BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cabai Merah Capsicum annuum L. merupakan komoditas sayuran yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi. Kebutuhan cabai terus meningkat setiap
tahun sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan berkembangnya industri yang membutuhkan bahan baku cabai. Tanaman ini merupakan tanaman
perdu yang buahnya memiliki rasa pedas karena kandungan capsaicin. Kandungan gizi yang terdapat dalam cabai adalah kalori, protein, lemak, kalsium,
vitamin A, B1 dan vitamin C. Produksi cabai di Indonesia dari tahun 2008 hingga saat ini mencapai 1.311 juta ton, terdiri dari jenis cabai merah besar 798,32 ribu
ton 60,90 dan cabai rawit 512,67 ribu ton 39,10. Usaha tani cabai dapat menjanjikan keuntungan yang menarik namun harus diikuti dengan keterampilan
dalam penerapan pengetahuan dan teknik budaya cabai serta modal yang cukup memadai. Hal ini sangat diperlukan mengingat banyaknya penyakit yang dapat
menyerang pertumbuhan cabai. Untuk menjaga kualitas buah, cabai yang terinfeksi penyakit harus dipisahkan dari cabai yang sehat agar tidak terjadi
penularan Piay et al. 2010. Terdapat beberapa penyakit yang sering menyerang tanaman cabai
seperti virus yaitu cucumber mosaic virus CMV Cucumovirus, chili veinal mottle virus ChiVMV Potyvirus, potato virus Potyvirus, dan tomato mosaic
virus Tobamovirus Bastian, 2008, maupun jamur seperti Sclerotium rolfsii dan Fusarium sp. Nugraheni, 2009. Fusarium merupakan patogen tular tanah yang
termasuk parasit lemah yang menginfeksi melalui luka dan dapat bertahan dalam waktu yang lama. Patogen ini menginfeksi bagian akar atau pangkal batang
tanaman yang sulit dikendalikan karena memiliki kisaran inang yang luas dengan gejala awal yang sulit diidentifikasi, akibatnya penyakit ini sering diketahui ketika
serangan sudah lanjut Djaenuddin, 2011. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, Fusarium dapat menginfeksi tanaman pisang Jumjunidang et al.
Universitas Sumatera Utara
2012, tanaman tomat Hariprasad et al. 2011, tanaman jahe dan pisang Ferniah et al. 2008, tanaman cabai merah Nugraheni, 2009, Indarwan et al. 2011.
Selain Fusarium jamur patogen lain yang juga meginfeksi tanaman adalah Sclerotium. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk melihat
pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman seperti karakteristik isolat jamur S. rolfsii dari tanaman kacang tanah Magenda et al. 2011, penyakit kedelai dan
efektivitas jamur antagonis terhadap S. rolfsii Hardaningsih, 2011, studi pengaruh aplikasi berbagai konsentrasi S. rolfsii terhadap penurunan hasil pada
kacang tanah Asniwita et al. 2009, karakteristik fisiologis isolat Sclerotium sp. asal tanaman sambiloto Hartati et al. 2008, penyakit tular tanah S. rolfsii dan R.
solani pada tanaman kacang-kacangan dan umbi-umbian serta cara pengendaliannya Sumartini, 2011. Laporan pertama S. rolfsii ditemukan pada
penyebab akar membusuk secara tidak normal pada umbi kentang di Tunisia Remadi et al. 2007, dan pengendalian penyakit busuk batang S. rolfsii kacang
tanah menggunakan Rhizobium dan Trichoderma harzianum ITCC - 4572 Ganesan et al. 2007, penghambatan serangan S. rolfsii penyebab rebah
kecambah pada kedelai dengan bakteri kitinolitik Malinda et al. 2013. Pengendalian jamur patogen dengan menggunakan fungisida dapat
mengakibatkan efek negatif seperti resistensi jamur serta pencemaran lingkungan. Isolat bakteri kitinolitik merupakan salah satu pengendali hayati yang efektif dan
ramah lingkungan dalam mengendalikan berbagai macam jamur dan bakteri patogen. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan seperti
pemanfaatan bakteri kitinolitik dalam menghambat pertumbuhan jamur patogen asal kokon Novitasari, 2013, penghambatan layu Fusarium pada tanaman cabai
dengan menggunakan bakteri kitinolitik Indarwan et al., 2011, potensi isolat bakteri kitinolitik untuk pengendalian hayati jamur Suryanto et al. 2006.
Interaksi jamur patogen F. oxysporum dengan bakteri kitinolitik rizosfer tanaman jahe dan pisang Ferniah et al. 2011, isolasi dan karakterisasi rizobakteri
kitinolitik pada tomat Hariprasad et al. 2011, pemanfaatan bakteri kitinolitik dalam menghambat pertumbuhan Curvularia sp. penyebab penyakit bercak daun
pada tanaman mentimun Hanif et al. 2012. Uji potensi bakteri kitinolitik juga
Universitas Sumatera Utara
telah diteliti diantaranya penghambatan pertumbuhan R. solani penyebab rebah kecambah pada kentang varietas granola Novina et al. 2012, dan pengendalian
Aspergillus niger penyebab penyakit busuk pangkal akar pada tanaman kacang tanah Ayu et al. 2012.
Dalam menyiapkan agen pengendali hayati, aspek yang perlu diperhatikan adalah daya simpan agen pengendali dan viabilitasnya dalam matriks
penyimpanan dalam waktu yang lama. Teknologi alternatif lain yang sering digunakan hingga saat ini seperti pelapisan atau pencelupan biji tanaman dengan
bakteri pengendali. Pada penelitian ini dilakukan penelitian tentang kemampuan isolat bakteri kitinolitik pada beberapa media pembawa yang murah dan tersedia
seperti tanah gambut, kompos janjang sawit, campuran tanah gambut dengan koloidal kitin, dan campuran kompos janjang sawit dengan koloidal kitin untuk
menyimpan sel bakteri kitinolitik yang diharapkan mampu menghambat pertumbuhan F. oxysporum dan S. rolfsii yang menyerang tanaman cabai.
1.2 Rumusan Masalah