Belajar Tentang Budaya Pembelajaran berbasis budaya

budayaakan memperkaya pengetahuan mereka sendiri dan akan semakin mengenal budaya siswa itu sendiri. Siswa semakin memahami konsep sains dengan lebih baik dan akhirnya dapat melestarikan budaya tradisional siswa itu sendiri. Dalam hal pengertian akan makna sebuah pengetahuan, pengetahuan didasarkan pada nilai-nilai dasar, keyakinan dan paradigma. Pengetahuan perlu dikembangkan untuk mengetahui ciri dan ruang lingkup pengetahuan baik modern dan tradisional. Dalam pemahaman ini, banyak dilakukan upaya untuk memecahkan masalah kesulitan siswa dalam memahami konsep sains barat yaitu dengan cara mendekatkan sains pada konteks lingkungan budaya anak. Sejalan dengan hal di atas, Gandhi dalam Pandey, 2002, Djulia 2005 juga menegaskan bahwa pengetahuan lokal dan sains formal diperlukan untuk mengembangkan pengetahuan baik itu pengetahuan lokal maupun pengetahuan yang didapatkan dari sains formal. Dari berbagai penelitian-penelitian pendidikan tentang pengaruh budaya dalam pembelajaran sains yang diikuti dengan beberapa model-model pembelajaran yang cocok untuk melaksanakan isi kurikulum yang dikembangkan yang berbasis budaya lokal Hardoyo, 2007. Dari berbagai penelitian-penelitian dan saran-saran dalam menggunakan PBM sains yang berbasis budaya lokal maka Goerge dalam Hardoyo,2007 menyarankan pendidik memperhatikan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengajar sains yang berbasis budaya lokal yaitu: 1. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengekspresikan pikiran-pikirannya untuk mengakomodasi konsep-konsep atau keyakinan yang dimiliki dan yang berakar pada budayanya yang relevan dengan konsep sains. 2. Menjelaskan kepada siswa contoh-contoh konsep-konsep atau keyakinan yang dimiliki termasuk keganjilan atau keajaiban yang sebenarnya dapat dijelaskan berdasarkan konsep-konsep sains. 3. Mendorong siswa untuk aktif bertanya. 4. Mendorong siswa untuk membuat serangkaian skema-skema tentang konsep yang dikembangkan selama proses pembelajaran. Berdasarkan saran-saran tersebut George dalam Hardoyo, 2007 guru diharapkan memiliki pandangan bahwa pendidikan sebagai tempat untuk memberdayakan potensi siswa dalam usaha menguasai konsep-konsep yang diajarkan yang dalam banyak hal sudah dialami dan diyakini siswa melalui pengalaman kesehariannya. Dengan kata lain bukan dimaksudkan untuk mengenalkan konsep sains yang seolah-oleh baru. Dalam cara demikian pembelajaran diarahkan pada perubahan konsepsi pada siswa. Driver dalam Wahidin, 2006 menyusun model pembelajaran yang disebut dengan model perubahan konsep Conceptual Change Model. Model pembelajaran ini terdiri dari lima fase, yaitu : 1.Fase Orientasi, memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi konsep- konsep sains yang berkembang di dalam budaya masyarakat, kemudian siswa diminta untuk mengeluarkan konsepsi mereka. 2.Fase Elisitas , memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengekspresikan konsep-konsep awal yang dimiliki siswa.