29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Determinasi Tanaman
Tanaman yang akan digunakan dalam penelitian ini dideterminasi terlebih dahulu dengan tujuan memastikan kebenaran dari tanaman yang
digunakan dalam penelitian. Determinasi dilakukan dengan mengacu literatur yaitu pada Weeds of Australia, 2011. Proses determinasi yaitu dengan
mencocokan ciri morfologi tanaman dengan kunci determinasi. Hasil determinasi menunjukkan bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah benar
daun Binahong batang merah Anredera cordifolia Ten. Steenis. Pembuktian kebenaran dari tanaman yang digunakan juga diperkuat dengan adanya surat
determinasi tanaman yang dikeluarkan oleh Laboratorium Kebun Tanaman Obat Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Lampiran 1 dan surat keterangan
tanaman dari Merapi Farma.
B. Pembuatan Ekstrak Jernih Daun Binahong
Proses ekstraksi dimulai dengan menimbang 100 gram serbuk daun Binahong. Serbuk ditaburkan ke dalam beaker yang sebelumnya telah berisi
etanol 96 dan stirrer. Serbuk dipanaskan dalam mantle heater di atas magnetic stirrer, suhu mantle heater dikontrol pada suhu 50
o
C-60
o
C. Setelah 90 menit, beaker diangkat dan stirrer dikeluarkan. Ekstrak disaring dengan corong buchner.
Ditambahkan 5 akuades ke dalam beaker berisi filtrat. Penambahan akuades 5 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ini bertujuan untuk memperkuat aliran listrik dari power supply sehingga plat alumunium dapat memecah Mg dalam senyawa klorofil dengan lebih cepat
sehingga warna hijau pekat ekstrak cair dapat menjadi semakin jernih. Metode elektrolisis digunakan untuk memecah klorofil agar mendapatkan
ekstrak cair yang lebih cerah. Ekstrak cair yang memiliki warna lebih cerah diharapkan mampu meningkatkan estetika sediaan yang merupakan sediaan
kosmetik antiacne. Selain itu, dengan memiliki sediaan gel yang cerah maka pengamatan stabilitas kimia terhadap perubahan warna menjadi lebih jelas dan
mudah. Meskipun demikian, dalam penelitian kali ini ternyata metode ini dapat menurunkan jumlah flavonoid.
Cairan penyari dalam proses pembuatan ekstrak adalah pelarut yang optimal untuk menyari senyawa kandungan yang berkhasiat, dengan demikian
senyawa tersebut dapat terpisah dari bahan dan dari senyawa lainnya dalam simplisia tersebut Voigt, 1994. Dasar pemilihan etanol sebagai pelarut karena
etanol dapat menghambat kerja enzim sehingga dapat meminimalkan terjadinya reaksi enzimatik dengan cara denaturasi enzim misal: hidrolisis flavonoid, selain
itu etanol 96 juga dapat mengambil komponen aktif target flavonoid secara optimal dan selektif dalam mengekstraksi komponen di dalam bahan simplisia
juga mampu melepaskan senyawa klorofil sehingga dapat dipecah oleh plat alumunium secara optimal Pribadi, 2009. Menurut US Pharmacopeial
Convention, 2015 flavonoid larut dalam etanol. Flavonoid jenis flavonol seperti quercetin, larut dalam air Balentine et,al, 1997. Pada pemilihan pelarut, tidak
digunakan air atau etanol dengan kepekatan yang lebih rendah dikarenakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
penambahan air mempercepat penguapan larutan ekstraksi karena air merupakan penghantar listrik yang baik dan mampu mempercepat pemanasan selama proses
elektrolisis sehingga klorofil belum terpecah secara maksimal dan ekstrak masih belum jernih padahal diharapkan ekstrak yang diperoleh lebih jernih Pribadi,
2009. Hasil yang diperoleh dari ekstraksi ini sebesar 125 ml, berwarna kuning kehijauan namun jernih dengan rendemen 2,3375 gram.
Penetapan kadar total flavonoid secara kuantitatif dilakukan oleh pihak LPPT UGM. Metode penetapan kadar yang digunakan adalah spektrofotometri
visibel. Berdasarkan laporan hasil uji yang dikeluarkan oleh pihak LPPT UGM, diperoleh kadar flavonoid sebesar 1,87 bv bahan basah dengan pembanding
quercetin. Penetapan kadar ini digunakan agar mengetahui di dalam sediaan gel nanti terdapat flavonoid yang diharapkan memberikan efek antiacne. Quercetin
termasuk dalam golongan flavonoid, sehingga dapat digunakan sebagai parameter pembanding uji kuantitatif flavonoid. Untuk penelitian selanjutnya, dapat
digunakan penetapan kadar flavonoid dengan menggunakan metode KLT yang lebih selektif.
C. Orientasi Level Kedua Faktor Penelitian