Fusarium Sclerotium Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc 3. Dr. It Jamilah,M.Sc

busuk pangkal akar pada tanaman kacang tanah hingga mencapai 58,82 Ayu et al. 2012.

2.3 Fusarium

Fusarium merupakan jamur patogen penyebab penyakit layu Fusarium pada tanaman termasuk pada tanaman cabai. Jamur Fusarium dapat berada pada lahan dalam waktu yang lama melalui benih yang terkontaminasi atau tanaman yang terinfeksi. Ketika terkontaminasi, jamur dapat hidup bertahun-tahun. Gejala yang tampak pada penyakit ini adalah tepi daun bawah berwarna kuning tua, dimulai dari tepi daun bagian pangkal. Daun bergejala kemudian menjadi coklat dan mengering dan akhirnya seluruh tanaman mati. Secara internal, tanaman dengan infeksi yang berlanjut memperlihatkan perubahan warna pada rizoma dan nekrosis pada xilem. F. oxysporum memiliki bentuk konidium lonjong atau agak memanjang, mikrokonidium bersel satu atau dua, tanpa warna Soesanto et al. 2012. Gambar 2.2. a. Penyakit Layu Fusarium pada tanaman Cabai Merah dan b. Nekrosis pada xylem Suwandi, 2009. Gejala serangan yang dialami, daun yang terserang mengalami kelayuan mulai dari bagian bawah, menguning dan menjalar ke atas ke ranting muda. Bila infeksi berkembang tanaman menjadi layu. Warna jaringan akar dan batang menjadi coklat. Tempat luka infeksi tertutup hifa putih seperti kapas. Bila serangan terjadi pada saat pertumbuhan tanaman maksimum, maka tanaman Universitas Sumatera Utara masih dapat menghasilkan buah. Namun bila serangan sudah sampai pada batang, maka buah kecil akan gugur Suwandi, 2009. Fusarium merupakan salah satu jamur patogen tanaman yang sulit dikendalikan Singh et al. 1999. Jamur ini merupakan patogen tanaman yang penting secara ekonomi karena dapat menyebabkan busuk dan layu pada akar, batang maupun kecambah pada lebih dari 100 jenis tanaman. Genus ini terdiri atas berbagai spesies, seperti F. oxysporum, F. affine, F. culmorum, F. dimerum, F. ginearum, F. moniliforme, F. radicicola, F. roseu dan F. solani.

2.4 Sclerotium

Sclerotium sp. merupakan salah satu jamur patogen yang mempunyai kisaran inang yang luas. Namun serangan Sclerotium sp. dilaporkan serius hanya pada beberapa jenis tanaman saja. Sclerotium sp. merupakan jamur tular tanah yang dapat bertahan lama dalam bentuk sclerotia di dalam tanah, pupuk kandang, dan sisa-sisa tanaman sakit. Disamping itu jamur tersebut dapat menyebar melalui air irigasi dan benih. Pada lahan yang ditanami secara terus menerus dengan tanaman inang dari Sclerotium sp. akan beresiko tinggi terserang oleh Sclerotium sp. yang dapat berakibat turunnya produksi Timper et al. 2001. Gambar 2.3. A Gejala penyakit busuk leher akar dan B karakteristik morfologi miselium jamur S. rolfsii miselium pada permukaan batang tanaman Sukamto et al. 2013. Penyakit busuk leher akar ini disebabkan oleh jamur S. rolfsii. Pada tanaman terlihat gejala layu dan pada pangkal batangnya terlihat luka berwarna A B Universitas Sumatera Utara coklat lembut. Pada luka tersebut tumbuh jamur berbentuk butiran kecil-kecil lonjong atau bulat yang berwarna putih, selanjutnya butiran akan berubah warna menjadi coklat. Pada akhirnya tanaman akan layu dan mati. Akar merupakan bagian yang sangat penting bagi pertumbuhan suatu tanaman terutama untuk penyerapan unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman, oleh sebab itu upaya perlindungan sangat dibutuhkan sejak awal. Sehat tidaknya akar akan mempengaruhi tingkat produksi tanaman itu sendiri. Gejala yang ditimbulkan oleh jamur patogen seperti S.rolfsii yang diuji pada kecambah wijen menunjukkan gejala layu yang diikuti kematian kecambah. Ciri khas serangan S. rolfsii adalah adanya miselia berwarna putih kapas di sekitar luka Yulianti et al. 2001. Brooke dan Mark 2003 menyatakan bahwa lingkungan yang mendukung ketahanan hidup S. rolfsii selain aerasi, suhu, dan kelembapan tanah juga adanya bahan organik. Selain itu keberadaan asam fenolat di dalam tanah diperlukan oleh S. rolfsii untuk pertahanan diri dari serangan mikroorganisme lain didalam tanah dimana asam fenolat ini diproduksi oleh S. rolfsii jika memperoleh nutrisi yang cukup Sarma dan Singh, 2002. Penghambatan yang dilakukan oleh isolat bakteri kitinolitik mengakibatkan terbentuknya pertumbuhan abnormal pada hifa S. rolfsii, hal ini akibat aktivitas antagonis bakteri tersebut Malinda et al. 2013

2.5 Media Pembawa