10
10
BAB II LANDASAR TEORI
A. Kajian Pustaka
1.
Kurikulum SD 2013
Kurikulum 2013 adalah bagian
dari lanjutan
pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi KBK yang telah dirintis pada tahun 2004
dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu, sebagaimana amanat UU 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pada penjelasan pasal 35, dimana kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati. Inti dari kurikulum 2013 adalah ada pada upaya penyederhanaan, dan
tematik integratif-integratif.
Kurikulum diarahkan
kepada proses
pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Pemberdayaan peserta didik untuk belajar
sepanjang hayat dirumuskan dalam sikap, keterampilan, dan pengetahuan dasar yang dapat digunakan untuk mengembangkan budaya belajar. Kurikulum 2013
disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di dalam menghadapi masa depan.
Rasional dan elemen perubahan Kurikulum SD 2013 a.
Rasional Perubahan Kurikulum SD 2013
Berdasarkan peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang
kerangka dasar dan struktur kurikulum sekolah dasarmadrasah ibtidaiyah dalam salinan lampiran peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 67 Tahun 2013 tentang kerangka dasar dan struktur kurikulum sekolah dasarmadrasah ibtidaiyah. Kurikulum 2013 dikembangkan
berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut:
1 Tantangan Internal
Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 delapan
11
11 Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses,
standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan,
dan standar penilaian pendidikan. Tantangan internal lainnya terkait dengan perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan
penduduk usia produktif. Saat ini jumlah penduduk Indonesia usia produktif 15-64 tahun lebih banyak dari usia tidak produktif anak-anak
berusia 0-14 tahun dan orang tua berusia 65 tahun ke atas. Jumlah penduduk usia produktif ini akan mencapai puncaknya pada tahun 2020-
2035 pada saat angkanya mencapai 70. Oleh sebab itu tantangan besar yang dihadapi adalah bagaimana mengupayakan agar sumber daya
manusia usia produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi dan
keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi beban. 2
Tantangan Eksternal Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi
dan berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan
budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Arus globalisasi akan mengeser pola hidup.
Masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi masyarakat industry dan perdagangan modern seperti dapat terlihat
World Trade Organization WTO, Association of Southeast Asian Nations. ASEAN Community, A: Pacific Economic Cooperation
APEC, dan ASEAN Free Trade Area AFT. Tantangan eksternal juga terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi dui pengaruh dan imbas
teknosains serta mutu, investasi, dan transformasi bidi pendidikan. Keikutsertaan Indonesia di dalam studi International Trends
International Mathematics and Science Study TIMSS dan Program International Student Assessment PISA sejak tahun 1999 juga
menunjuki bahwa capaian anak-anak Indonesia tidak menggembirakan
12
12 dalam beberapa 1 laporan yang dikeluarkan TIMSS dan PISA. Hal ini
disebabkan antara 1 banyaknya materi uji yang ditanyakan. 3
Penyempurnaan Pola Pikir Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir sebagai
berikut: a
Pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpikir pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-
pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama;
1. Pola pembelajaran satu arah interaksi guru-peserta didik
pembelajaran interaktif interaktif guru peserta didik-masyarakat- lingkungan alam, sumber media lainnya;
2. Pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring
peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang di dihubungi serta diperoleh melalui internet;
3. Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari
pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan sains;
4. Pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok berbasis tim;
5. Pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis
multimedia; 6.
Pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan users dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang
dimiliki setiap peserta didik; 7.
Pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal monodiscipline menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak multidiscipline;
dan 8.
Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis, 4
Penguatan Tata Kelola Kurikulum Pelaksanaan kurikulum selama ini telah menempatkan kurikulum sebagai
daftar mata pelajaran. Pendekatan Kurikulum 2013 untuk Sekolah
13
13 Menegah KejuruanMadrasah Aliyah Kejuruan diubah sesuai dengan
kurikulum satuan pendidikan. Oleh karena itu dalam kurikulum 2013 dilakukan penguatan tata kelola sebagai berikut:
a. Tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja
yang bersifat kolaboratif. b.
Penguatan manajeman sekolah melalui penguatan kemampuan manajemen kepala sekolah sebagai pimpinan kependidikan
educational leader, dan c.
Penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses pembelajaran.
5 Penguatan Materi
Penguatan materi dilakukan dengan cara pendalaman dan perluasan materi yang relevan bagi peserta didik.
b. Elemen Perubahan Kurikulum 2013
Elemen-elemen perubahan yang terjadi pada Kurikulum 2013 meliputi empat aspek,yaitu;
1 Standar Kompetensi Lulusan
2 Standar Isi
3 Standar Proses
4 Standar Penilaian
1 Standar Kompetensi Lulusan
a. Pengertian
Menurut PP No. 32 Tahun 2013 bahwa Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup
sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Standar Kompetensi Lulusan diwujudkan dan dijabarkan melalui berbagai kompetensi untuk setiap mata
pelajaran atau kelompok mata pelajaran. Hal ini juga disebutkan dalam Permendikbud No. 54 Tahun 2013 tentang standar kompetensi lulusan
Pendidikan Dasar.
14
14 b.
Tujuan Standar
kompetensi lulusan
digunakan sebagai
acuan utama
pengembangan standar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan, standar pendidikan dan tenaga pendidikan, standar sarana dan prasarana,
standar pengelolaan, dan standar pembiayaan. c.
Ruang lingkup Standar Kompetensi Lulusan terdiri atas kriteria kualifikasi kemampuan
peserta didik yang diharapkan dapat dicapai setelah menyelesaikan masa belajarnya di satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah. d.
Monitoring dan Evaluasi Untuk mengetahui ketercapaian dan kesesuaian antara Standar Kompetensi
Lulusan dan lulusan dari masing-masing satuan pendidikan dan kurikulum yang digunakan pada satuan pendidikan tertentu perlu dilakukan
monitoring dan evaluasi secara berkala dan berkelanjutan dalam setiap periode. Hasil yang diperoleh dari monitoring dan evaluasi digunakan
sebagai bahan masukan bagi penyempurnaan Standar Kompetensi Lulusan di masa yang akan datang.
15
15
Tabel. 1.1 Kompetensi Lulusan SDMI
Muslikh permendikbut 54 tahun 2013
SDMI Dimensi
Kualifikasi Kebutuhan
Sikap
Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan
bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam di lingkungan
rumah, sekolah, dan tempat bermain.
Pengetahuan
Memiliki pengetahuan
faktual dan
konseptual berdasarkan
rasa ingin
tahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dalam
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian di lingkungan
rumah, sekolah, dan tempat bermain.
Keterampilan
Memiliki kemampuan piker dan tindakan yang produktif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret
sesuai dengan yang ditugaskan kepadanya.
2
Standar isi Sesuai Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 64 Tahun 2013 Tentang Standar isi Pendidikan Dasar dan Menengah a.
Pengertian Berdasarkan peraturan pemerintah Nomor 19 tentang standar
nasional pendidikan sebagaimana telah diubah dengan peraturan pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang perubahan atas peraturan
pemerintah Nomor 19 tentang standar nasional pendidikan ditetapkan bahwa standar isi adalah kriteria mengenai ruang lingkup materi dan
16
16 tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan
jenis pendidikan tertentu. b.
Tujuan Standar Isi dikembangkan untuk menentukan kriteria ruang lingkup dan
tingkat kompetensi yang sesuai dengan kompetensi lulusan yang dirumuskan pada Standar Kompetensi Lulusan, yakni sikap, pengetahuan,
dan keterampilan. c.
Ruang lingkup Materi dirumuskan berdasarkan kriteria muatan wajib yang ditetapkan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, konsep keilmuan, dan karakteristik satuan pendidikan dan program pendidikan.Selanjutnya,
tingkat kompetensi dirumuskan berdasarkan kriteria tingkat perkembangan peserta didik, kualifikasi Kompetensi Indonesia, dan penguasaan
kompetensi yang berjenjang. 3
Standar Proses a.
Pengertian Menurut peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah dalam dokumen salinan lampiran peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah dalam dokumen
salinan lampiran peraturan Meteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 tentang standar proses pendidikan dasar
menengah. Standar proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi
lulusan. b.
Tujuan Standar Proses dikembangkan mengacu pada Standar Kompetensi
Lulusan dan Standar Isi yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
17
17 Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. c.
Ruang lingkup Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan
pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan. 4
Standar Penilaian Sesuai Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2013 Tentang Standar Penilaian Pendidikan.
a. Pengertian
Menurut Menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia, Mohammad Nuh dalam salinan lampiran peraturan menteri pendidikan dan
kebudayaan republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2013 tentang standar penilaian pendidikan. Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria
mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.
b. Tujuan
Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik
mencakup: penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester,
ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolahmadrasa.
c.
Ruang lingkup Penilaian
Penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap,
18
18 pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang sehingga
dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan. Cakupan penilaian merujuk pada
ruang lingkup
materi, kompetensi
mata pelajarankompetensi
muatankompetensi program, dan proses. d.
Prinsip dan pendekatan penilaian Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjangpendidikan dasar
dan menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut: 1
Objektif, berarti penilaian berbasis pada standar dan tidak dipengaruhi faktor subjektivitas penilain.
2 Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana,
menyatu dengan kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan. 3
Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan.
4 Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar
pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak. 5
Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak internal sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik,
prosedur, dan hasilnya. 6
Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru. 7
Objektif, berarti penilaian berbasis pada standar dan tidak dipengaruhi faktor subjektivitas penilain.
8 Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana,
menyatu dengan kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan. 9
Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan.
10 Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar
pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak. 11
Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.
19
19 2.
Penguatan Pendidikan karakter a
Pengertian Pendidikan Karakter Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia2008 Karakter merupakan
sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Dengan demikian karakter adalah nilai-nilai yang unik-
baik yang terpatri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku kementerian pendidikan nasional, 2010. Nilai-nilai yang unik, baik itu
kemudian dalam desain induk pembangunan karakter bangsa 2010-2025 dimaknai sebagai tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, dan nyata
berkehidupan baik. Screnko 1997, hal-42. Mendefenisikan karakter sebagai atribut atau
ciri-ciri yang membentuk dan membedakan atau ciri pribadi, ciri etis, dan kompleksitas mental dari diri seseorang, suatu kelompok atau bangsa.
Menurut Screnko 1997, hal-45. Pendidikan karakter dapat dikmaknai sebagai upaya yang sungguh-sungguh dengan cara mana ciri
kepribadian positif dikembangkan, didorong, dan deberdayakan melalui keteladanan, kajian sejarah, dan biografi para bijak dan pemikir besar,
serta praktik emulasi usaha yang maksimal untuk mewujudkan hikmat dari apa-apa yang diamati dan dipelajari.
Jadi, pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam
dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi perkerti, pendidikan
moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memilihara apa
yang baik, mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Pendidikan karakter dapat pula di maknai sebagai suatu
sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesam, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia
20
20 insan kami. Penanaman nilai kepada warga sekolah maknanya bahwa
pendidikan karakter baru akan efektif jika tidak hanya siswa, tetapi juga para guru, kepala sekolah dan tanga non-pendidik di sekolah semua harus
terlibat dalam pendidikan karakter. b
Tujuan Pendidikan Karakter Karakter adalah hal positif apa saja yang dilakukan guru dan
berpengaruh kepada karakter siswa yang di ajarnya. Pendidikan karakter adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seorang guru untuk
mengajarkan nilai-nilai kepada para siswanya. Winto, 2010. Pendidikan karakter telah menjadi sebuah pergerakan pendidikan yang mendukung
perkembangan sosial, perkembangan emosional, dan pengembangan etik para siswa. Merupakan suatu upaya proaktif yang dilakukan baik oleh
sekolah maupun pemerintah untuk membantu siswa mengembangkan inti pokok dari nilai-nilai etik dan nilai-nilai kinerja, seperti kepedulian,
kejujuran, kerajinan, keuletan dan ketabahan, tanggung jawab, menghargai diri sendiri dan orang lain. Setiap mata pelajaran mempunyai nilai-nilai
tersendiri yang akan ditanamkan dalam diri anak didik. Hal ini disebabkan oleh adanya keutamaan fokus dari setiap mata pelajaran yang tentunnya
mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Distribusi penanaman nilai-nilai utama dalam tiap mata pelajaran
dapat dilihat sebagai berikut: 1.
Pendidikan Agama: nilai utama yang ditanamkan antara lain: religious, jujur, santun, disiplin, tanggung jawab, cinta ilmu, ingin
tahu, percaya diri, menghargai, keberagaman, patuh pada aturan, sosial, bergaya hidup sehat, sadar akan hak dan kewajiban, kerja
keras, dan adil. 2.
Pendidikan Kewargaan Negara: Nasionalis, patuh pada Aturan sosial, demokratis, jujur, menghargai keberagaman Sadar akan pekerjaan
kewajiban diri orang lain. 3.
Bahasa Indonesia: Berfikir logis, kritis, dan inovatif, percaya diri, bertangung jawab, ingin tahu, santun, nasionalis
21
21 4.
Ilmu Pengetahuan Sosial: Nasionalis, menghargai keberagaman, berfikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, peduli sosial dan
lingkungan, berjiwa usaha, jujur, kerja keras. 5.
Ilmu Pengetahuan Alam: ingin tahu, berfikir logis, kritis, kreatif dan inovatif, jujur, bergaya hidup sehat, percaya diri, disiplin, mandiri,
bertanggung jawab, peduli lingkungan, cinta ilmu. 6.
Bahasa Inggris: menghargai keberagaman, santun, percaya diri, mandiri, bekerja sama, patuh pada aturan sosial.
7. Seni budaya menghargai: menghargai keberagaman, nasionalis, dan
menghargai karya orang lain, ingin, jujur, disiplin, demokratis. 8.
Penjaskes: Bergaya hidup sehat, kerja keras, disiplin, jujur percaya diri, mandiri, menghargai karya dan prestasi orang lain.
9. TikKetrampilan: Berfikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif,
mandiri, bertanggung jawab, dan menghargai karya orang lain. 10.
Muatan Lokal: Menghargai kebersamaan, menghargai karya orang lain, nasional, peduli.
3. Pendekatan Tematik Integratif
Pendekatan ini tiap pembelajaran tidaklah berdiri sendiri melainkan dipadukan diintegrasikan dengan bahan pembelajaran lain. Pembelajaran di
Sekolah Dasar dengan kurikulum 2013 dilakukan secara Tematik Integratif. Melalui sistem tematik integratif ini, indikator mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial akan mucul di kelas IV, V, dan VI SD. di SD, semua mata pelajaran dilaksanakan dengan tematik
integratif berdasarkan tema-tema yang sudah disusun. Indikator IPA dan IPS mulai muncul di kelas IV hingga VI, tetapi pembelajarannya tetap tematik
integratif, Berdasarkan pola tematik integratif ini, buku-buku siswa tidak lagi dibuat berdasarkan mata pelajaran, tetapi berdasarkan tema yang merupakan
gabungan dari beberapa mata pelajaran yang relevan dengan kompetensi di SD. Dalam pembelajaran yang kreatif, temaik integratif seorang guru mampu
berinteraksi secara efektif dengan siswa, berusaha menciptakan conversation atau percakapan antar guru dan siswa, serta siswa dan siswa lainnya. Karena itu
22
22 dibutuhkan bahan cerita yang dalam kegiatan pembelajaran disebut
pembelajaran tematik integratif. Tanpa mempersiapkan tema yang akan disampaikan sulit bagi siswa untuk memiliki imajinasi dan interaksi dangan
guru. Bagaimana menciptakan pembelajaran tematik integratif:
1 Tema yang akan dibawakan dalam pembelajaran harus memiliki muatan
rasa ingin tahu siswa.
Tema tersebut harus mencerminkan nilai-nilai kehidupan, ilmu pengetahuan, bermakna dan gaya kompetensi mengajar.
2 Tema harus didesain untuk membangun solusi dari konflik yang
disampaikan
Seorang guru harus mampu menggugah rasa ingin tahu siswa dengan pembukaan yang menarik.
3 Kemampuan mendengar dan menyimak guru lebih diutamakan daripada
berceramah.
Komponen terpenting dari pembelajaran tematik integratif dan integrative adalah kemampuan mendengar dan menyimak dari
seorang guru guna mengikuti alur daya serap dan daya kritis siswa. Pembelajaran tematik integratif menjadi menarik dikarenakan ada
konflik atau problem yang ingin disampaikan. 4.
Pendekatan Saintifik a. Pengertian Pendekatan Saintifik
National Science Teacher Association NSTA mendefinisikan pendekatan ini sebagai belajarmengajar sains dan teknologi dalam konteks pengalaman
manusia. Pendidikan sains pada hakekatnya merupakan upaya pemahaman, penyadaran, dan pengembangan nilai positif tentang fenomena alam dan
sosial yang meliputi produk dan proses. Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara
aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati
untuk mengidentifikasi
atau menemukan
masalah, merumuskan
masalah, mengajukan
atau merumuskan
hipotesis,
23
23 mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik
kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan. Kemendikbiid,2013 Bahan Ajar Pengelolaan Pembelajaran
Tematik Terpadu Pendekatan Saintifik adalah konsep dasar yang mewadahi,
menginspirasi, menguatkan, dan melatari pemikiran tentang bagaimana metode pembelajaran diterapkan berdasarkan teori tertentu. Memberikan
konsepsi tersendiri bahwa pendekatan ilmiah scientific appoach dalam pembelajaran didalamnya mencakup komponen: Mengamati, Menanya,
Menalar, Mencoba Mencipta, Menyajikan Mengkomunikasikan. Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas suatu atau beberapa
fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya.Untuk dapat disebut ilmiah, metode
pencarian method of inquiry harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip
penalaran yang spesifik. Karena itu, metode ilmiah umumnya memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi atau ekperimen,
mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian memformulasi, dan menguji hipotesis.
b. Tujuan Pendekatan Saintifik Pendekatan saintifik adalah untuk memberikan pemahaman kepada
peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah bahwa informasi bisa berasal darimana saja, kapan saja,
tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karen itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta
didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu.
Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan
pendekatan saintifik adalah: 1
untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan
24
24 berpikir tingkat tinggi siswa.
2 untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu
masalah secara sistematik. 3
terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan.
4 diperolehnya hasil belajar yang tinggi.
5 untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam
menulis artikel ilmiah. 6
untuk mengembangkan karakter siswa.
c. Ruang Lingkup Pendekatan Saintifik Penerapan
pendekatan saintifik
dalam pembelajaran
melibatkan keterampilan proses seperti: Mengamati, Mengklasifikasi, Mengukur,
Meramalkan, Menjelaskan, dan Menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses-proses tersebut, bantuan guru diperlukan. Akan tetapi bantuan guru
tersebut harus semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya siswa atau semakin tingginya kelas siswa.
5. Penilaian Otentik
a Pengertian Penilaian Otentik
Penilaian otentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan anak didik
melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan Tepat bahwa tujuan pembelajaran dan kemampuan
kompetensi telah benar-benar dikuasai dan dicapai. Penilaian otentik harus mencerminkan masalah dunia nyata, bukan
dunia sekolah. Menggunakan berbagai cara dan kriteria holistik kompetensi utuh merefleksikan pengetahuan, keterampilan dan sikap. Penilaian otentik
tidak hanya mengukur apa yang diketahui oleh peserta didik, tetapi lebih menekankan mengukur apa yang dapat dilakukan oleh peserta didik. Dalam
penilaian otentik guru harus memiliki wawasan yang luas tentang pengalaman
maupun permasalahan-permasalahan
kehidupan nyata.
25
25 Wawasan ini dapat dimiliki oleh guru dengan cara rajin membaca
lingkungan sekitar, buku, dan media-media cetak lainnya yang dapat menunjang dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini guru
dapat memberikan contoh-contoh pengalaman kehidupan yang mungkin dapat dipecahkan oleh peserta didik. Apa yang dapat dilakukan oleh peserta
didik, itulah yang menjadi dasar pijakan dalam penilaian otentik. b
Berkesinambungan Tujuan dari penilaian ialah untuk mendapatkan gambaran yang utuh
mengenai perkembangan hasil belajar peserta didik, memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil terus menerus dalam bentuk penilaian proses,
dan berbagai jenis ulangan secara berkelanjutan ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, atau ulangan kenaikan kelas.
c Berdasarkan acuan kriteria
Kemampuan peserta didik tidak dibandingkan terhadap kelompoknya, tetapi dibandingkan terhadap kriteria yang ditetapkan, misalnya ketuntasan
minimal yang ditatapkan oleh satuan pendidikan masing-masing
d
Mengunakan teknik penilaian yang bervariasi Teknik penilaian yang dapat dipilih dapat berupa tertulis, lisan, produk,
portofolio, ujuk kerja, proyek pengamatan, dan penilaian diri. e
Tujuan Penilaian 1.
Penelusuran keeping track, yaitu untuk menelusuri agar proses pembelajaran anak didik tetap sesuai dengan rencana.
2. Pengecekan checking-up, yaitu untuk mengecek adakah kelemahan-
kelemahan yang dialami anak didik dalam proses pembelajaran. 3.
Pencarian finding-Out,yaitu untuk mencari dan menemukan hal-hal yang menyebabkan terjadi kelemahan dan kesalahan dalam proses
pembelajaran. 4.
Penyimpulan summing-up yaitu untuk menyimpulkan apakah anak didik telah menguasai seluruh kompetensi yang ditetapkan dalam
kurikulum atau belum,
26
26 f
Ruang lingkup Ruang lingkup penilaian dalam kurikulum 2013 terdapat tiga
komponen utama, yaitu penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Ketiga komponen tersebut dilaksanakan dengan menggunakan teknik dan
instrumen penilaian yang berbeda-beda, tetapi berimbang dan fungsi saling melengkapi antara satu dengan yang lain. Hasil dari penilaian ketiga
komponen tersebut dapat dijadikan sebagai tolok ukur dalam menetukan keberhasilan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran.
Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup:
penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulang tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat
kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolahmadrasah, yang diuraikan sebagai berikut.
6. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran
1 Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu mata pelajaran atau tema tertentu yang mencakup kompetensi inti, kompetensi dasar, materi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus merupakan suatu yang pokok dalam kegiatan pembelajaran.
Sebab, silabus digunakan sebagai bahan acuan dalam membuat dan mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran dikelas. dengan adanya
silabus, seorang pendidik dapat mengetahui bagaimana ia akan melaksanakan pembelajaran yang baik, efektif dan efisien sehingga apa yang
menjadi standar kompetensi lulusan yang ditetapkan dapat tercapai maksimal.
a. Pengertian Silabus Istilah silabus dapat didefinisikan sebagai garis besar, ringkasan,
ikhtisar, atau pokok-pokok isi atau materi pelajaran Salim, 1987 : 98. Silabus digunakan untuk menyebut suatu produk pengembangan
27
27 kurikulum berupa penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi dan
kemampuan dasar yang ingin dicapai, dan pokok-pokok serta uraian materi yang perlu dipelajari siswa dalam mencapai standar kompetensi
kemampuan dasar. b. Ruang Lingkup Silabus
Ruang lingkup silabus adalah bagian-bagian yang terdapat dalam silabus yang menjadi gambaran umum bentuk materi yang harus
diajarkan kepada peserta didik. Silabus dikembangkan menjadi lebih spesifik lagi dalam format perencanaan pembelajaran. Dalam kurikulum
2013, disebutkan bahwa silabus mencakup kompetensi inti, kompetensi dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi
waktu, dan sumber belajar. Cakupan kompetensi inti hingga sumber belajar merupakan ruang lingkup silabus yang telah ditetapkan oleh
pemerintah. Pengembangan
silabus dikembangkan
oleh satuan
pendidikan lingkungan dengan memperhatikan kompetensi maupun kebutuhan daerah tersebut. Mengenai ruang lingkup silabus dapat
dijelaskan sebagai berikut. c.
Kompetensi Inti Kompetensi adalah tingkat kemampuan untuk mencapai standar
kompetensi lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas atau program.
d. Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar adalah kemampuan untuk mencapai kompetensi inti yang harus diperoleh peserta didik melalui pembelajaran.
e. Materi pembelajaran
Materi pembelajaran ialah setiap materi ajar akan disampaikan kepada peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Materi pembelajaran harus
mengacu pada kompetensi inti dan kompetensi dasar yang telah ditentukan. Sebab materi pembelajaran dibuat untuk mencapai standar
kompetensi lulusan.
28
28 f.
Kegiatan pembelajaran Kegiatan pembelajaran adalah proses interaksi antar-peserta didik,
antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Kemudian dapat pula dimaknai sebagai pelaksanaan
pembelajaran dengan mengacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat guna untuk mencapai standar kompetensi yang
ditentukan. g.
Penilaian Penilaian ialah proses pengumpulan dan pengolahan informassi untuk
mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. penilaian berfungsi untuk memantau proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar
peserta didik secara berkesinambungan. Penilaian dapat dilakukan dengan berbagai teknik, meliputi: tes tertulis, observasi, tes praktik, dan
penugasan perorangan atau kelompok. h.
Alokasi waktu Alokasi waktu adalah beban waktu yang diberikan untuk setiap
kompetensi yang akan dicapai. Alokasi waktu tersebut ditentukan berdasarkan keluasan materi yang diajarkan.
i. Sumber Belajar
Sumber belajar adalah rujukan, objek, dan bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Sumber belajar dapat berupa media cetak
dan elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik,alam, sosial, dan budaya.
2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP
a Pengertian RPP
Rencana pelaksanaan pembelajaran atau yang dikenal dengan istilah RPP merupakan suatu bentuk perencanaan pembelajaran yang akan
dilaksanakan oleh pendidik dalam kegiatan pembelajaan. Pendidik mampu memperhatikan secara cermat baik, materi, penilaian alokasi
waktu, sumber belajar, maupun metode pembelajaran, yang akan digunakan sehingga secara detail kegiatan pembelajaran sudah tersusun
29
29 secara rapi dalam perencanaan pelaksanaan pembelajaran.
Menurut Permendikbud No.65 tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menegah disebutkan bahwa Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran RPP adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk
mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar KD. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
RPP merupakan suatu rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi
dasar yang ditetapkan dalam satandar isi dan jabarkan dalam silabus. Mulyasa, 2017: 212. Menyebutkan bahwa Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran merupakan scenario pembelajaran yang menjadi pegangan bagi guru untuk menyiapkan, menyelenggarakan, dan mengevaluasi hasil
kegiatan belajar dan pembelajaran. Ginting,2010: 224. Mengatakan bahwa maksud Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran RPP dalam kurikulum 2013, yaitu penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran untuk setiap muatan
pembelajaran. Ketiga ungkapan di atas secara umum memiliki maksud dan
tujuan yang sama. Dengan ungkapan yang berbeda, definisi-definisi yang ditawarkan merupakan seperangkat rencana atau scenario dalam
melaksanakan pembelajaran. Dimana dalam perencanaan tersebut adalah penjabaran dari kompetensi inti dan kompetensi dasar yang selanjutnya
dibuat meteri pembelajaran lengkap dengan metode, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran.
Kesemuanya disusun dengan jelas, sistematis, dan akuntabel sehingga mudah dipahami dan diaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran.
b Prinsip pengembangan RPP
Penyusunan maupun pengembangan RPP harus dilakukan dengan cermat dan memerhatikan prinsip-prinsip yang telah ditentukan. Rencana
30
30 Pelaksanaan Pembelajaran yang baik ialah perencanaan pembelajaran
yang dapat memuat dan merangkum seluruh materi yang akan disampaikan beserta metode dan penilaian yang digunakan, lalu
mencantumkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai supaya pembelajaran dapat berjalan sesuai arah yang telah ditentukan.
c Ruang lingkup RPP
Mengacu pada permendikbud No.81A tahun 2013 tentang implementasi
Kurikulum 2013,
bahwa rencana
pelaksanaan pembelajaran adalah rencana pembelajaran yang dikembangkan secara
rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus. RPP mencakup; 1 Data Sekolah, Mata Pelajaran, Dan
KelasSemester; 2 Meteri Pokok; 3 Alokasi Waktu; 5 Materi Pembelajaran; Metode Pembelajaran; 6 Media, Alat, Dan Sumber
Belajar; 6 Langkah-Langkah Pembelajaran; 7 Penilaian.Ketuju komponen tersebut merupakan ruang lingkup RPP kurikulum 2013.
3 Lembar Kerja Siswa
Ratna Wilis Dahar 1986 menyatakan bahwa LKS adalah lembar kerja yang berisikan informasi dan interaksi dari guru kepada siswa agar
dapat mengerjakan sendiri suatu aktifitas belajar, melalui praktek atau penerapan hasil-hasil belajar untuk mencapai tujuan intruksional.
a. menyusun skema pemecahan masalah atau membuat desain,
b. mencatat data hasil pengamatan, dan
c. lembar diskusilatihan kerja siswa.
Penggunaan LKS
disesuaikan dengan
pendekatanmetode pembelajarannya, dapat di depan atau di belakang kegiatan pembelajaran.
Pada pendekatan saintifik yang menekankan pentingnya proses inkuiri, LKS digunakan di awal pembelajaran. Guru mengemukakan persoalan yang akan
dikaji, membagi LKS, dan siswa melakukan kegiatan belajar sesuai petunjuk kerja dalam LKS. Hasil belajar hasil pengamatan dicatat didalam
tabel atau lembar pengamatan dialam LKS. siswa berdiskusi sesuai
31
31 pertanyaan yang ada dalam LKS dan menuliskan hasilnya di dalam LKS.
Hasil belajar ini dipresentasikan di kelas dan dibahas bersama oleh seluruh siswa. Kelompok lain mungkin menemukan hal-hal yang berbeda. Guru
memberi kesempatan siswa melakukan elaborasi dan kemudian memberi konfirmasi atas hasil belajar kelas tersebut, lalu menutup kegiatan
pembelajaran.
4 Penilaian
a. Pengertian Penilaian
Dalam Kamus Behasa Indonesia, penilaian diartikan sebagai proses, cara, atau pembuatan nilai. Nilai di sini dapat berupa angka maupun
deskripsi yang diberikan untuk mengetahui kualitas suatu produk tertentu. Bila dihubungkan dalam dunia pendidikan, nilai digunakan untuk
mengukur kemampuan peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. istilah penilaian sering juga disebut dengan assessment.
Menurut Kemendikbud, penilaian adalah proses mengumpulkan informasibukti melalui pengukuran, menafsirkan, mendeskripsikan, dan
menginterprestasi bukti-bukti hasil pengukuran. Kemudian penilaian dapat dimaknai pula sebagai suatu kegiatan untuk memberikan berbagai
informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil yang telah dicapai siswa. Pendapat lain menyebutkan penilaian
sebagai suatu proses monitoring terhadap serangkaian aktivitas pembelajaran berfokus pada proses untuk memantau aktivitas setiap saat
supaya memperoleh pemahaman menyeluruh sehingga dapat menetukan langkah untuk pemilihan strategi pembelajaran berikutnya Febru A,
2011: 4-5. Kata menyeluruh mengandung makna bahwa penilaian tidak hanya ditujukan penguasaan salah satu bidang tertentu saja, tetapi
mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai- nilai. Penilaian harus berupa angka semata, tetapi dapat berupa deskripsi yang
menjelaskan tentang kemampuan peserta didik secara menyeluruh dalam bentuk yang sistematika dan mudah dipahami oleh orang lain.
32
32
B. Penelitian yang Relevan