V. KEADAAN LOKASI PENELITIAN
5.1. Letak Geografis dan Administrasi Pemerintahan
Secara geografis daerah penelitian terletak pada 05 20’ -05
30’ Lintang Utara dan 95
10’-95 20’ Bujur Timur. Daerah peneltian secara administratif
terletak di Kecamatan Lho’nga Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Kecamatan Lho’nga yang berbatasan dengan Kecamatan Peukan
Bada di sebelah Selatan. Posisi geografisnya yang berada di pesisir pantai barat Aceh menyebabkan Kecamatan Lhoknga merupakan salah satu daerah yang
mengalami kerusakan paling parah pada saat terjadi bencana gempa dan tsunami 26 Desember 2004 lalu. Dari ibukota provinsi berjarak 17 km ke arah
Barat Daya, dapat ditempuh dengan kendaraan darat selama 30 menit melalui jalan negara Banda Aceh –Meulaboh.
K
ecamatan Lho’nga terdiri dari 25 desakelurahan yaitu Kelurahan Mon Ikeun, Weuraya, Lam Kruet, Lampaya, Lamgaboh, Aneuk Paya, Lambaro Kueh,
Naga Umbang, Lam Ateuk, Kueh, Tanjong, Nusa, Seubun Keutapang, Seubun Ayon, Lambaro Seubun, Meunasah Betung, Meunasah Mesjid, Meunasah
Karieng, Meunasah Baro, Meunasah Mayang, Desa Meunasah Mon Cut, Desa Meunasah Lamgirek, Desa Meunasah Mesjid, Desa Meunasah Bale dan Desa
Meunasah Lambaro. Lokasi penelitian dipilih dua desa untuk mewakili kondisi lahan pertanian yang rusak yaitu Desa Meunasah Baro dan Desa Meunasah
Manyang. Secara keseluruhan kerusakan sarana umum di Kecamatan Lho,nga
mencapai 70. Dampak tsunami mengakibatkan terjadinya pengurangan wilayah daratan di kecamatan ini, beberapa area yang dulunya merupakan
daratan sekarang telah menjadi lautan.
5.2. Kondisi Iklim
Kondisi iklim khususnya curah hujan tahunan pada lokasi penelitian berkisar dari 1500 – 2000 mmth dengan suhu rata-rata harian
± 29
o
C. Menurut klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson lokasi penelitian termasuk ke dalam tipe
iklim B. Hasil pencatatan stasiun klimatologi Indrapuri Kabupaten Aceh Besar menunjukkan rata-rata curah hujan selama lima tahun 1994-1998 sebesar
1431,7 mm per tahun dengan jumlah hari hujan sebanyak 135 hari hujan per
tahunnya. Sementara itu rata-rata curah hujan tahunan untuk Banda aceh dan Aceh Besar periode Januari - Desember tahun 2005 dari beberapa stasiun
pengamatan cuaca sebesar
1828,08
mm Lampiran 4.
5.3. Geologi dan Topografi
Secara keseluruhan geologi wilayah penelitian termasuk bentang lahan pantai, didominasi oleh jenis batuan boulder sandstone, limestone, arenite
sandstone, dan basalt. Keadaan topografi daerah penelitian pada umumnya datar dan berlereng
curam 0- 55 dengan ketinggian 0 – 500 m dpl. Sebagian lahannya merupakan dataran rendah dengan rawa-rawa. Berdasarkan pengamatan,
daerah tersebut sebelum tsunami merupakan pemukiman padat penduduk dengan jarak antara daerah pemukiman dengan garis pantai cukup dekat.
5.4. Jenis Tanah
Berdasarkan peta satuan lahan dan tanah tahun 1990 yang dikeluarkan oleh Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat diketahui bahwa jenis tanah yang
dominan menyebar di Kecamatan Lho’nga berdasarkan klasifikasi USDA tergolong dalam Hydraquents dan Entropepts.
Geomorfologi daerah tersebut menggambarkan wilayah pantai yang dikelilingi perbukitan. Jenis tanah adalah aluvial Entisol yang merupakan bahan
sedimen dari hasil pelapukan tanah-tanah pegunungan. Sifat fisik tanah khususnya sebaran ukuran butir didominasi fraksi debu dan pasir. Daerah ini,
dahulunya dimanfaatkan sebagai lahan pertanian dan tambak rakyat.
5.5. Kependudukan
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Besar tahun 2003 penduduk yang ada di Kecamatan Lho’nga adalah 16.070 jiwa terdiri dari
8.094 jiwa laki-laki dan 7.976 jiwa perempuan. Sebaran penduduk dalam Kecamatan Lho’nga tahun 2003 disajikan pada Tabel 6.
Pada saat bencana diperkirakan sekitar 39 penduduk meninggal, penduduk yang hilang sekitar 1, sehingga saat ini jumlah penduduk yang
tersisa adalah 60 atau sekitar 9.642 jiwa. Sebagian besar dari penduduk yang tersisa sekarang ini tinggal di barak pengungsian yang dibangun di beberapa
lokasi yang berada di Kecamatan Lho’nga.
Tabel 6. Jumlah penduduk di Kecamatan Lho’nga tahun 2003
Jumlah Penduduk jiwa Jumlah
No Desa
Laki-Laki Perempuan
1. Mon Ikeun
1035 1056
2091 2.
Naga Umbang 133
126 259
3. Lambaro Kueh
236 206
442 4.
Lam Ateuk 193
213 406
5. Aneuk Paya
288 270
558 6.
Lampaya 573
559 1132
7. Lamkruet
518 536
1054 8.
Weuraya 535
549 1084
9. Meunasah Lambaro
438 441
879 10.
Meunasah Moncut 123
133 256
11. Meunasah Manyang
185 173
358
12. Meunasah Karieng
273 294
567 13.
Lamgaboh 306
316 622
14. TanjongLancok
435 410
845 15.
Kueh 195
97 292
16. Nusa
328 348
676 17.
Seubun Keutapang 172
147 319
18. Seubon Ayon
178 147
325 19.
Lambaro Seubon 170
172 342
20. Meunasah Mesjid Lamlhom
201 210
411
21. Meunasah Baro
136 154
290
22. Meunasah Mesjid Lampuuk
631 639
1270 23.
Meunasah Balee 512
484 996
24. Meunasah Lamgirek
82 73
155
25. Meunasah Beutong
218 223
441 Sumber : Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Besar 2003
5.6. Mata Pencaharian
Pada umumnya masyarakat dalam Kecamatan Lho’nga memiliki mata pencaharian yang beragam, namun sebagian besar bekerja pada sektor
pertanian dengan sub sektor padi dan palawija. Masyarakat yang tidak memiliki lahan pertanian pada umumnya berusaha mencari alternatif sebagai pekerja
penjual jasa dan perdagangan. Berdasarkan buku statistik Aceh Besar dalam angka tahun 2003, jumlah
penduduk Kabupaten Aceh Besar 242.240 jiwa. Sebagian besar bermata pencaharian petani 89,4, dan sisanya sebagai pedagang 5,8, pegawai
negeri 2,4 dan buruh 2,4. Lima bulan pasca bencana tsunami kegiatan masyarakat berangsur
normal. Kantor Kecamatan di Lho’nga sudah mulai berfungsi dan beraktivitas kembali. Sebagian besar masyarakat terlihat mulai kembali membangun hunian
layak tinggal diatas reruntuhan rumah milik mereka sebelum tsunami. Aktivitas