleh masyarakat melalui kegiatan cash for work padat karya pada masa tiga bulan pasca tsunami. Secara keseluruhan lahan-lahan ini masih dapat digunakan sebagai lahan pertanian asalkan didahului dengan kegiatan