individu bekerja menurut caranya sendiri tergantung dari faktor-faktor kepribadian, misalnya tingkat keterbukaan atau ketertutupan pikiran. Ini berarti
bahwa persepsi seseorang terhadap sesuatu obyek ditentukan oleh karakteristik personal dan kebiasaan berkomunikasi.
Persepsi merupakan dasar pengambilan keputusan inovasi opsional. Keputusan inovasi opsional ialah yang dibuat oleh seseorang , terlepas dari
keputusan-keputusan yang dibuat oleh anggota sistem sosialnya, dalam proses keputusan inovasi. Proses keputusan inovasi adalah proses mental, sejak
seseorang mengetahui adanya inovasi sampai mengambil keputusan menerima inovasi melaksanakan kegiatan inovatif tertentu atau menolaknya tidak
berpengaruh untuk bertindak melaksanakan kegiatan inovatif tertentu. Rogers dan Shoemaker, 1985 dalam Arianty , 2004.
2.4. Karakteristik Individu
Karakteristik individu yang patut diperhatikan untuk menerangkan persepsi seseorang terhadap suatu informasi antara lain adalah umur, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, status sosial ekonomi, bangsa, agama dan lain-lain Tubbs dan Moss, 2001.
Karakteristik sosial ekonomi meliputi umur, pendidikan, pendapatan, pemilikan barang lahan, dan pekerjaan. Sedangkan ciri lain, yakni kepribadian
personality meliputi pengalaman, motivasi, dan kepribadian komunikan. Pendapat lain dikemukakan oleh Bettinghaus, 1980 dalam Tubbs dan Moss
2001, yang menjelaskan beberapa ciri dari anggota kelompok yang dapat mempengaruhi cara mereka berkomunikasi. Ciri-ciri tersebut antara lain meliputi
jenis kelamin, umur, kelas sosial, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan. Karakteristik demografi dan karakteristik psikografik merupakan
karakteristik seseorang yang dapat menjelaskan perilaku komunikasi dan persepsinya terhadap suatu informasi. Kotler 1980 dalam Tubbs dan Moss
2001 menyebutkan bahwa karakteristik demografik meliputi umur, jenis kelamin, ukuran keluarga, daur hidup keluarga, penghasilan, pekerjaan,
pendidikan, agama, ras, kebangsaan dan tingkat sosial. Disebutkan juga bahwa karakteristik psikografik meliputi gaya hidup dan kepribadian. McLeod dan
O’keefe Jr 1972 dalam Tubbs dan Moss 2001 menyatakan bahwa variabel demografik seperti jenis kelamin, umur dan status sosial merupakan indikator
yang dapat digunakan untuk menerangkan perilaku individu.
2.5. Perencanaan Penggunaan Lahan
Perencanaan dalam arti luas adalah merupakan proses yang dilakukan secara sadar dan sistematis dari sejumlah kegiatan dalam memilih dan
mengembangkan tindakan yang paling baik untuk mencapai tujuan tertentu Sitorus, 2004. Kay dan Alder 1999 dalam Rustiadi et al. 2003 menyatakan
perencanaan adalah suatu proses menentukan apa yang ingin dicapai di masa yang akan datang serta menetapkan tahapan-tahapan yang dibutuhkan untuk
mencapainya. Katz dalam Tjokroamidjojo 1979 dalam Sitorus 2004 mengemukakan
lima alasan perlunya melakukan perencanaan, yaitu : 1. Dengan adanya perencanaan diharapkan terdapatnya pengarahan kegiatan,
adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditujukan pada pencapaian tujuan pembangunan;
2. Dengan perencanaan dapat dilakukan suatu prakiraan forecasting terhadap berbagai hal dalam periode pelaksanaan. Prakiraan dilakukan terhadap
potensi-potensi dan prospek-prospek pengembangan, serta mengenai hambatan-hambatan dan resiko-resiko yang mungkin dihadapi. Perencanaan
mengusahakan supaya ketidakpastian dapat dibatasi sedikit mungkin; 3. Perencanaan memberikan kesempatan untuk memilih berbagai alternatif
tentang cara terbaik atau kesempatan untuk memilih kombinasi cara yang terbaik;
4. Dengan perencanaan dilakukan penyusunan skala prioritas dengan memilih urutan-urutan dari segi pentingnya suatu tujuan, sasaran maupun kegiatan
usahanya, dan; 5. Dengan adanya rencana maka akan ada suatu alat pengukur atau patokan
dalam melakukan dan evaluasi. Perencanan penggunaan lahan merupakan proses inventarisasi dan
penilaian keadaan status, potensi, dan pembatas-pembatas dari suatu daerah tertentu dan sumberdayanya , yang berinteraksi dengan penduduk setempat
atau dengan orang lain yang menaruh perhatian terhadap daerah tersebut dalam menentukan kebutuhan-kebutuhan mereka, keinginan dan aspirasinya untuk
masa mendatang Soil Conservation Society of America, 1982 dalam Sitorus, 2004a.
Perencanaan penggunaan lahan yang berkelanjutan sebenarnya merupakan upaya untuk mengetahui dan memutuskan keadaan sebidang lahan
termasuk dalam kategori apa dan kemungkinan terbaik apa yang dapat diusahakan pada lahan tersebut secara berkesinambungan. Fungsi utama dari
perencanaan penggunaan lahan adalah untuk memberikan petunjuk atau pengarahan dalam proses pengambilan keputusan tentang penggunaan lahan
sehingga sumberdaya lahan dan lingkungan tersebut ditempatkan pada penggunaan yang paling menguntungkanefisien bagi manusia, dan dalam waktu
yang bersamaan juga mengkonservasikannya untuk penggunaan pada masa yang akan datang Dent, 1978; Jones dan Davies, 1978 dalam Sitorus 2004a.
Dalam kaitan dengan keperluan yang lebih operasional perencanaan penggunaan lahan bertujuan untuk Sandy, 1984; Silalahi, 1985 dalam Sitorus
2004a : 1. Mencegah penggunaan lahan yang salah tempat dalam mengupayakan
terciptanya penggunaan lahan yang optimal ; 2. Mencegah adanya salah urus yang menyebabkan lahan rusak dalam
mengupayakan penggunaan lahan yang berkesinambungan; 3. Mencegah adanya tuna kendali dalam mengupayakan penggunaan lahan
yang senantiasa diserasikan oleh adanya kendali; 4. Menyediakan lahan untuk keperluan pembangunan yang terus meningkat ;
5. Memanfaatkan lahan sebesar-besarnya untuk kemakmuran manusia.
III. KERUSAKAN LAHAN PERTANIAN AKIBAT TSUNAMI DI NAD