Hari kedua Proses Belajar Mengajar Di Kelas

Jadi secara tidak langsung siswa menyebutkan 2 hal tentang fase – fase bulan yaitu secara ilmiah dan secara pengetahuan lokal masyarakat. Pada saat peneliti menjelaskan materi pelajaran siswa mendengarkan apa yang dijelaskan oleh peneliti walaupun ada beberapa siswa yang berbicara dengan teman sebangkunya dengan menggunakan bahasa dayak. Siswa yang lainnya menegur supaya mendengarkan apa yang dijelaskan oleh peneliti. Keadaan kelas pada saat peneliti mulai menjelaskan semakin tenang dan tidak ada yang ribut di dalam kelas. Setelah dijelaskan baru siswa mulai mengerti bagaimana perbedaan fase bulan yang di jelaskan secara sains dan secara pengetahuan lokal masyarakat. Akan tetapi di dalam kelas ada salah satu siswa yang memang bukan dari suku dayak akan tetapi walaupun bukan berasal dari suku dayak dia sangat memperhatikan apa yang dijelaskan. Siswa tersebut berkata jika dalam bahasa dayak mungkin agak susah mengatakannya karena nama –nama dari fase bulan menurut orang dayak sangat susah jika orang lain yang diluar dari suku dayak. Akan tetapi dia mengatakan bahwa sangat bagus dan menarik walaupun sulit menyampaikannya dalam bahasa dayak Benuaq, tetapi dia menjadi tahu tentang fase –fase bulan berdasarkan pengetahuan suku dayak Benuaq walaupun dia bukan berasal dari suku dayak. Melihat hasil yang didapatkan oleh siswa yang di tuliskan di papan tulis dari hasil wawancara yang mereka lakukan secara berkelompok, kemudian peneliti menjelaskan bagaimana fase –fase bulan berdasarkan pengetahuan lokal masyarakat dan bagaimana fase bulan dijelaskan secara sains.Peneliti menjelaskan fase –fase bulan berdasarkan pengetahuan lokal kepada siswa yang sesuai dengan urutan fase bulan dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Kemudian setelah selesai menjelaskan fase – fase bulan berdasarkan pengetahuan lokal masyarakat, peneliti kemudian menjelaskan juga tentang fase –fase bulan berdasarkan pengetahuan secara sains dan menuliskan fase –fase bulan yang sesuai dengan urutannya yang benar.Adapun fase –fase bulan berdasarkan pengetahuan lokal masyarakat ada delapan fase dan berdasarkan pelajaran sains juga ada delapan fase. Jadi keduanya memiliki kesamaan yaitu jumlah fase nya sama. Kemudian peneliti menjelaskan juga tentang bagaimana perbedaan antara konsep budaya yaitu pengetahuan lokal masyarakat disekitar dengan konsep sains. Adapun konsep fase –fase bulan berdasarkan pengetahuan lokal masyarakat lebih menjelaskan tentang umur –umur bulan sedangkan secara sains lebih menjelaskan fase –fase bulan berdasarkan bentuk bulan secara bertahap. Setelah selesai melakukan proses belajar –mengajar peneliti menanyakan kembali kepada siswa apakah ada yang masih belum dimengerti. Akan tetapi siswa mengatakan mereka sudah mengerti. Dan tidak ada siswa yang bertanya setelah selesai proses pembelajaran. Kemudian peneliti memberikan tes tertulis kepada siswa untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa tentang fase bulan yang telah dijelaskan baik dari pengetahuan lokal masyarakat dan dari pengetahuan sains. Pada proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti, peneliti hanya menjelaskan tentang fase –fase bulan yaitu tentang jumlah pengelompokan fase –fase bulan dan juga nama berdasarkan urutan fase– fase bulan baik berdasarkan pengetahuan lokal dan pengetahuan sains. Pada proses pembelajaran yang dilakukan baik pada hari pertama maupun kedua semua belum dijelaskan secara optimal. Ada banyak yang belum bisa dijelaskan oleh peneliti seperti perhitungan tentangfase – fase bulan baik dari pengetahuan lokal maupun pengetahuan ilmiah juga bentuk dari kenampakan tiap –tiap fase bulan. Karena pada saat awal melakukan penelitian peneliti belum tahu topik apa yang akan dijadikan bahan rancangan pembelajaran didalam kelas dan juga walaupun berasal dari daerah tersebut peneliti juga belum terlalu mengenal budaya yang ada didaerahnya sendiri karena jarang terlibat dalam setiap acara atau kegiatan yang dilakukan oleh suku dayak benuaq didaerah tersebut. Seharusnya sebagai peneliti dan berhubungan peneliti pada penelitian ini adalah suku dayak sendiri harusnya mengenal dulu budayanya sendiri agar pada proses wawancara semakin lancar dan peneliti mengerti topik apa yang akan di rancang dalam pembelajaran sains dikelas. Selain peneliti siswa juga harus mengenal budaya yang ada dilingkungan sekitarnya.Jika siswa belum mengenal maka tugas seorang peneliti yaitu sebagai calon pendidik bersama –sama mengenali dulu budaya secara lengkap agar dalam proses pembelajaran didalam kelas dapat berjalan dengan lancar.

4. Hasil Tes data hasil tes tertulis terlampir

Setelah selesai mempraktekkan desain pembelajaran berdasarkan pengetahuan lokal masyarakat terhadap pembelajaran sains disekolah maka peneliti memberi tes tertulis yang berkaitan dengan pembelajaran tersebut dengan materi fase-fase bulan guna mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa mengenai pembelajaran sains yang berkaitan dengan pengetahuan lokal masyarakat atau yang ada dilingkungan para siswa tersebut.Pada hari kedua siswa yang hadir berjumlah 19 orang dari 28 orang. Jumlah siswa yang mendapat skor nilai yang berdasarkan dari interval skor dan kualifikasi nilai adalah: Tabel 4.5 : Jumlah skor nilai yang dihasilkan berdasarkan jumlah siswa Interval skor Kualifikasi nilai Jumlah siswa orang Jumlah siswa 88 – 100 Sangat baik 1 orang 5,26 74 – 87 Baik 5 orang 26,31 60 – 73 Cukup 7 orang 36,84 50 – 59 Kurang 1 orang 5,26 1 – 49 Sangat kurang 5 orang 26,31

D. Pembahasan

Berdasarkan landasan teori dimana peneliti dan beberapa ahli pendidikan ingin mencoba melihat proses pembelajaran sains berdasarkan latarbelakang budaya masyarakat di sekitar. Peneliti yang juga sebagai calon guru mencobakan hal yang sama dan ingin melihat proses pembelajaran sains berdasarkan latarbelakang budaya siswa. Pembelajaranini adalah dengan menghubungkan bahan yang dipelajari di sekolah dengan budaya setempat yaitu tentang budaya suku dayakbenuaqyang didasarkan pada konsep pengetahuan, kepercayaan, adat- istiadat dan kemampuan serta kebiasaan yang telah dimiliki sebelumnya oleh peserta didik. Pembelajaran sains berbasis budaya lokal adalah suatu rancangan pembelajaran yang mengintegrasikan budaya, dimana siswa diharapkan dapat belajar dengan budayanya. Belajar dengan budaya Terjadi pada saat budaya diperkenalkan kepada siswa sebagai cara atau metode untuk mempelajari suatu mata pelajaran tertentu. Karena setiap siswa membawa pengetahuan awal yang sudah dimilikinya ke dalam setiap proses belajar yang harus ditambahkan, diperbaharui dan dimodifikasi oleh suatu informasi baru yang di jumpai dalam proses pembelajaran. Akan tetapi proses belajar yang dilakukan di sekolah dilakukan secara sistemik yaitu proses pengembangan pembelajaran yang terjadi karena dikendalikan oleh kurikulum. Jadi proses belajar sudah ada yang mengatur oleh karena itu pembelajaran yang dilakukan di sekolah terkondisikan atau telah direncanakan secara sistematis. Akan tetapi pendidikan sains di Indonesia khususnya di Kutai Barat Kalimantan Timur belum memperhatikan dan belum mengakomodasikan keragaman budaya masyarakat setempat oleh para pengembang kurikulum sains di Sekolah. Yang seharusnya para pengembang kurikulum di daerah dapat memperhatikan keragaman budaya masyarakat dayak sebagai inspirasi dalam membuat suatu rancangan pembelajaran. Karena di Kabupaten Kutai Barat khususnya di SMP N 32 Sendawar, daerahnya masih sangat kental dengan tradisi, adat – istiadat dan mayoritas penduduknya adalah suku dayak. Tradisi budaya dayak mempunyai banyak potensi pengetahuan lokal yang beberapa ditemukan relevan dalam bidang pendidikan yaitu pada proses pembelajaran sains di kelas. Penelitian tentang budaya dayak menunjukkan bahwa di budaya dayak memiliki konsep tentang sains yang layak dan dapat di integrasikan ke dalam pembelajaran di sekolah. Beberapa dari hasil wawancara tersebut banyak yang dapat di sarankan untuk di integrasikan dalam pembelajaran di kelas khususnya pelajaran sains.Dengan demikian selain belajar sains dalam konteks budaya, siswa juga di dalam kehidupan masyarakat tradisional dapat belajar sains melalui pengetahuan lokal yang diperoleh dari lingkungan budaya tempat tinggal siswa tersebut. Pada pembelajaran sains berbasis budaya lokal dengan materi fase-fase bulan, ditekankan bahwa guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengekspresikan pikiran –pikirannya mengenai sains tradisional yang diketahui.Siswa harus aktif bertanya untuk menemukan sendiri pengetahuan lokal yang ada didaerahnya yang dapat dibawa dalam pembelajaran sains di kelas. Pada proses pembelajaran ini guru mengakui keberadaan siswa yang berada pada lingkungan budaya tradisional. Pembelajaran ini mengakomodasi latarbelakang dan pengetahuan awal yang dimiliki oleh siswa yang diperoleh dari lingkungan budayanya.Pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk bebas bertanya, bereksplorasi, berbuat salah dan pada akhirnya dapat membuat kesimpulan tentang hal –hal yang beragam dalam kehidupannya yaitu dalam konteks pengetahuan lokal. Kajian materi tentang fase – fase bulan, ada budaya lokal yang relevan dengan proses belajar sains dan bisa dipelajari. Budaya lokal dapat kita pelajari melalui literatur yang ada kaitannya dengan budaya lokal dapat pula dari informasi di lingkungan sekitar.Informasi dapat kita temukan dari tokoh –tokoh masyarakat yang mengenal tentang budaya lokal setempat.Namun sebelumnya guru dan siswa belum tahu bahwa ada beberapa dari budaya lokal yang dapat dipelajari dalam pembelajaran sains.Pemahaman guru tentang budaya diperlukan dan dapat dikembangkan melalui wawancara kepada tokoh masyarakat yang mengenal tentang budaya lokal. Dalam proses pembelajaran guru melakukan hal yang sama untuk siswanya. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk melakukan wawancara dengan materi yang sudah disiapkan yaitu tentang fase – fase bulan. Dalam proses pelaksanaan penelitian, bagi peneliti sangat tidak mudah untuk mengintegrasikan budaya lokal yaitu pengetahuan lokal ke dalam proses belajar sains. Di mana tugas seorang guru adalah sebagai perantara budaya. Sebelum guru mencobakan rancangan pembelajaran tentang pengetahuan lokal, guru harus mengetahui dan mengenal terlebih dahulu tentang budaya lokal yang nantinya dapat diintegrasikan kedalam pembelajaran sains. Sebagai perancang suatu desain pembelajaran guru juga sebagai pembimbing dan pemandu siswa dalam proses pembelajaran. Dengan demikian sebelum mengenalkan pembelajaran yang berbasis budaya lokal guru harus mengenali budaya yang relevan dengan pembelajaran sains terlebih dahulu. Persoalan mendasar bagi guru dalam mengintegrasikan budaya lokal kedalam pembelajaran sains didalam kelas yaitu siswa cenderung tidak mampu melintas batas budayanya Cultural Broker di mana latar belakang budaya siswa menjadi salah satu faktor pembatas bagi siswa untuk memahami konsep –konsep sains.Hal ini nampak saat guru bertanya siswa tidak tahu tentang fase –fase bulan baik dalam pelajaran sains maupun pengetahuan lokal. Berdasarkan hasil penelitian yang didapat dengan pembelajaran yang berbasis budaya lokal dengan materi fase –fase bulan pada siswa kelas VIII semester 2 Di SMP N 32 Sendawar.Tes tertulis digunakan untuk melihat sejauh