Karakteristik Lahan Pertanian yang Rusak

Tabel 9. Hasil analisis vegetasi pada tiap titik pengamatan di dua desa di Kecamatan Lho’nga Jarak Dari pantai Jenis Nama Ilmiah Jlh Jlh plot ditemukan jenis F FR K KR INP Kelapa Cocos nucifera 19 2 0,10 22,22 167 3,48 25,70 Tapak kuda Ipomea prescapre 11 3 0,15 33,33 1.375 28,70 62,03 Rumput Grass 23 2 0,10 22,22 2.875 60,00 82,22 250 meter Biduri Calotropis gigantea 3 2 0,10 22,22 375 7,83 30,05 Rumput Grass 59 4 0,20 50,00 7.375 80,82 130,82 500 meter Tapak kuda Ipomea prescapre 14 4 0,20 50,00 1.750 19,18 69,18 Rumput Grass 34 3 0,15 25,00 4.250 13,03 38,03 Tapak kuda Ipomea prescapre 28 4 0,20 33,33 3.500 10,73 44,06 Btg obor ? 61 3 0,15 25,00 7.625 23,37 48,37 750 meter Bili Fimbristylus sp 138 2 0,10 16,67 17.250 52,87 69,54 Rumput Grass 46 4 0,20 40,00 5.750 14,51 54,51 Tapak kuda Ipomea prescapre 11 3 0,15 30,00 1.375 3,47 33,47 Btg obor ? 120 1 0,05 10,00 15.000 37,85 47,85 1000 meter Bili Fimbristylus sp 140 2 0,10 20,00 17.500 44,16 64,16 Rumput Grass 72 4 0,20 57,14 9.000 86,75 143,89 1250 meter Tapak kuda Ipomea prescapre 11 3 0,15 42,86 1.375 13,25 56,11 Sumber: Data primer diolah 2005 Keterangan : Jumlah jalur = 4, Jumlah plot dalam jalur = 5, Jumlah seluruh plot = 20 Luas plot I = 0,2 Ha 10 m x 10 m, Luas plot II = 0,008 Ha 2 m x 2 m F=frekuensi, FR=Frekuensi Relatif, K=Kerapatan, KR=Kerapatan Relatif, INP= Indek Nilai Penting

6.1.2. Karakteristik Lahan Pertanian yang Rusak

Karakteristik lahan di suatu wilayah dapat berfungsi sebagai indikator kondisi lahan yang rusak di wilayah tersebut. Data sifat kimia dan fisika tanah dari hasil analisis laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Banda Aceh Lampiran 2 dan dideskripsikan berdasarkan Petunjuk Teknis Pengamatan Tanah Balai Penelitian Tanah, 2004 serta Kriteria Penilaian Data Analisis Tanah Sufardi , 2002 seperti disajikan pada Lampiran 3. Adapun hasil analisis sifat kimia dan fisika tanah pada lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 10 dan Tabel 11 serta Lampiran 1. Tingkat kegaraman tanah yang ditandai dengan nilai Daya Hantar Listrik DHL bernilai sangat rendah sampai rendah 0,34 mScm – 3,40 mScm berfluktuatif dan cenderung sedikit meningkat ke arah daratan Tabel 12. Daya Hantar Listrik paling tinggi ditemui pada jarak 1250 meter dari pantai. Nilai DHL ini telah memungkinkan untuk pertumbuhan kembali tanaman dimana tanaman mempunyai toleransi terhadap salinitas berkisar antara 2 mScm sampai dengan 4 mScm. Analisis lapangan sebelumnya sekitar bulan Januari dan Maret 2005 di Banda Aceh dan sekitarnya menunjukkan nilai yang sebaliknya yakni nilai DHL yang sangat tinggi yang mencapai lebih besar dari 100 mScm Subagyono, et al., 2005. Perbedaan nilai DHL dengan penelitian sebelumnya secara tajam sangat dimungkinkan oleh proses pencucian secara alamiah air hujan yang cukup tinggi serta kondisi tanah yang tidak mempunyai daya pegang yang kuat sehingga proses pencuciannya sangat efektif. Hasil penelitian yang dilakukan oleh WALHI 2005 menunjukkan nilai DHL pada daerah dalam Kecamatan Lho’nga berkisar antara 0,677 mScm sampai dengan 0,993 mScm. Hal ini juga dikarenakan bahwa endapan yang terjadi pada lahan pertanian di lokasi penelitian bukanlah lumpur endapan liat dan debu, tetapi pasir laut sehingga garam yang terkandung di dalam tanah lebih mudah tercuci oleh hujan. Nilai salinitas yang lebih besar dari 8 mScm tidak sesuai untuk tanaman padi sawah, tetapi masih sesuai untuk komoditi kelapa. Tanaman kelapa mempunyai kisaran toleransi salinitas antara 2 -8 mScm. Tabel 10. Data hasil analisis sifat kimia tanah pada tiap titik pengamatan di dua desa di Kecamatan Lho’nga pH DHL C-Organik N P K KTK Desa Jalur Jarak dari Pantai 1:2,5 mScm ppm me100 g me100 g 250 m 7,85 0,49 1,23 0,11 0,36 0,13 11,79 500 m 8,53 0,88 2,46 0,29 1,01 0,17 12,10 750 m 8,05 0,34 1,80 0,11 0,19 0,12 13,49 1000 m 8,64 2,75 0,25 0,30 0,86 0,38 11,25 I 1250 m 7,97 0,88 2,62 0,28 0,86 0,13 11,80 250 m 8,42 0,39 1,88 0,10 0,25 0,18 10,12 500 m 8,52 0,65 1,60 0,10 0,53 0,17 13,50 750 m 8,21 1,79 1,82 0,12 0,96 0,12 13,49 1000 m 8,39 0,68 1,23 0,10 1,01 0,14 12,20 Meunasah Baro II 1250 m 8,15 2,83 1,25 0,26 0,36 0,33 11,80 250 m 8,03 0,36 2,05 0,17 1,10 0,12 12,54 500 m 8,25 0,40 2,11 0,10 3,60 0,16 13,52 750 m 8,17 1,60 2,15 0,15 0,34 0,18 11,25 1000 m 8,15 1,20 0,98 0,28 0,29 0,17 12,34 I 1250 m 8,25 3,00 0,80 0,21 0,38 0,30 10,21 250 m 8,10 0,40 1,88 0,18 0,77 0,13 10,25 500 m 7,22 0,80 1,85 0,22 0,67 0,15 15,31 750 m 8,23 1,00 1,80 0,13 0,82 0,16 12,43 1000 m 8,31 3,40 1,88 0,10 0,41 0,16 11,56 Meunasah Manyang II 1250 m 8,50 3,00 1,64 0,17 1,32 0,25 13,22 Sumber: Data primer diolah 2005 Air laut bukanlah masalah yang sesungguhnya yang memberikan tingkat salinitas terhadap lahan, tetapi masalah yang sesungguhnya adalah endapan liat dan debu. Endapan ini mengandung residu garam yang tinggi. Air laut memang membawa sejumlah garam ke daratan tetapi hal ini dapat dengan segera tercuci oleh hujan yang tinggi dan sering terjadi. FAO,2005 c Derajat keasaman pH tanah umumnya berkisar antara netral sampai agak alkalis, nilai pH dapat berpengaruh dalam dinamika unsur di dalam tanah. pH tinggi menyebabkan ketersediaan unsur hara makro lebih tinggi dan ketersediaan unsur hara mikro lebih rendah. Jika pH rendah berlaku sebaliknya, ketersediaan unsur hara makro pada umumnya menurun dan unsur hara mikro tersedia berlebihan sehingga dapat meracuni tanaman. Tabel 11. Data hasil analisis sifat fisik tanah pada tiap titik pengamatan di dua desa di Kecamatan Lho’nga Persentase Fraksi Permeabilitas Desa Jalur Jarak dari Pantai Pasir Debu Liat Kelas Tekstur Nilai Cmjam Kriteria 250 m 84 5 11 Pasir berlempung 17,1 Cepat 500 m 36 32 32 Lempung berliat 1,3 Agak Lambat 750 m 27 31 42 Lempung berliat 1,7 Agak Lambat 1000 m 75 5 20 Lempung liat berpasir 1,9 Agak Lambat I 1250 m 56 11 33 Lempung liat berpasir 1,8 Agak Lambat 250 m 72 9 19 Lempung berpasir 9,4 Agak Cepat 500 m 79 11 10 Lempung berpasir 2,6 Sedang 750 m 79 11 10 Lempung berpasir 3,1 Sedang 1000 m 80 10 10 Pasir berlempung 16,4 Cepat Meunasah Baro II 1250 m 69 21 10 Lempung berpasir 4,5 Sedang 250 m 80 10 10 Pasir berlempung 12,8 Cepat 500 m 75 20 20 lempung liat berpasir 2,1 Sedang 750 m 68 11 11 Lempung berpasir 5,8 Sedang 1000 m 71 10 19 Lempung berpasir 4,8 Sedang I 1250 m 60 20 20 Lempung berpasir 8,9 Agak Cepat 250 m 68 21 11 Lempung berpasir 12,8 Agak Cepat 500 m 73 18 9 Pasir berlempung 23,2 Cepat 750 m 72 9 19 Lempung berpasir 9,0 Agak Cepat 1000 m 68 10 21 Lempung liat berpasir 3,5 Sedang Meunasah Manyang II 1250 m 59 6 35 Lempung liat berpasir 3,5 Sedang Sumber: Data primer diolah 2005 Rata-rata karakteristik sifat kimia tanah berdasarkan jarak pengamatan dari pantai dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Hasil rata-rata sifat kimia tanah berdasarkan jarak dari pantai di dua desa di Kecamatan Lho’nga pH DHL C-Organik N P K KTK Titik Pengamatan 1:2,5 mScm ppm me100 g me100 g 250 m 8,11 0,40 1,77 0,15 0,63 0,13 11,18 500 m 8,14 0,71 2,14 0,18 1,46 0,17 13,61 750 m 8,17 1,19 1,98 0,13 0,58 0,15 12,67 1000 m 8,38 2,01 1,09 0,20 0,65 0,22 11,84 1250 m 8,22 2,43 1,58 0,23 0,74 0,26 11,76 Sumber: Data primer diolah 2005 Tabel 12 menunjukkan nilai pH yang cenderung meningkat ke arah daratan. Nilai pH tertinggi dijumpai pada jarak pengamatan 1000 meter dari pantai, nilai pH ini masih sesuai untuk pertanian padi sawah. Tingginya pH pada semua jarak pengamatan diduga karena tinggi kandungan Kalsium Ca dan Magnesium Mg yang berasal dari pelapukan batuan kapur yang mendominasi daerah penelitian. Dugaan ini dibuat dikarenakan keterbatasan penelitian ini dalam melakukan analisis terhadap kandungan kegaraman tanah Ca, Mg, dan Na sehingga kandungan Ca dan Mg merujuk pada hasil penelitian WALHI 2005 pada kecamatan yang sama dengan penelitian ini. Hasil penelitian WALHI 2005 menunjukkan kandungan Ca dalam tanah di Kecamatan Lho’nga berkisar antara 11,56 me100 gr sampai dengan 15,41 me100 gr dan kandungan Mg berkisar antara 4,95 me100 gr sampai dengan 15,21 me100 gr. Kapasitas Tukar Kation KTK umumnya rendah pada tiap jarak pengamatan dari garis pantai, nilainya berkisar antara 11,18 me100 gr sampai 13,61 me100 gr. Nilai KTK berfluktuatif, mempunyai kecenderungan sedikit meningkat, lalu sedikit menurun ke arah daratan. Nilai KTK yang rendah umumnya disebabkan oleh kadar liat clay dan bahan organik yang rendah. Hal ini selaras dengan sifat tekstur halus-kasarnya tanah yang umumnya bertekstur kasar atau didominasi pasir sand. Nilai KTK meningkat pada jarak 500 meter dari pantai dan mulai menurun pada jarak 750 meter sampai jarak 1250 meter dari pantai. Pada jarak 500 meter KTK tinggi diduga karena tekstur tanah pada jarak 500 meter didominasi oleh pasir dan debu lempung berpasir . Makin tinggi kadar liat clay dan kadar bahan organik akan menjadikan KTK semakin tinggi, hal ini berkaitan dengan jumlah tapak jerapan terhadap kation-kation yang makin banyak Notohadiprawiro, 1999. Tingkat persentase fraksi pasir pada umumnya menurun ke arah daratan, persentase tertinggi umunya dijumpai pada jarak 250 meter. Hal ini dikarenakan jarak ini merupakan jarak yang paling dekat pantai, namun demikian, terdapat kekecualian dimana pada jarak 1000 meter persentase fraksi pasir kembali meningkat 73.5. Hal ini dikarenakan pasir mengendap lebih banyak karena kondisi lahan yang lebih cekung. Kondisi persentase fraksi ini mempengaruhi tingkat permeabilitas tanah yang cenderung menurun ke arah daratan karena kandungan fraksi pasirnya menurun dan fraksi liatnya semakin meningkat. 6.2. Pendapat Masyarakat Terhadap Rencana Rehabilitasi Lahan Pertanian 6.2.1. Karakteristik Masyarakat Masyarakat desa yang menjadi responden dalam penelitian ini berasal dari dua desa dalam kecamatan Lho’nga yaitu Desa Meunasah Baro dan Desa Meunasah yang terdiri dari 19 orang laki-laki 63,3 dan 11 perempuan 36, 7. Tingkat pendidikan responden pada umumnya masih rendah. Hal ini tercermin dari tingkat pendidikan responden yang sebagian besar hanya sampai tingkat SD 20,0, SLTP 36, 7, SMU 26,7 sedangkan yang sampai Perguruan Tinggi hanya berjumlah lima orang 16,7. Uraian tentang karakteristik masyarakat yang menjadi responden disajikan pada Tabel 14. P ekerjaan utama responden umumnya pada sektor pertanian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mata pencaharian responden pada sektor pertanian sebesar 50,0 , petambak 0,0, nelayan 16,7 serta sektor lainnya sebesar 33,3. Selain bermata pencaharian utama sebagai petani sebagian dari mereka juga mempunyai pekerjaan sampingan seperti berdagang atau jualan 23,3 dan jasa 10,0. Hal ini mereka lakukan untuk menambah penghasilan keluarga sehingga mereka dapat menyekolahkan anak-anak mereka ke jenjang yang lebih tinggi. Sedangkan responden yang menjadikan usahatani sebagai pekerjaan sampingan sebesar 50,0. Semua responden berasal dari suku Aceh dengan lama tinggal responden di lokasi penelitian berkisar antara 6 -18 tahun dengan range lama tinggal 5 -10 tahun sebesar 50,0 dan 10 th sebesar 50,0, namun tidak semua sebagai penduduk asli melainkan warga Aceh dari wilayah lain yang kemudian tinggal dan menetap di lokasi tersebut. Pasca tsunami sebagian besar masyarakat yang selamat dari bencana tersebut banyak yang mengungsi ke wilayah lain yang dirasakan lebih aman, sedangkan sebahagian lagi masih bertahan desa, mereka tinggal di tenda-tenda atau membangun tempat tinggal mereka kembali dari sisa-sisa material tsunami . Sebagian masyarakat yang sebelum tsunami beraktifitas sebagai petani, pada pasca tsunami mereka beraktifitas dengan membuka kios-kios kecil untuk jualan atau mencari barang-barang bekas dari sisa tsunami yang masih bisa mereka jual seperti besi atau logam lainnya. Rata-rata pendapatan masyarakat berada di atas 600.000 rupiah per bulan. Pendapatan yang dikemukan dalam hasil pembahasan ini merupakan pendapatan masyarakat sebelum tsunami. Pendapatan masyarakat pasca tsunami dari sektor pertanian belum teridentifikasi dikarenakan masyarakat belum bisa melakukan aktifitas usahataninya akibat lahan pertanian mereka yang rusak. Tabel 13. Karakteristik responden di dua desa di Kecamatan Lho’nga Meunasah Baro Meunasah Manyang Jumlah No. Karakteristik Kriteria n n n Laki-laki 10 66,7 9 60,0 19 63,3 Perempuan 5 33,3 6 40,0 11 36,7 1. Jenis kelamin Total 15 100,0 15 100,0 30 100,0 35 Th 1 6,7 0,00 1 3,3 35-44 th 9 60,0 8 53,3 17 56,7 45-54 th 4 26,7 3 20,0 7 23,3 55-64 th 1 6,7 4 26,7 5 16,7 65 th 0,0 0,0 0,0 2. Umur Total 15 100,0 15 100,00 30 100,0 SD 3 20,0 3 20,0 6 20,0 SMP 7 46,7 4 26,7 11 36,7 SMU 3 20,0 5 33,3 8 26,7 PT 2 13,3 3 20,0 5 16,7 3. Pendidikan Total 15 100,0 15 100,00 30 100,0 Petani 8 53,3 7 46,7 15 50,0 Petambak 0,00 0,00 0,00 Nelayan 2 13,3 3 20,0 5 16,7 Lainnya 5 33,3 5 33,3 10 33,3 4. Pekerjaan utama Total 15 100,0 15 100,00 30 100,0 400.000 5 33,3 2 13,33 7 23,3 400.000-600.000 7 46,7 5 33,3 12 23,3 600.000 3 20,0 8 53,3 11 36,7 5. Pendapatan Total 15 100,0 15 100,00 30 100,0 5 th 0,0 0,0 0,0 5-10 th 8 53,3 7 46,7 15 50,0 10 th 7 46,7 8 53,3 15 50,0 6. Lama tinggal Total 15 100,0 15 100,00 30 100,0 Sumber : Data primer diolah 2005

6.2.2. Pendapat Masyarakat Terhadap Usahatani