BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Pengaruh Karakteristik Keluarga Terhadap Status Gizi Balita
Penelitian Arif 2006 menyatakan bahwa tingkat pendidikan merupakan salah satu indikator sosial dalam masyarakat karena melalui pendidikan sikap
tingkah laku manusia dapat meningkat dan berubah citra sosialnya. Pendidikan ibu merupakan modal utama dalam menunjang ekonomi keluarga dan berperan dalam
penyusunan makan keluarga serta pengasuhan dan perawatan anak. Pendidikan membentuk suatu nilai tertentu bagi masia, terutama dalam membuka pikirannya
serta menerima hal-hal baru dan juga cara berfikir secara ilmiah. Pendidikan mengajarkan manusia untuk dapat berfikir secara obyektif dan dapat memberikan
kemampuan baginya untuk dapat melalui sesuatu. Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan m
emahami pengetahuan gizi yang mereka peroleh. Hal ini bisa dijadikan landasan untuk membedakan metode penyuluhan gizi yang tepat.Pendidikan
diperlukan agar seseorang tanggap terhadap adanya masalah gizi didalam keluarga dan bisa mengambil tindakan secepatnya. Suharjo, 2003.
Pendidika formal orang tua secara statistik tidak ada hubungan yang nyata terhadap status gizi, namun ada kecenderungan makin baik tingkat pendidikan ayah
dan ibu makin baik pula status gizi anak. Pendidikan orangtua yang relatif tinggi, umumnya akan mempermudah seseorang menerima informasi tentang gizi dan
Universitas Sumatera Utara
kesehatan sehingga dapat meningkatkan pengetahuan gizi dan kesehatan yang selanjutnya akan menimbulkan sifat yang positif di bidang kesehatan. Keadaan ini
akan mencegah masalah gizi yang tidak diinginkan Notoatmodjo, 2003. Mayoritas pendidikan orangtua berpendidikan dasar, namun pendidikan
rendah belum tentu juga pengetahuan gizinya rendah, orantua yang sering membaca atau mendengar informasi-informasi tentang gizi akan mudah memahami akan
pentingnya mengonsumsi makanan yang bergizi. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu dengan status gizi balita
dengan nilai p= 0,253. Hasil penelitian karakteristik keluarga dalam hal ini adalah pekerjaan, dimana
dari hasil statistik dengan uji Chi square menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan status gizi balita p=0,478. Hal ini berarti tidak
ada hubungan yang signifikan antara variabel pekerjaan dengan status gizi balita. Karena ibu yang yang bekerja status gizi balitanya kurang baik dan belum tentu juga
ibu yang tidak bekerja status gizi balita mereka tidak baik pula. Masalah gizi kurang pada anak juga terjadi pada keluarga yang
berkecukupan. Hal ini disebabkan oleh ibu yang bekerja dan harus mengurusi keluarganya, ibu yang memiliki banyak anak, ibu yang mempunyai kegiatan atau
kesibukan di luar rumah, dan lain-lain. Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadi masalah status gizi adalah para ibu yang menerima pekerjaan tetap sehingga harus
meninggalkan anaknya dari pagi sampai dengan sore. Anak-anak terpaksa
Universitas Sumatera Utara
ditinggalkan di rumah sehingga tidak mendapatkan perhatian dan pemberian makanan tidak dilakukan dengan semestinya Pudjiadji, 2000.
Mayoritas pengetahuan ibu tentang gizi cukup hal ini dikarenakan lokasi penelitian yang jauh dari perkotaan sehingga memungkinkan ibu-ibu kurang cepat
mendapatkan informasi kesehatan khususnya mengenai makanan bergizi yang baik untuk dikonsumsi balita. Informasi lain dari media massa baik cetak maupun
elektronik juga sulit didapatkan untuk menambah pengetahuan ibu khususnya tentang makanan bergizi seimbang. Kurangnya pengetahuan merupakan salah satu penyebab
munculnya gangguan gizi karena menyebabkan kurangnya kemampuan untuk menerapkan informasi tentang gizi dalam kehidupan sehari-hari Suhardjo, 2003.
Pengetahuan gizi yang baik akan menyebabkan seseorang mampu menyusun menu yang baik untuk dikonsumsi. Semakin banyak pengetahuan gizi seseorang ia
akan semakin memperhitungkan jenis dan jumlah makanan untuk dikonsumsi Ahmad Djaeni, 2000. Penyebab lain yang penting dari gangguan gizi adalah
pengetahuan tentang gizi dan mengetahui kemampuan untuk menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari Suharjo, 2003. Menurut penelitian Thomas
2003, pengetahuan gizi ibu menjadi landasan penting dalam praktek pengasuhan makan dan kesehatan, dimana ibu dengan pengetahuan gizi baik akan mempunyai
kemampuan untuk menerapkan pengetahuannya dalam praktek pemberian makanan dan perawatan kesehatan pada anak.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Sediaoetama yang menyatakan bahwa semakin tinggi pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan maka penilaian terhadap
makanan semakin baik, artinya penilaian terhadap makanan tidak terpancang terhadap rasa saja, tetapi juga memperhatikan hal-hal yang lebih luas. Pengetahuan
tentang gizi memungkinkan seseorang memilih dan mempertahankan pola makan berdasarkan prinsip ilmu gizi. Pada ibu dengan tingkat pengetahuan yang rendah
seringkali anak harus puas dengan makan seadanya yang tidak memenuhi kebutuhan gizi. Pengetahuan gizi yang diperoleh ibu sangat bermanfaat bagi balita apabila ibu
berhasil mengaplikasikan pengetahuan gizi yang dimilikinya. Hasil uji statistik chi square menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan gizi ibu
dengan status gizi balita dengan nilai p = 0,029.
5.2 Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Balita