air dalam gel. Propilen glikol merupakan cairan jernih, tidak berwarna yang mempunyai sifat kenyal, cairan tak berbau, dengan rasa manis, yang sedikit tajam
seperti gliserin. Propilen glikol dapat digunakan sebagai pelarut, ekstraktan, pengawet, humektan dan disinfektan pada berbagai sediaan parenteral maupun
nonparenteral. Selain itu propilen glikol digunakan sebagai pengawet antimikroba, disinfektan, humektan, plasticizer, pelarut, agen penstabil, kosolven larut air.
Propilen glikol lebih mudah melarutkan beberapa senyawa daripada gliserin seperti kortikosteroid, fenol, sulfa, alkaloid, vitamin A dan D. Pada sediaan gel
propilen glikol dapat digunakan sebagai humektan pada kisaran konsentrasi 15. Pada suhu dingin, propilen glikol bersifat stabil dalam kontainer tertutup
sedangkan pada suhu tinggi dan dalam keadaan terbuka akan teroksidasi menjadi propionaldehid, asam laktat, asam piruvat, dan asam asetat. Propilen glikol akan
tetap stabil jika ditambahkan dengan etanol 95 dan gliserin atau air Rowe, et al., 2009.
Gambar 4. Struktur Propilen glikol
H. Uji Siklus Freeze and Thaw Test
Uji siklus atau yang sering disebut uji freeze and thaw merupakan metode uji yang paling disarankan untuk jenis sediaan berbasis liquid atau
semisolid. Tujuan dari uji ini adalah untuk mengetahui stabilitas suatu sediaan dalam pengaruh suhu yang bervariasi. Prinsip uji ini umumnya adalah dengan cara
mengukur parameter sifat fisik sediaan dengan peningkatan suhu ekstrim -10
o
C –
25
o
Csuhu kamar selama minimal 3 siklus. Jika sediaan mampu melewati tahap ini maka sediaan dianggap stabil Kolhe et.al, 2012.
Pada skala industri, uji freeze thaw merupakan salah satu uji yang penting untuk dilakukan. Alasan dilakukannya pengujian freeze thaw adalah untuk
menunjukkan bahwa sediaan stabil selama masa distribusi maupun penyimpanan sediaan Kolhe, et.al, 2012.
I. Desain Faktorial
Desain faktorial biasa digunakan untuk mendapatkan efek dari berbagai faktor atau kondisi terhadap suatu penelitian. Desain faktorial merupakan aplikasi
persamaan regresi yaitu teknik untuk memberikan model hubungan antara variabel respon dengan satu atau lebih variabel bebas. Level merupakan nilai atau
tetapan untuk faktor. Dalam desain faktorial perlu ditetapkan level yang diteliti meliputi level rendah dan tinggi untuk mengetahui faktor yang berpengaruh
terhadap hasil penelitian Bolton, 1990.
Tabel I. Desain Faktorial dengan Dua Faktor dan Dua Level Armstrong dan James, 1996
Eksperimen Faktor A
Faktor B 1
- -
A +
- B
- +
AB +
+ PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Desain faktorial sering menggunakan notasi dua level yaitu level tinggi dan level rendah. Faktor yang berada di level tinggi dilambangkan dengan „+‟,
sedangkan yang berada di level rendah dilambangkan dengan „-„ Armstrong dan James, 1996.
J. Landasan Teori
Daun binahong diketahui memiliki berbagai kandungan yang bermanfaat dan dipercaya memiliki khasiat untuk mengobati jerawat. Kandungan daun
binahong yang berperan sebagai agen antiacne atau antijerawat adalah flavonoid. Flavonoid memiliki beberapa mekanisme pengobatan antiacne salah satunya
adalah menghambat pertumbuhan beberapa bakteri penyebab infeksi jerawat yaitu P.acne dan S. epidermis Prijayanti et.al, 2012 dengan ekstrak metanol seri
konsentrasi dilusi 5-0,3125. KBM dengan fraksi kloroform untuk 2,5 bv terhada S. epidermidis dan 1,25 bv terhadap P. acnes. Pada penelitian tersebut
dipercaya bahwa saponin, fenol, dan flavonoid memiliki aktivitas terhadap S. epidermidis sedangkan flavonoid terhadap P. acnes.
Ekstrak daun binahong perlu diformulasikan menjadi suatu sediaan gel agar acceptable dan mudah diaplikasikan. Sediaan dalam bentuk gel mempunyai
kelebihan yaitu dapat bertahan dalam waktu lama, memiliki penampilan yang baik, dan mampu memberikan kecepatan tinggi dalam melepaskan obat dan
absorbsi pada pengobatan kulit sehingga sediaan gel cocok untuk pengobatan antiacne.
Dalam sediaan gel, gelling agent dan humektan merupakan dua komponen yang memegang peranan penting dalam mempengaruhi sifat fisik dan
stabilitas gel. Sifat fisik meliputi viskositas dan daya sebar gel, sedangkan stabilitas meliputi pegeseran viskositas sediaan gel. Gelling agent yang digunakan
adalah Carbopol dan humektan yang digunakan adalah propilen glikol. Oleh karena itu, optimasi untuk menentukan komposisi gelling agent dan humektan
diperlukan untuk mendapatkan sifat fisik dan stabilitas gel yang optimum. Aplikasi desain faktorial digunakan untuk menentukan area optimum komposisi
gelling agent dan humektan yang digunakan. Carbopol ketika ditambahkan ke air akan terdispersi dan sebagian akan
terurai membentuk ikatan dengan air berupa ikatan hidrogen. Carbopol yang akan seluruhnya terurai harus ditambahkan oleh suatu neutralizing agent seperti TEA
untuk membentuk massa gel. Netralisasi mengionisasi molekul Carbopol,
menghasilkan muatan negatif di sepanjang struktur backbone polimer, dan tolakan elektrostatik yang dihasilkan menciptakan struktur tiga dimensi diperpanjang yang
menyebabkan terbentuknya massa gel yang padat. Banyaknya Carbopol dapat menentukan viskositas dari suatu sediaan topikal. Penambahan Carbopol dapat
meningkatkan viskositas, sementara pengurangan Carbopol dapat menurunkan viskositas
Allen, 2004 . Dengan kata lain, Carbopol berperan dalam menentukan
respon viskositas dan daya sebar karena viskositas memiliki korelasi dengan daya sebar. Viskositas dari sediaan topikal yang mengandung gelling agent Carbopol
mulai stabil pada pH 6-11 Rowe et.al, 2009. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Carbopol merupakan gelling agent yang dapat memodifikasi sifat alir dan viskositas serta dapat menjadi agen penstabil suatu sediaan topikal. Penggunaan
Carbopol sebagai gelling agent yang baik adalah antara range 0,5-2,0 Rowe et.al, 2009. Berdasarkan teori tersebut, Carbopol akan menghasilkan area
optimum dalam rentang 0,5-2,0. Propilen glikol merupakan humektan yang juga berpengaruh terhadap
terjadinya swelling dan viskoelastisitas gel. Carbopol yang diformulasikan bersamaan dengan humektan seperti propilen glikol dan gliserin mampu
menghasilkan stabilitas yang baik dengan perbandingan yang tepat. Humektan propilen glikol mampu berikatan dengan air membentuk ikatan hidrogen sehingga
mampu menjerab air, oleh karena itu penggunan kedua humektan ini tidak boleh terlalu besar agar Carbopol masih bisa berikatan dengan air dan dapat menjaga
konsistensi gel untuk Propilen glikol 30. Islam, 2004. Komposisi propilen glikol dalam formulasi dikatakan baik adalah sebesar kurang lebih 15 Rowe
et.al, 2009. Pendapat lain menyatakan bahwa propilen glikol dapat menjadi humektan yang baik dalam komposisi 5 dari sediaan. Penggunaan humektan
yang terlalu tinggi akan menyebabkan air dalam sediaan berinteraksi seluruhnya dengan propilen glikol dan membentuk ikatan hidrogen, bahkan kelembaban kulit
saat diaplikasikan dapat kehilangan kelembabannya dan dapat mengalami dehidrasi. Namun, apabila konsentrasi propilen glikol terlalu kecil maka dapat
dikhawatirkan kandungan air dalam sediaan tidak dapat dijaga Aulton, 2007 .
Berdasarkan tiga teori di atas, maka area optimum propilen glikol akan berada pada rentang penggunaan kurang lebih 5-30. Berdasarkan teori-teori tersebut
maka propilen glikol perlu dioptimasi, oleh karena itu, rentang level 5-30 yang digunakan dalam orientasi pada penelitian kali ini.
K. Hipotesis