BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Penilaian kinerjaan perusahaan selama ini baik oleh investor ataupun manajer banyak menggunakan earning measures, yaitu penggukuran berdasarkan
labaakuntansi, misalnya ROA, ROE, EPS, dll. Rasio–rasio ini bermanfaat jika terdapat perbandingan dengan perusahaan sejenis yang mempunyai tingkat resiko
yang hampir sama dan terdapat analisis kecenderungan trend dari setiap rasio-rasio pada tahun sebelumnya.
Kelemahan lainnya dari earning measureialah penggunaan rasio tidak dapat memperlihatkan apakah manajer telah berhasil atau tidak dalam menciptakan nilai
tambah bagi perusahaan. Penciptaan nilai ini menunjukkan seberapa besar keberhasilan strategis manajemen dalam memanfaatkan modal yang ditanamkan
investor. Selain earning measure digunakan dalam mengukur kinerja perusahaan,
pengunaan value measure juga banyak digunakan sekarang ini. Pengukuran ini mendasarkan pada nilai yang berhasil diciptakaan. Pengukuran berdasarkan nilai
memiliki keunggulan dimana pengukuran ini tidak saja mengukur secara keuangan, tetapi juga non keuangan, misalnya hubungan dengan pemasok, produktivitas buruh,
kepuasan pelanggan, dll. Di tahun 1991, Stern Stewart Co, sebuah perusahaan konsultan manajemen
yang berkedudukan di New York, Amerika Serikat, memperkenalkan sebuah
Universitas Sumatera Utara
pendekatan baru berdasarkan nilai untuk mengukur kinerja perusahaan. Pendekatan ini dikenal dengan Economic Value AddedEVA. “EVA adalah ukuran nilai tambah
ekonomis yang dihasilkan perusahaan sebagai akibat dari aktivitas atau strategis manajemen.” Wibowo,2007:99.
EVA menghitung seberapa besar nilai tambah ekonomis yang berhasil diciptakan selama satu periode tertentu. EVA dihitung dengan menggurangkan laba operasi
setelah pajak dengan biaya modal. Nilai tambah ekonomis ini diukur dalam satuaan moneter. Nilai EVA yang postif menujukkan para manajer berhasil memanfaatkan
modal yang diinvestasikan, dimana tingkat penggembalian melebihi biaya modal. Nilai EVA yang negatif bermakna sebaliknya dan jika EVA bernilai nol, artinya tidak
ada penciptaan nilai. Selaras dengan EVA, MVA Market Value Added juga merupakan pengukuran
berdasarkan nilai. EVA dan MVA sama-sama digunakan untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam memanfaatkan modal, hanya saja dengan metode
pengukuran waktu yang berbeda. MVA mengukur seberapa besar nilai tambah yang telah diciptakan perusahaan
bagi pemilik modal sejak perusahaan didirikan sampai pada tanggal tertentu. Sedangkan EVA hanya pada satu periode tertentu saja. Nilai MVA tercermin dari
harga saham pada tanggal tertentu dikalikan dengan jumlah saham yang beredar. Nilai MVA positif menandakan bahwa pasar menilai lebih tinggi nilai buku ekuitas,
begitu juga sebaliknya.
Universitas Sumatera Utara
Dilihat dari segi metode pengukuran waktu, perusahaan yang memiliki EVA positif pada tahun-tahun operasinya, harusnya memiliki MVA yang positif pula pada
tanggal tertentu.Yang artinya hubungan EVA dan MVA berkorelasi positif. Namun hubungan korelasi positif ini tidak selamanya terjadi.
Seperti penelitian yang dilakukan oleh Dr. D.V. Ramana pada tahun 2004 menemukan bahwa 48 perusahaan mempunyai EVA dan MVA yang sama-sama
bernilai negatif, 20 EVA dan MVA sama-sama bernilai positi, 5 dengan kondisi EVA positif-MVA negatif, dan 27 dengan kondisi EVA negatif - MVA positif.
Penelitian terdahulu ini menggunakan populasi perusahaan yang terdaftar di bursa efek India sebanyak 500 dan menggunakan sampel 243 perusahaan. Atau dapat
disimpulkan 68 berkorelasi postif dan 32 berkorelasi negatif. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Market Value Added, sedangkan variabel independennya
ialah Economic Value Added. Penelitian yang dilakukan oleh Santi Marzelina pada tahun 2010, dengan objek
penelitian perusahaan otomotif yang listing di BEI tahun 2003-2006, menemukan tahun 2003 perusahaan tersebut memiliki hubungan EVA dan MVA yang berkorelasi
negatif dengan koefisien korelasi sebesar -0,268. Sementara untuk tahun 2004– 2006 berkorelasi positif dengan besar koefisien korelasi berturut turut, 0,776 ; 0,670 dan
0,594.Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Market Value Added, sedangkan variabel independennya ialah Economic Value Added.
Berdasarkan penelitian terdahulu, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah
Universitas Sumatera Utara
terletak pada perbedaan objek penelitian. Penulis memilih menggunakan perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan kimia karena perkembangan industri di sektor
ini sedang mengalami perkembangan yang cukup pesat dan menggunakan modal yang besar. Penelitian ini menggambil data dari perusahaan manufaktur sektor
industri dasar dan kimia tahun 2011 – 2012 melalui www. idx.co.id dengan variabelindependen dan dependen yang sama dengan penelitian terdahulu.
Tujuaan penelitian ini untuk menguji apakah terdapat hubungan dan pengaruh antara EVA dan MVA. EVA dan MVA diharapkan mampu menjadi alat ukur kinerja
keuangan perusahaan yang lebih efektif lagi, meskipun EVA dan MVA tidak selalu berkorelasi positif.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti tertarik
memilih judul “Analisis Pengaruh Economic Value Added EVA Terhadap Market Value Added MVA Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri
Dasar Dan Kimia Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2011 - 2012.”
1.2 Perumusan Masalah