BUDAYA SOSIAL BUDAYA .1 SOSIAL

RPJPD KOTA PAYAKUMBUH 2005 - 2025 2 - 21 modal kerja adalah salah satu yang dapat dijadikan sebagai dasar pengembangan dan persiapan tenaga kerja. Selain dari itu fokus terhadap perluasan lapangan kerja untuk wanita disertai dengan peningkatan jenis pekerjaan yang dapat meningkatkan produktifitas kerja.

2.5.2. BUDAYA

1. Kota Payakumbuh yang mayoritas didiami oleh suku bangsa Minangkabau, dikenal penganut agama Islam kuat dan pemegang teguh adat dan tradisi mereka. Kedekatan agama Islam dan Adat menjadi karakteristik dan jati diri utama masyarakat Kota Payakumbuh khususnya dan Minangkabau umumnya. Pemantapan pelaksanaan kehidupan sosial dan agama di dalam masyarakat mengacu kepada falsafah “Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah”. Ungkapan ini menunjukkan bahwa kehidupan sosial dan budaya masyarakat di kota ini pada dasarnya dilandasi oleh ajaran Agama Islam sebagai prinsip pokok kehidupan. 2. Masyarakat Kota Payakumbuh khususnya dan masyarakat Minangkabau umumnya, secara normatif memiliki keseimbangan prinsip antara Islam dan Adat. Islam memberikan fondasi bagi prinsip kehidupan yang religius, sementara Adat memberikan fondasi bagi kehidupan yang berbudaya. Faktanya pelaksanaan ajaran Islam dan norma adat masih sering dipertentangkan, dan sering menjadi potensi konflik. Sejalan dengan pemahaman yang semakin kuat tentang pentingnya agama dan adat dalam kehidupan, prinsip pelaksanaan ajaran Islam ditransformasikan di dalam praktek adat, mengacu kepada prinsip: ‘syara’ mangato, adat mamakai’. Dengan demikian, masyarakat Minangkabau memahami sekali tentang dinamika penerapan antara ajaran Islam dan praktek adat dalam kehidupan mereka sehari-hari. 3. Pada hakikatnya masyarakat Kota Payakumbuh selalu dinamis dalam menyikapi berbagai perubahan yang terjadi di daerah. Dalam proses yang dinamis tersebut gejala-gejala positif yang menuju pada pencerahan selalu saja berdampingan dengan gejala-gejala negatif yang menyumbangkan masa depan yang suram dalam peradaban masyarakat. Gejala-gejala positif di bidang sosial keagamaan yang tumbuh dalam masyarakat Kota Payakumbuh di antaranya adalah: semakin bertambahnya jumlah rumah ibadah dengan berbagai pengembangannya, tumbuhnya berbagai lembaga zakat dengan berbagai program dan pengembangannya, jumlah masyarakat yang menunaikan ibadah haji dari tahun ke tahun terus meningkat, diajarkannya kembali mata pelajaran budi pekerti dan Budaya Alam Minangkabau pada sekolah-sekolah, mampu membaca Al-Quran RPJPD KOTA PAYAKUMBUH 2005 - 2025 2 - 22 dijadikan syarat untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi, adanya bimbingan dan pengarahan kepada setiap calon penganten, munculnya bimbingan keagamaan untuk tingkat remaja, majelis ta’lim untuk para wanita dan lain-lainnya. 4. Namun demikian, sejalan dengan kemajuan tersebut, terlihat pula gejala-gejala negatif di bidang sosial keagamaan yang tumbuh dalam masyarakat. Gejala-gejala tersebut antara lain adalah meningkatnya angka perceraian, moral kaum remaja terlihat semakin rendah dan adanya pemaksaan kehendak yang dilakukan oleh kelompok radikal baik atas nama agama maupun atas nama kepentingan lainnya. Agama terkesan seakan-akan hanya formalitas dan simbolis. Masyarakat kebanyakan masih mengutamakan seremoni ketimbang melaksanakan makna yang dikandung dalam ajaran agama itu. Pembanguan rumah ibadah terkesan lebih diutamakan ketimbang melaksanakan ajaran agama secara “kaffah”. Pergaulan dan perilaku masyarakat cenderung meninggalkan etika dan budaya agama. Berbagai pihak belum terlalu perhatian terhadap sistem keuangan syariah dan lembaga keuangan mikro yang ada di nagari-nagari. Penyakit masyarakat seperti perjudian, tindakkan asusila, pengedar dan pemakaian obat terlarang masih cenderung menunjukkan peningkatan dan lain-lainnya. 5. Masyarakat Kota Payakumbuh memiliki perkembangan yang sangat dinamis dalam aspek pendidikan, budaya dan mata pencarian hidup. Orientasi pendidikan telah menyerap dan mengadopsi sistem pendidikan nasional dan bahkan internasional. Sistem pendidikan lokal yang berpola pesantren berada pada posisi tidak sentral dalam perkembangan pendidikan secara umum di daerah ini. Sistem pendidikan yang berorientasi ke luar, dipengaruhi juga oleh perubahan orientasi pekerjaan dari sektor pertanian kepada sektor industri, perdagangan, jasa dan pegawai negeri. Dengan demikian, pola ekonomi rakyat sangat berorientasi komersial. Dengan kondisi ini, maka orientasi kehidupan orang Minangkabau yang telah berhasil dari segi pendidikan dan ekonomi cenderung membangun pola budaya baru yang tidak berakar kepada budaya asli mereka. 6. Masyarakat Kota Payakumbuh yang dominan merupakan orang Minangkabau adalah merupakan masyarakat matrilineal. Dari pandangan sistem kemasyarakatan, prinsip matrilineal selain sangat penting, juga unik dan khas, karena ia sangat kuat dalam memberikan karakter budaya suatu masyarakat. Penggarisan keturunan dan pengelompokkan kekerabatan unilineal yang terpusat kepada kedudukan perempuan di dalam sistem sosial mengalahkan kelaziman yang umumnya berpusat kepada filosofi patriaki. Simbolisasi figur perempuan dalam kekerabatan diistilahkan dengan “limpapeh rumah nan gadang, umbun puro pegangan kunci“. Rumah gadang dan Keturunan adalah dua simbol figur kuat perempuan dalam RPJPD KOTA PAYAKUMBUH 2005 - 2025 2 - 23 menentukan asal usul procreation dan arah orientation dari keturunan suatu kaum. Walaupun demikian kekuatan mereka barulah berada pada domain domestik, sementara pada domain publik, kedudukan mereka diperkuat dan dijalankan oleh kelompok kerabat laki-laki seketurunan ibu. Mereka ini menjaga dan mempertahankan kesinambungan eksistensi sistem sosial yang bersandar kepada adat dan lembaga adat diisi, limbago dituang. 7. Salah satu potensi sumber daya manusia Kota Payakumbuh yang banyak memegang kendali ekonomi rumah tangga, ekonomi pasar dan ekonomi ulayat adalah kaum perempuan bundo kanduang. Sebegitu jauh, posisi mereka masih berada dalam domain privat dan belum termanfaatkan dalam domain publik. Dengan demikian, selama ini posisi mereka belum bersifat penting dan sentral dalam berkontribusi bagi proses pembangunan daerah. Potensi sumber daya perempuan ini semestinya mendapat tempat yang lebih baik dalam kegiatan pembangunan daerah agar keseimbangan kekuatan sumber daya manusia secara keseluruhan dapat dioptimalkan. 8. Keberadaan tanah ulayat merupakan salah satu kharakteristik budaya masyarakat Minangkabau, termasuk masyarakat Kota Payakumbuh. Sebegitu jauh, keberadaan tanah ulayat telah memberikan dampak positif dan juga negatif terhadap proses pembangunan daerah. Dampak positif yang timbul adalah dalam bentuk lebih baiknya distribusi pendapatan dalam masyarakat karena semua kaum dan kelompok masyarakat mempunyai tanah ulayat milik bersama yang juga dapat digunakan secara bersama. Dengan demikian, walaupun terdapat kelompok masyarakat miskin, tetapi paling kurang mereka masih mempunyai tanah kaum yang dapat digunakan untuk menopang kebutuhan hidup. Akan tetapi dampak negatif yang timbul adalah tanah kaum tersebut sukar untuk diperjualbelikan karena harus mendapat persetujuan dari seluruh warga kaum dan harus dengan alasan yang sangat kuat. Akibatnya, bila ada warga masyarakat atau investor dari luar ingin memanfaatkan tanah tersebut, proses jual beli menjadi lebih rumit sehingga seringkali menghambat proses pembangunan daerah. Karena itu, perlu kesepakatan antara pemuka adat, bagaimana tanah ulayat tersebut dapat dimanfaatkan untuk mendorong proses pembangunan. 9. Kelembagaan adat dalam tradisi Minangkabau adalah cerminan dari bagaimana aturan adat dijaga dan dipraktekkan dalam suatu kesatuan masyarakat hukum adat nagari. Kelembagaan ini diwakili oleh peran kaum adat, ninik mamak. Eksistensi mereka sejalan dengan keberadaan hukum adat yang dijalankan dan dipatuhi oleh seluruh anggota suatu kaum dan suku. Filofosi aturan adat dalam sejarah atau asal usulnya datang dari nilai ajaran agama Islam. Nenek moyang orang Minangkabau telah memasukkan nilai-nilai agamais menjadi RPJPD KOTA PAYAKUMBUH 2005 - 2025 2 - 24 bagian dari nilai luhur adat. Identitas orang Minangkabau akhirnya identik dengan keIslaman. 10. Secara konstruktif ideal, masyarakat Minangkabau menjalankan tiga jalinan elemen penting dalam kehidupan yakni adat, agama dan intelektualitas. Secara kelembagaan, tiga elemen tersebut tergambar dalam simbolisasi tali tigo sapilin, tungku tigo sajarangan. Orang Minangkabau sangat menghargai adat, agama dan akal yang dijalin dari nilai agama dan nilai adat. Idealisme ini terpatri semenjak alam minangkabau terbentang. Dapat dikatakan dalam ungkapan lain bahwa, pada satu sisi, keberadaan Minangkabau diwakilkan dengan keberadaan fungsi dan peran dari kaum ninik mamak, alim ulama dan cerdik pandai. Sementara di sisi lain, orang Minangkabau kebanyakan, yang seringkali digambarkan sebagai anak kemenakan, adalah warga dari kesatuan masyarakat hukum adat yang harus patuh menjalankan adat dan ajaran agama. Mekanisme yang terus dipertahankan semenjak masa ninik mamak dahulu, telah membawa kebesaran nilai dan keberadaan orang Minangkabau. Namun dalam perjalanannya, Minangkabau mengalami tantangan besar, oleh karena kehidupan masyarakat semakin beragam dan kompleks. 11. Semenjak masuknya arus globalisasi melalui peran komunikasi dan jalur informasi modern, maka batas-batas sosial kita semakin kabur, meskipun interaksi sosial semakin berkembang. Hal ini dapat dibuktikan dengan berkembangnya komunitas-komunitas baru di luar batas kesatuan identitas sosial yang ada, artinya kesatuan sosial tidak lagi diikat oleh batas-batas nagari, suku atau kaum. Ikatan sosial sudah berkembang kearah kepentingan-kepentingan politik dan ekonomi, atau kepentingan lainnya yang kadang-kadang tak masuk akal. Sementara ini, sejalan dengan perkembangan teknologi, peralatan canggih untuk menopang kehidupan sehari-hari ditengah masyarakat justru melahirkan perilaku sosial yang keluar dari nilai kemuliaan. Anak-anak dan remaja lebih suka permainan elektronik dari pada bermain permainan rakyat seperti, gasing, genggong, dll. Remaja dan orangtua berekreasi dengan penampilan “kota” ke plaza daripada ke kampung atau nagari. Kesemuanya ini menunjukkan bahwa budaya masyarakat Minangkabau mulai berobah menjadi budaya orang modern, seperti gaya hidup kota, walaupun kemampuan finansial mereka masih tergolong lemah.

BAB III ISU-ISU STRATEGIS

3.1. PEMERINTAHAN DAN HUKUM 1. Pemberantasan Korupsi

a. Pemberantasan korupsi sejak era Reformasi telah melalui beberapa tahapan. Tahapan pertama pada 1998-2002, melaksanakan kebijakan hukum dalam pemberantasan korupsi untuk memenuhi janji reformasi, dan dilanjutkan dengan pembangunan bidang hukum yang meliputi empat bidang, yaitu hukum di bidang ekonomi, keuangan, dan perbankan; hukum di bidang politik; hukum di bidang sosial; serta hukum di bidang hak asasi manusia. b. Salah satu dampak nyata dari penegakan hukum dalam pemberantasan korupsi adalah refleksi gerakan pemeberantasan korupsi kurang lebih 52 tahun yang lampau sarat dengan tujuan memberikan penjeraan dengan penjatahan hukuman seberat- beratnya kepada para pelaku korupsi disertai keinginan keras untuk sebesar-besarya memberikan kemanfaatan bagi pengembalian keuangan negara yang telah diambil pelakunya. c. Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan penguatan mekanisme internal, berupa transparansi dan komitmen fakta integritas dalam bentuk peraturan daerah, sebagai tindakan preventif serta regulasi perlindungan aparat publik dalam menyelenggarakan pemerintahan yang bersifat represif. d. Ketiga strategi tersebut diatas dalam hal pemberantasan korupsi dimasa mendatang harus diperlakukan secara seimbang, direncanakan dengan baik dan berkesinambungan, sehingga pencegahan pemberantasan korupsi bukan terletak pada mana yang lebih penting: menghukum atau mengembalikan aset korupsi, melainkan terletak pada efisiensi dan efektivitas penegakan hukum yang memiliki kepastian hukum dan berkeadilan sosial

2. Penegakan Hukum dan HAM

a. Dalam mewujudkan pembangunan nasional maka kita perlu mengadakan sebuah rekronstruksi, dalam pembahasan tulisan ini, rekonstruksi yang dimaksud adalah rekonstruksi dibidang penegakan Peraturan Daerah dan regulasi lainnya yang ada kaitannya dengan daerah. Kita tahu bersama bahwa perda yang