Penilaian Status Gizi Status Gizi

2.6.2. Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi adalah upaya untuk menginterpretasikan semua informasi yang diperoleh melalui penilaian dalam antropometri, konsumsi makan, biokimia, dan klinik. Antropometri sebagai indikator dalam penilaian status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Menurut Supriasa 2002, parameter antropometri yang bermanfaat dan sering dipakai adalah umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala dan lipatan kulit. Menurut Depkes RI, 2005 ada beberapa cara menilai status gizi yaitu dengan pengukuran antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik yang disebut dengan penilain gizi secara langsung. Pengukuran status gizi anak berdasarkan antropometri adalah jenis pengukuran yang paling sederhana, praktis dan mudah karena dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang besar. Indeks antropometri yang digunakan adalah Berat Badan berdasarkan Umur BBU, Tinggi Badan berdasarkan Umur TBU, dan Berat Badan berdasarkan Tinggi Badan BBTB dibandingkan dengan nilai rujukan WHO-NCHS. Berikut penilaian status gizi berdasarkan indeks BBU, TBU dan BBTB standar baku antropometri menurut WHO 2005 : Universitas Sumatera Utara Tabel 2.2 Penilaian Status gizi berdasarkan indeks antropometri BBU, TBU dan BBTB menurut WHO 2005 No Indeks yang dipakai Status Gizi Keterangan 1 BBU Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih Z Score -3 SD Z Score -3 SD sampai dengan -2 SD Z score -2 SD samapi dengan 2 SD Z Score 2 SD 2 TBU Tinggi Normal Pendek Sangat Pendek Z score 2 SD Z Score -2 SD sampai dengan 2 SD Z Score -3 SD sampai dengan -2 SD Z Score -3 SD 3 BBTB Gemuk Normal Kurus Sangat Kurus Z Score 2,0 SD Z Score -2,0 SD sampai dengan 2,0 SD Z Score -3,0 SD sampai dengan -2,0 SD Z Score -3,0 SD Sumber : SK Menkes 2010 tentang Standard Antropometri Penilaian Status Gizi Anak Umur sangat berperan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan menyebabkan interpretasi gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti apabila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanya kecenderungan untuk memilih angka yang mudah seperti satu tahun, dua tahun dan tiga tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung dengan cermat. Universitas Sumatera Utara Ketentuannya adalah bahwa satu tahun adalah duabelas bulan dan satu bulan adalah 30 hari Depkes, 2004. Soetjiningsih 1995 menyatakan bahwa terdapat fluktuasi yang wajar dalam sehari sebagai akibat dari adanya masukan intake makanan dan minuman dengan keluaran output melalui urin, fases, keringat dan nafas. Besarnya fluktuasi tergantung pada kelompok umur dan bersifat sangat individual, yang berkisar antara 100-200 gram sampai 500-1000 gram, bahkan lebih. Cara paling baik dalam mengukur berat badan anak adalah dengan menggunakan timbangan gantung dacin. Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa tubuh, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak, baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat badan harus selalu dipantau agar dapat memberikan informasi yang memungkinkan intervensi gizi sedini mungkin guna mengatasi kecenderungan perubahan berat badan yang tidak dikehendaki Adriani, 2012. Indikator berat badan menurut umur mencerminkan keadaan gizi sekarang yang terdiri dari gizi lebih, gizi baik, gizi kurang dan gizi buruk. Indikator tinggi badan menurut umur mencerminkan keadaan gizi masa lalu yang terdiri dari normal dan pendek, selain itu tinggi badan menurut umur juga lebih erat kaitannya dengan status sosial ekonomi yang dapat digunakan sebagai indikator tingkat kersejahteraan masyarakat Diana, 2004. Sedangkan indikator berat badan menurut tinggi badan digunakan untuk menilai keadaan gizi secara lebih khusus karena mencerminkan Universitas Sumatera Utara keadaan gizi masa lalu dan sekarang yang terdiri dari gemuk, normal, kurus dan kurus sekali Indonesian Nutrition Network Forum, 2005. Status gizi anak dapat diklasifikasikan menjadi : 1. Status gizi baik, yaitu keadaan dimana asupan zat gizi sesuai penggunaan untuk aktivitas tubuh. Adanya keseimbangan antara perkembangan dengan berat badan dan umur si anak. Anak-anak dikategorikan berstatus gizi baik dan sehat menurut Departemen Kesehatan RI, dalam Soegeng dan Lies 2003 adalah sebagai berikut : a. Tumbuh dengan normal, b. Tingkat perkembangan sesuai dengan tingkat umurnya, c. Mata bersih dan bersinar, d. Bibir dan lidah tampak segar, e. Nafsu makan baik, f. Kulit dan rambut tampak bersih dan tidak kering, g. Mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya. 2. Status gizi lebih, yaitu suatu keadaan diakibatkan kelebihan dalam mengonsumsi makanan. Keadaan ini sangat berkaitan dengan kelebihan energi dalam makanan yang dikonsumsi terhadap kebutuhannya. Orang-orang yang kelebihan berat badan diakibatkan karena jaringan lemak yang tidak aktif. Kondisi ini meningkatkan beban kerja terutama kerja jantung Djaeni, 2000. 3. Status gizi kurang, yaitu keadaan yang terjadi akibat kekurangan beberapa zat gizi yang diperlukan. Hal ini dikarenakan kurangnya makanan dan kualitas makanan yang dikonsumsi. Selain itu zat gizi yang dikonsumsi gagal digunakan dan diserap oleh tubuh. Kurang gizi lebih rentan menimpa anak-anak dibawah 5 tahun karena kurangnya kebutuhan zat gizi serta mudah terserang penyakit. Universitas Sumatera Utara

2.6.3. Pengaruh Karakteristik Keluarga dan Pola Asuh

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pola Asuh terhadap Status Gizi Anak Balita di Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Aceh Besar

3 41 99

Pengaruh Pola Asuh Ibu terhadap Status Gizi Balita Keluarga Miskin di Kecamatan Panyabungan Utara Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2011

3 53 96

Pengaruh Konseling Gizi Pada Ibu Balita terhadap Pola Asuh dan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Amplas

3 67 84

Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Status Gizi Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura kabupaten Langkat Tahun 2008

5 71 83

PENGARUH POS GIZI TERHADAP PENGETAHUAN DAN POLA ASUH IBU BALITA DI WILAYAH PUSKESMAS KWADUNGAN KECAMATAN KWADUNGAN Pengaruh Pos Gizi Terhadap Pengetahuan Dan Pola Asuh Ibu Balita Di Wilayah Puskesmas Kwadungan Kecamatan Kwadungan Kabupaten Ngawi.

0 2 10

Hubungan Pola Asuh Ibu dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Belimbing Kota Padang

0 0 5

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH KARAKTERISTIK KELUARGA DAN POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI BALITA PADA IBU MENIKAH DINI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEUDE GEUROBAK KECAMATAN BANDA ALAM KABUPATEN ACEH TIMUR TAHUN 2013

0 0 49

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pernikahan Dini - Pengaruh Karakteristik Keluarga dan Pola Asuh terhadap Status Gizi Balita pada Ibu Menikah Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Keude Geureubak Kecamatan Banda Alam Kabupaten Aceh Timur Tahun 2013

0 0 37

PENGARUH KARAKTERISTIK KELUARGA DAN POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI BALITA PADA IBU MENIKAH DINI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEUDE GEUREUBAK KECAMATAN BANDA ALAM KABUPATEN ACEH TIMUR TAHUN 2013 TESIS Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

0 4 19

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DAN PENDAPATAN KELUARGA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MINGGIR KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA

0 0 11