Menyediakan alternatif pembelajaran sains yang memperhatikan
aspek budaya dan mengintegrasikannya dalam pembelajaran Sains
Sebagai referensi bagi guru dan calon guru agar nantinya dalam merencanakan pembelajaran sains hendaknya juga memperhatikan
budaya lokal siswa. b.
Bagi siswa
Selain siswa dapat belajar Sains yang diadopsi dari Barat Sains Barat siswa juga dapat belajar Sains dari lingkungan budayanya
sendiri.
Siswa akan lebih dapat menghargai budaya lokalnya sendiri dan mengkaji pengetahuan lokal.
c. Bagi peneliti
Dapat mendorong untuk melaksanakan penelitian Sains berbasis
budaya lokal yang lain atau di daerah yang berbeda sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
BAB II LANDASAN TEORI
Dalam pengembangan pembelajaran sains IPA disekolahsering digunakan teori psikologi yang berakar pada konstruktivisme individu
personal constructivism dan perspektif sosiologi yang bertumpu pada
konstruktivisme sosial social contructivism. Namun demikian pembelajaran dapat
juga dikembangkan
melalui kajian
teoriantropologi anthropological perspective.
Kajian ini mencoba melihat proses pembelajaran sains
disekolah dengan
latarbelakang budaya
masyarakat sekitar
Maddock,Coberndan Aikenhead dalam Wahyudi,2008. Bentuk pembelajaran dalam perspektif antropologidilakukan dengan
mengintegrasikan pengalaman atau bahan yang akan dipelajari yang terkait dengan konsep pengetahuan,kepercayaan,adat-istiadat dan kemampuan serta kebiasaan
yang telah dimiliki sebelumnya oleh siswa atau masyarakat. Dalam perspektif antropologi, pembelajaran yang diselenggarakan disekolah dapat dipandang
sebagai proses transmisi budaya sehingga proses pembelajaran dikelas diibaratkan sebagai suatu proses eksplorasi pengetahuan bersama antara guru dan siswa Gerts
dalam Wahyudi,2008. Melalui integrasi budaya, sebagai suatu sistem nilai atau tatanan masyarakat, budaya lokal digunakan dan diintegrasikan dalam
pembelajaran. Budaya lokal dapat terdiri dari antara lainpengetahuan.Kepercayaan, kesenian,moral, keilmuan, hukum, adat-istiadat serta kebiasaan yang didapat oleh
manusia masyarakat setempat yang menjadi ciri khas didaerah tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembelajaran berbasis budaya
lokal merupakan proses aktif yaitu pembelajaran yang mampu menjembatani
perpaduan antar budaya siswa atau masyarakatnya dengan budaya ilmiah disekolah sains. Dalam pembelajaran seperti ini terjadisuatu fenomenologi didaktis
didactical phenomenology yang tidak lain berupa proses belajar tentang konsep-
konsep, prinsip-prinsip, dan materi-materi Sains dimana para siswa belajar dengan bertolak dari masalah fenomena kontekstual yang lekat budaya, yaitu masalah-
masalah dalam dunia nyata atau masalah-masalah yang terdapat di daerah tersebut Johnson dalam Suastra, 2010.
A. Teori Perspektif Sosiokultural Vygotsky
1. Teori Sosiokultural
Vygotsky berpendapat bahwa aktivitas manusia terjadi dalam setting kultural dan dapat dipahami secara terpisah dari setting tersebut Woolfolk,
2009:68.Suatu aktivitas di masyarakat merupakan interaksi antara orang yang satu dengan yang lainnya yang disebut dengan interaksi sosial.Dan
interaksi sosial lebih dari sekedar pengaruh sederhana pada perkembangan kognitif.Interaksi sosial sebenarnya menciptakan struktur kognitif dan
proses berpikir kita Palincsar, 1998 dalam Woolfolk, 2009:68. Vygotsky berpendapat bahwa setiap fungsi perkembangan kultural anak
muncul dua kali, pertama-tama ditingkat sosial dan kemudian ditingkat individual kemudian pertama-tama diantara orang interpsikologis dan
kemudian dalam diri anak intrapsikologis