Media Pembawa Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc 3. Dr. It Jamilah,M.Sc

coklat lembut. Pada luka tersebut tumbuh jamur berbentuk butiran kecil-kecil lonjong atau bulat yang berwarna putih, selanjutnya butiran akan berubah warna menjadi coklat. Pada akhirnya tanaman akan layu dan mati. Akar merupakan bagian yang sangat penting bagi pertumbuhan suatu tanaman terutama untuk penyerapan unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman, oleh sebab itu upaya perlindungan sangat dibutuhkan sejak awal. Sehat tidaknya akar akan mempengaruhi tingkat produksi tanaman itu sendiri. Gejala yang ditimbulkan oleh jamur patogen seperti S.rolfsii yang diuji pada kecambah wijen menunjukkan gejala layu yang diikuti kematian kecambah. Ciri khas serangan S. rolfsii adalah adanya miselia berwarna putih kapas di sekitar luka Yulianti et al. 2001. Brooke dan Mark 2003 menyatakan bahwa lingkungan yang mendukung ketahanan hidup S. rolfsii selain aerasi, suhu, dan kelembapan tanah juga adanya bahan organik. Selain itu keberadaan asam fenolat di dalam tanah diperlukan oleh S. rolfsii untuk pertahanan diri dari serangan mikroorganisme lain didalam tanah dimana asam fenolat ini diproduksi oleh S. rolfsii jika memperoleh nutrisi yang cukup Sarma dan Singh, 2002. Penghambatan yang dilakukan oleh isolat bakteri kitinolitik mengakibatkan terbentuknya pertumbuhan abnormal pada hifa S. rolfsii, hal ini akibat aktivitas antagonis bakteri tersebut Malinda et al. 2013

2.5 Media Pembawa

Bahan pembawa atau carrier merupakan bahan tempat membawa sel hidup atau mikroba tertentu yang diinokulasikan di dalamnya dengan tujuan agar tetap hidup selama jangka waktu tertentu. Pupuk hayati merupakan pupuk yang telah diinokulasikan dengan mikroba hidup yang kemudian akan membantu tanaman dalam menyediakan unsur hara tertentu yang diperlukan. Itu sebabnya pupuk hayati disebut juga sebagai pupuk mikrob atau sebagai media pembawa inokulan. Bahan pembawa perlu disterilisasi untuk menghindari adanya pertumbuhan mikrob indigenus Putri, 2011. Gambut merupakan bahan pembawa yang banyak digunakan untuk pupuk hayati. Lahan gambut dapat dijumpai dalam suatu lingkungan rawa yang Universitas Sumatera Utara terletak dibelakang tanggul sungai, sehingga lahan ini selalu tergenang air dan tanah yang terbentuk merupakan tanah yang belum berkembang Noviana et al. 2009. Tanah gambut di Indonesia memiliki kisaran pH 2,8-4,5, kadar bahan organik dan nitrogen yang tinggi disebabkan tanah gambut berasal dari sisa-sisa tumbuhan. Dengan perbandingan CN yang tinggi, apabila tanah gambut direklamasi maka sebagian besar unsur N akan diambil oleh jasad renik sebagai sumber energi dalam proses pelapukan bahan organik sehingga ketersediaan hara bagi tanaman akan berkurang Murayama dan Abu bakar, 1996. Pemanfaatan tanah gambut sebagai medium pembawa memiliki beberapa kelebihan seperti memiliki kapasitas memegang kelembaban yang tinggi dan kandungan materi organik yang tinggi yang sangat penting untuk kehidupan naungan kultur bakteri yang lebih baik Situmorang, 2008. Terdapat beberapa kendala yang sering dijumpai pada tanah gambut seperti 1 tanah yang memiliki pH asam yang berasal dari senyawa organik selama pelapukan sehingga dapat meracuni tanaman, terutama senyawa fenol; 2 kandungan hara mikro dan makro yang rendah; 3 kejenuhan basa yang rendah sehingga kation Ca, Mg dan K sulit tersedia bagi tanaman. Beberapa upaya yang dilakukan untuk memperbaiki kesuburan tanah gambut melalui pemupukan, pengapuran, penambahan abu serbuk gergaji atau abu vulkan, pencampuran dengan bahan mineral seperti lumpur laut. Pengapuran dapat memperbaiki kesuburan tanah gambut dengan mengurangi tingkat keasaman tanah dan meningkatkan kandungan kation basa yaitu Ca dan Mg Nurhayati, 2008. Kapur banyak mengandung unsur Ca tetapi pemberian kapur kedalam tanah bukan hanya karena tanah kekurangan uncur Ca tetapi karena tanah terlalu asam. Bentuk kapur ini biasanya seperti tepung halus. Beberapa keuntungan penambahan kapur pada tanah masam antara lain: 1. Struktur tanahnya menjadi baik dan kehidupan mikroorganisme dalam tanah menjadi lebih giat. Akibatnya daya melapuk bahan organik menjadi humus berjalan lebih cepat 2. Kelarutan zat-zat yang sifatnya meracuni tanaman menjadi menurun dan unsur lain tidak banyak terbuang Universitas Sumatera Utara 3. Ditempat yang diberi kapur akan lebih leluasa ditanami berbagai jenis tanaman Lingga dan Marsono, 1999 Bahan lain yang digunakan sebagai media pembawa dalam penelitian ini adalah kompos janjang sawit. Kompos janjang sawit merupakan kompos yang diolah dari tandan kosong kelapa sawit yang dicacah kemudian disiram dengan limbah kelapa sawit cair dan dibiarkan untuk beberapa waktu. Proses pengomposannya sendiri bersifat aerobik dan tanpa memerlukan mikroorganisme tambahan dari luar. Kompos yang telah diolah mengandung berbagai nutrisi penting yang dibutuhkan tanaman Situmorang, 2008. Pemanfaatan kompos tersebut sebagai media pembawa diharapkan dapat meningkatkan daya hidup bakteri Bacillus sp. BK17 dan NR09 sekaligus dapat meningkatkan fungsi kompos janjang sawit sebagai pupuk hayati. Kandungan utama dalam kompos janjang sawit adalah bahan organik yang mampu memperbaiki kondisi tanah, memiliki unsur nitrogen, fosfor, kalium, kalsium dan magnesium Lingga, 1993. Beberapa keuntungan sifat kompos janjang sawit antara lain: 1. Memperbaiki struktur tanah berlempung sehingga menjadi ringan 2. Memperbesar daya ikat tanah berpasir sehingga tanah tidak berderai 3. Menambah daya ikat air pada tanah 4. Memperbaiki draenase dan tata udara dalam tanah 5. Mempertinggi daya ikat tanah terhadap zat hara 6. Mengandung hara yang lengkap walaupun dengan jumlah yang sedikit 7. Membantu pelapukan bahan mineral 8. Memberi ketersediaan bahan makanan bagi mikroba 9. Menurunkan aktifitas mikroorganisme yang merugikan Indriani, 2000 Universitas Sumatera Utara BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi