PEMERINTAHAN DAN HUKUM 1. Pemberantasan Korupsi

BAB III ISU-ISU STRATEGIS

3.1. PEMERINTAHAN DAN HUKUM 1. Pemberantasan Korupsi

a. Pemberantasan korupsi sejak era Reformasi telah melalui beberapa tahapan. Tahapan pertama pada 1998-2002, melaksanakan kebijakan hukum dalam pemberantasan korupsi untuk memenuhi janji reformasi, dan dilanjutkan dengan pembangunan bidang hukum yang meliputi empat bidang, yaitu hukum di bidang ekonomi, keuangan, dan perbankan; hukum di bidang politik; hukum di bidang sosial; serta hukum di bidang hak asasi manusia. b. Salah satu dampak nyata dari penegakan hukum dalam pemberantasan korupsi adalah refleksi gerakan pemeberantasan korupsi kurang lebih 52 tahun yang lampau sarat dengan tujuan memberikan penjeraan dengan penjatahan hukuman seberat- beratnya kepada para pelaku korupsi disertai keinginan keras untuk sebesar-besarya memberikan kemanfaatan bagi pengembalian keuangan negara yang telah diambil pelakunya. c. Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan penguatan mekanisme internal, berupa transparansi dan komitmen fakta integritas dalam bentuk peraturan daerah, sebagai tindakan preventif serta regulasi perlindungan aparat publik dalam menyelenggarakan pemerintahan yang bersifat represif. d. Ketiga strategi tersebut diatas dalam hal pemberantasan korupsi dimasa mendatang harus diperlakukan secara seimbang, direncanakan dengan baik dan berkesinambungan, sehingga pencegahan pemberantasan korupsi bukan terletak pada mana yang lebih penting: menghukum atau mengembalikan aset korupsi, melainkan terletak pada efisiensi dan efektivitas penegakan hukum yang memiliki kepastian hukum dan berkeadilan sosial

2. Penegakan Hukum dan HAM

a. Dalam mewujudkan pembangunan nasional maka kita perlu mengadakan sebuah rekronstruksi, dalam pembahasan tulisan ini, rekonstruksi yang dimaksud adalah rekonstruksi dibidang penegakan Peraturan Daerah dan regulasi lainnya yang ada kaitannya dengan daerah. Kita tahu bersama bahwa perda yang RPJPD KOTA PAYAKUMBUH 2005 - 2025 3 - 2 ada saat ini khususnya yang mengatur tentang ketentraman dan ketertiban serta yang negatur pendapatan asli daerah masih belum terlaksana sebagaimana mestinya. Hal ini disebabkan antara lain rekruitmen aparatur penegakan perda belum sesuai dengan kebutuhan dan ketrampilan sebagai petugas trantib. Kesemuanya ini perlu dilaksanakan melalui program legislasi daerah, dan menindaklanjuti rencana aksi nasional HAM RAN- HAM berdasarkan Kepres Nomor 40 Tahun 1999. b. Pemerataan akses layanan dan perlindungan hukum dan HAM bagi semua masyarakat. c. Peningkatan kapasitas dan kapabilitas pemerintah dalam menyelesaikan berbagai kasus hukum di daerah. d. Peningkatan pemahaman kesadaran dan budaya hukum. e. Peningkatan prinsip-prinsip hukum dan penegakan supremasi hukum

3. Pemerintahan yang Baik Good Governance

Pemberian kewenangan otonomi daerah kepada Daerah Kabupaten dan Kota didasarkan asas desentralisasi dalam wujud otonomi yang luas, nyata dan bertanggungjawab. Dengan demikian diharapkan berimplikasi kepada : 1. Adanya keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan semua bidang pemerintahan yang diserahkan dengan kewenangan yang utuh mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian, dan evaluasi. 2. Adanya perwujudan tanggungjawab sebagai konsekuensi logis dari pemberian hak dan kewenangan tersebut berupa peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat, berjalannya proses demokrasi, dan mengupayakan terwujudnya keadilan dan pemerataan. 3. Di sisi lain, kewibawaan pemerintah akan sangat dipengaruhi oleh kemampuan menyelenggarakan pelayanan publik yang dapat memuaskan masyarakat serta memfasilitasi masyarakat dan dialog publik dalam pembentukan kebijakan negara, sehingga pelayanan pemerintah kepada publik harus transparan, terpercaya, serta terjangkau oleh masyarakat luas. 4. Dewasa ini bangsa Indonesia sedang mengalami perubahan kehidupan berbangsa dan bernegara secara mendasar, yaitu : pertama, transformasi menuju era masyarakat informasi, dimana kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang demikian pesat serta pemanfaatannya secara luas, membuka peluang bagi pengaksesan, pengelolaan, dan pendayagunaan informasi RPJPD KOTA PAYAKUMBUH 2005 - 2025 3 - 3 dalam volume yang besar secara cepat dan akurat. Panggunaan media elektonik merupakan faktor yang sangat penting dalam berbagai transaksi baik nasional maupun internasional. Kedua, Perubahan paradigma penyelenggaraan pemerintahan daerah dari sistem sentralistik menjadi desentralistik yaitu penyelenggaraan otonomi daerah untuk memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggungjawab kepada Daerah secara proporsional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Setiap pembaharuan dan perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dewasa ini, dimaksudkan dalam rangka menuju terwujudnya pemerintahan yang demokratis guna terwujudnya sistem pemerintahan yang lebih baik dan bertanggungjawab good governance. Sasaran yang akan dicapai dari good governance adalah diperolehnya birokrasi yang handal dan profesional, efisien, produktif, serta memberikan pelayanan berkualitas kepada masyarakat. 5. Dalam upaya meningkatkan penyelenggaraan otonomi daerah, untuk mewujudkan kemandirian daerah dan pemberdayaan masyaakat, perlu dilakukan dengan tindakan yang meliputi: koordinasi pemerintahan antar urusan pemerintahan; pemberian pedoman dan standar pelaksanaan urusan pemerintahan; pemberian pedoman dan standar pelaksanaan urusan pemerintahan; pemberian bimbingan, supervise dan konsultasi pelaksanaan urusan pemerintahan; pendidikan dan pelatihan; perencanaan; penelitian, pengembangan, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan urusan pemerintahan. 6. Paradigma kepemimpinan aparatur pemerintah daerah berpengaruh cukup signifikan terhadap baik-buruk jalannya organisasi pemerintahan pada semua tingkatan. Paradigma kepemimpina daerah dalam dunia yang turbulen, organisasi cenderung mengembangkan nilai-nilai : legitimasi kekuasaan legitimacy of power, kredibilitas dan sistem credibility of system, kesejahteraan ekonomi economic prosperity dan harmoni sosial social harmony. Kecenderungan selanjutnya akan mengarahkan pada organisasi dengan karakteristik seperti: visi vision, sederhana thrift, focus focus, efesien dan produktif effictient and productive. Seiring dengan kecenderungan tuntutan organisasi, tuntutan kepemimpinan akan mengarahkan pada perkembangan kualitas kepemimpinan yang demokratik, kuat dan efektif democratic, strong, and effective leadership dengan ciri-ciri yang menonjol, antara lain, visi vision, misi mission, nilai value, keberanian courage, integritas, dan harmoni integrity and harmony RPJPD KOTA PAYAKUMBUH 2005 - 2025 3 - 4

4. Peningkatan Kinerja Aparatur

Sejak menteri Pemberdayaan Aparatur Negara mengeluarkan Surat Edaran Nomor: SE28M.PAN102004 Tanggal 10 Oktober 2004 tentang Penataan Pegawai Negeri Sipil PNS, setiap instansi baik pusat maupun daerah wajib melaksanakan kegiatan berikut, pertama, melakukan penataan PNS di lingkungan unit kerja mengacu pada Keputusan Men.PAN Nomor: Kep23.2M.PAN2004 Tanggal 16 Februari 2004 tentang Pedoman Penataan Pegawai. Kedua, setiap instansi wajib melaksanakan analisis jabatan yang mengacu pada Keputusan Men. PANNomor: KEP61M.PAN62004 Tanggal 21 Juni 2004 tentang Pedoman Pelaksanaan Analisis Jabatan. Ketiga, setiap instansi pemerintah harus melaksanakan analisis beban kerja berdasarkan mengacu pada Keputusan Men.PAN Nomor: KEP75M.PAN72004 Tanggal 23 Juli 2004 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan Formasi PNS. Tujuan dari penataan tersebut adalah memperbaiki komposisi dan distribusi pegawai, sehingga dapat didayakan secara optimal dalam rangka meningkatkan kinerja pemerintah. Sasaran yang dicapai antara lain, pertama, terjadinya kesesuaian antara jumlah dan komposisi pegawai dengan kebutuhan masing- masing unit kerja yang telah ditata berdasarkan visi-misi sehingga pegawai mempunyai kejelasan tugas dan tanggung jawab. Kedua, terciptanya kesesuaian antara kompetensi yang dimiliki pegawai dengan syarat jabatan. Ketiga, terdistribusinya pegawai secara proporsional di masing-masing unit kerja sesuai dengan beban kerja masing-masing. Keempat, tersusunnya sistem penggajian yang adil, layak dan mendorong peningkatan kinerja. Dan kelima, terlaksananya sistem penilaian kerja yang obyektif. Output keluaran dari penataan aparatur negara tersebut diharapkan berupa 1 profil jabatan bagi setiap jabatan baik jabatan struktural, jabatan fungsional yang berangka kredit maupun tidak berangka kredit; 2 perkiraan beban kerja untuk individu, jabatan dan unit kerja; dan 3 beban kerja dan profil jabatan bersama-sama digunakan untuk menyusun jumlah kebutuhan pegawai per jabatan dan unit kerja. Dalam usaha meningkatkan kinerja aparaturnya, pemerintah c.q. Menpan menetapkan program manajemen kepegawaian berbasis kinerja. Salah satu peraturan yang dikeluarkan pemerintah untuk tujuan tersebut adalah Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur RPJPD KOTA PAYAKUMBUH 2005 - 2025 3 - 5 Negara Nomor: PER09M.PAN52007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Instansi Pemerintah. Yang dimaksud dengan kinerja instansi pemerintah adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian sasaran ataupun tujuan instansi pemerintah sebagai penjabaran dari visi, misi dan rencana strategi instansi pemerintah yang mengindikasikan tingkat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan kebijakan yang ditetapkan. Dalam pasal 3, peraturan Menpan tersebut, setiap instansi pemerintah wajib menetapkan indikator kinerja utama Key Performance Indicators. Indikator kinerja utama yang dimaksud adalah ukuran keberhasilan dari suatu tujuan dan sasaran strategis organisai. Penetapan indikator kinerja utama di lingkungan instansi pemerintah harus memenuhi karakteristik spesifik, dapat dicapai, relevan, menggambarkan keberhasilan sesuatu yang diukur dan dapat dikuantifikasi dan diukur pasal 8. Sebagai contoh, tercapainya pengurangan angka pengangguran 1 juta per tahun dengan memberdayakan 50 investor baik investor dalam negeri maupun investor asing setiap tahunnya. Dalam pasal 5 dikatakan, indikator kinerja utama instansi pemerintah harus selaras antar tingkatan unit organisai. Indikator kinerja utama pada setiap tingkatan unit organisasi meliputi indikator kinerja keluaran output dan hasil outcome. Kinerja pegawai dijabarkan langsung dari misi organisai. Penilaian kinerja dilakukan secara transparan dan obyektif. Penilaian kinerja menjadi bahan diagnosis dalam upaya peningkatan kinerja organisasi. Selanjutnya kinerja pegawai juga menjadi istrumen utama dalam pemberian reward and punishment termasuk untuk promosi dan rotasi pegawai. Dengan demikian, peraturan pemerintah tersebut menunjang dan mendukung upaya pengembangan manajemen kepegawaian berbasis kinerja berorientasi produk.

3.2. EKONOMI DAN SUMBER DAYA ALAM