BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Viabilitas Bakteri NR09 dan Bacillus sp. BK17 Pada Berbagai Media
Pembawa
Penelitian ini menggunakan media pembawa tanah gambut, tanah gambut dengan penambahan koloidal kitin 2, kompos janjang sawit dan kompos janjang
sawit dengan penambahan koloidal kitin 2. Uji kemampuan hidup mikroba didasarkan pada daya viabilitas dan jumlah koloni populasi bakteri dalam media
pembawa. Penentuan daya viabilitas bakteri pada media pembawa dilakukan dengan menghitung jumlah sel yang hidup dalam media MGMK. Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan adanya perubahan jumlah populasi akibat pertumbuhan maupun kematian sel yang dapat dilihat dari masa
simpan media pembawa selama 4 tahap 90 hari yang terlihat meningkat Gambar 4.1.1.
Gambar 4.1
Histogram kepadatan populasi bakteri NR09 dan Bacillus sp. BK17 log jumlah selg pada 4 jenis media pembawa selama masa
simpan 90 hari
Universitas Sumatera Utara
Pada media pembawa gambut Bacillus sp. BK17 mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan NR09. Dari hari ke-0 sampai
hari ke-90 masa simpan, Bacillus sp. BK17 mengalami pertumbuhan yang lebih pesat dengan jumlah sel bakteri 9,80 dibandingkan dengan NR09 dengan jumlah
sel bakteri 9,76. Jika dibandingkan dengan media pembawa gambut yang ditambahkan dengan koloidal kitin 2 terlihat pertumbuhan NR09 lebih tinggi
dibandingkan dengan Bacillus sp. BK17. Pada hari ke-0 sampai hari ke-90, NR09 mengalami pertumbuhan yang lebih pesat dengan jumlah sel bakteri 9,70 daripada
Bacillus sp. BK17 dengan jumlah sel bakteri 9,60. Dari pengamatan tersebut dapat diasumsikan penambahan koloidal kitin 2 pada tanah gambut mempengaruhi
pertumbuhan NR09 dan tidak mempengaruhi pertumbuhan bakteri Bacillus sp. BK17. Isolat NR09 merupakan isolat yang berasal dari limbah kulit udang
Batubara, 2013. Dari masa simpan media pembawa yang menggunakan kompos janjang
sawit dapat diketahui pertumbuhan bakteri NR09 dan Bacillus sp. BK17 mengalami pertumbuhan yang meningkat. Dari hari ke-0 sampai hari ke-90
Bacillus sp. BK17 mengalami pertumbuhan yang lebih pesat dengan jumlah sel bakteri 9,62 daripada NR09 dengan jumlah sel bakteri 9,56. Jika dibandingkan
dengan media pembawa kompos janjang sawit yang ditambahkan dengan kitin 2, Bacillus sp. BK17 dan NR09 mengalami pertumbuhan yang lebih rendah
pada hari ke-90. NR09 mengalami pertumbuhan dengan jumlah sel bakteri 9,60 sedangkan Bacillus sp.BK17 mengalami pertumbuhan dengan jumlah sel bakteri
9,50. Berdasarkan masa simpan media pembawa antara gambut dengan
kompos janjang sawit dapat diketahui pertumbuhan bakteri yang lebih tinggi dimiliki oleh bakteri Bacillus sp. BK17 pada media pembawa gambut dengan
jumlah sel bakteri 9,80, diikuti dengan jumlah bakteri yang sama pada media pembawa kompos janjang sawit dengan jumlah sel bakteri 9,62. Viabilitas dan
stabilisasi populasi pada bahan pembawa gambut dan kompos janjang sawit tinggi atau bahkan sel dapat tumbuh dengan baik pada media pembawa tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Viabilitas bakteri pada bahan pembawa gambut dipengaruhi oleh bahan organik berupa partikel mudah larut seperti karbohidrat, protein, dan asam organik
yang terdapat pada gambut. Bahan-bahan ini merupakan sumber karbon dan energi utama bagi aktifitas metabolisme mikroorganisme dalam gambut. Selain itu
viabilitas bakteri yang baik dan stabil ditentukan pula oleh kemampuan media pembawa mempertahankan kandungan air, pH yang netral serta kemampuan
bakteri untuk memanfaatkan sumber karbon dan sumber energi yang ada pada media pembawa serta strategi bertahan bakteri dengan menggunakan mekanisme
efisiensi yang dimiliki oleh bakteri itu sendiri Jasinski, 2000. Ambak dan Melling 2000 menyatakan tanah gambut merupakan bahan
pembawa yang umum digunakan sebagai media pembawa mikroba pada pembuatan pupuk hayati karena mengandung serasah organik yang tinggi. Hal ini
memungkinkan tersedianya nutrisi yang diperlukan dalam pertumbuhan mikroba. Tanah gambut mempunyai porositas yang tinggi 75-95 sehingga mudah
menyimpan air. Penambahan inokulum yang berupa kultur cair ke dalam media pembawa gambut menyebabkan antar partikel tanah gambut saling berikatan dan
mengikat cairan inokulum membentuk suatu partikel berukuran lebih besar sehingga tercipta rongga-rongga udara dalam botol sampel yang baik untuk aerasi
bakteri sehingga proses metabolisme bakteri berjalan dengan lancar. Apabila proses ini berjalan optimal dengan adanya faktor pendukung pertumbuhan
mikroba dapat bertahan hidup atau bahkan tumbuh dengan baik pada media pembawa gambut.
Menurut penelitian Handayani 2009, bahan pembawa gambut mampu mempertahankan viabilitas Bradyrhizobium japonicum pada penyimpanan suhu
10 C. Hidayati 2009 juga menyatakan bahwa viabilitas mikrob Bacillus sp.,
Pseudomonas sp., Azospirillum sp., dan Azotobacter sp. dalam bahan pembawa gambut mampu dipertahankan hingga masa penyimpanan 6 bulan. Gambut
banyak digunakan sebagai bahan pembawa karena memiliki beberapa sifat yaitu tidak menimbulkan racun pada bakteri yang diinokulasikan, mudah diaplikasikan,
memiliki kapasitas penyerapan air yang baik, memiliki tekstur material yang tidak bergumpal, keberadaannya tersedia di alam, memiliki pelekatan yang baik
Universitas Sumatera Utara
terhadap biji, dan memiliki kapasitas penyangga pH yang baik Danapriatna et al., 2011. Viabilitas bakteri dalam gambut didukung dengan tingginya kapasitas
tukar kation 115-270 cmolkg, rasio CN yang tinggi yaitu 24-33,4. Selain itu pengapuran yang dilakukan dapat meningkatkan ketersediaan Ca, Mg, P, dan Mo.
Rahayu 2011 menyatakan kompos janjang sawit memiliki kadar air, kadar C- organik, dan kadar fosfor yang telah mendekati standar SNI. Kompos janjang
sawit memiliki kandungan unsur kalium 3,45, fosfor 0,022, karbon organik C organik 29,76 dan kandungan air 54,39. Oleh sebab itu kompos janjang
sawit dapat menyediakan unsur nutrisi bagi bakteri untuk dapat bertahan hidup bahkan untuk berkembang.
4.2. Viabilitas Bakteri NR09 dan Bacillus sp. BK17 Dalam Berbagai