2. Zona Perkembangan Proksimal
Pada titik perkembangan tertentu, ada masalah-masalah tertentu, pada saat anak berada pada ambang mampu mengatasi dan sebagian lainnnya
berada diluar jangkauan kemampuan anak. Zona perkembangan proksimal adalah wilayah tempat anak tidak dapat menyelesaikan suatu masalah
sendirian, dan anak dapat berhasil jika dengan bantuan bimbingan orang dewasa atau dengan berkolaborasi dengan teman sebayanya yang lebih maju
Woolfolk,2009:77. Vygotsky meyakini bahwa anak-anak mengikuti contoh – contoh yang diberikan oleh orang dewasa dan secara bertahap
mengembangkan kecakapannya untuk melakukan tugas-tugas tertentu tanpa dengan bantuan pendampingan dari orang lain Suyono dan Hariyanto,
2011:113 B.
Pengertian Budaya dan Sains
Sebelum memaparkan keterkaitan antara budaya lokal dengan pembelajaran sains, maka akan dipaparkan dahulu pengertian umum tentang
budaya. Sapardi 2008:119 memaparkan bahwa kebudayaan secara etimologi berasal dari bahasa Sansekerta: buddayah yaitu bentuk jamak dari kata buddhi yang
berarti budi atau akal,dalam konteks ini kebudayaan diartikan sebagai perbuatan atau hal-hal yang berkaitan dengan akal-budi .
Sementara itu Van Baal lihat dalam Sapardi 2008:122 menjelaskan
bahwa kulturkebudayaan dapat digunakan dengan dua cara :pertama, secara
umum untuk menunjukkan apa saja yang diperoleh manusia dengan cara belajar dan pengembangannya dalam pengetahuan,kelembagaan,kebiasaan,keterampilan
dan seterusnya. Kedua, sebagai suatu istilah yang mencakup kesemuanya untuk
menunjukkan bentuk kehidupan secara total dari para anggota suatu kelompok tertentu. Dalam cara pertama orang berbicara tentang satu kultur tertentu, sedang
cara kedua adalah penggunaan yang paling konkrit,karena kultur hanya ada sebagai kultur dari suatu kelompok tertentu.Pendapat lain tentang budaya yaitu pendapat
Goodenough dalam Sapardi 2008: 122 menjelaskan bahwa kebanyakan definisi dan pemakaiannya telah mengaburkan perbedaan penting antara pola untuk
perilaku dengan pola dari perilaku. Dalam kenyataannya para antropologi berbicara tentang dua tatanan
semesta yang sangat berbeda dalam menggunakan istilah budaya: 1.
Budaya secara teratur yang merupakan kekhususan suatu kelompok manusia tertentu. Dalam pengertian ini,budaya telah mengacu pada
kedalaman fenomena benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang bisa diamati didaerah tertentu.
2. Budaya dipakai untuk mengacu pada sistem pengetahuan dan
kepercayaan yang disusun sebagai pedoman manusia dalam mengatur pengalaman dan persepsi mereka,menetukan tindakan dan memilih
diantara alternatif yang ada. Pengertian budaya yang demikian mengacu pada dunia gagasan.
Sains yang merupakan pengetahuan yang didapatkan dengan menggunakan metode ilmiah.Dalam aspek kebudayaan, Aikenhead dan Cobern
1998, memaparkan bahwa sains sendiri adalah merupakan sub-budaya dari kebudayaan
Barat.Selanjutnya dalam
pandangan antropologi
budaya,pembelajaran sains dapat dianggap sebagai transmisi budayaWollcot dalam Aikenhead dan cobern,1998.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa sains merupakan bagian proses dari budaya,yaitu pada sistem pengetahuan yang dimiliki manusia melalui proses
belajar. Dan belajar sains juga merupakan belajar tentang kebudayaan,khususnya sub-budaya atau sistem budaya barat Setiawan,2008.
Proses belajar unsur-unsur kebudayaan asing oleh warga suatu masyarakat,dilakukan
melalui proses
akulturasi dan
asimilasi Koentjaraningrat,1990.Pada pembelajaran sains, yang merupakan sub-budaya
barat,sains dianggap sebagai budaya asing yang bila dipelajari oleh warga masyarakat bukan barat warga masyarakat dengan budaya lokal juga akan
terjadi sebuah proses belajar kebudayaan melalui proses akulturasi dan asimilasi. Dalam proses belajar tersebut, siswa dengan kebudayaan tertentu dihadapkan
dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing sehingga unsur-unsur dari kebudayaan asing perlahan
–lahan akan diterima dan diolah kedalam kebudayaannya sendiri Koentjaraningrat,1990.
Pada pembelajaran di kelas, siswa-siswa dengan suatu sistem pengetahuan tertentu pengetahuan lokal dihadapkan dengan sistem pengetahuan
asing mata pelajaran sains dalam proses belajar di kelas. Unsur –unsur pelajaran
sains perlahan-lahan diterima dan diolah tanpa mengakibatkan hilangnya kepribadian kebudayaan lokal. Dalam proses ini akulturasi budaya yang terjadi
dalam kelas harus menjadi perhatian. Dalam pembelajaran di kelas dapat terjadi proses penerimaan dan penolakan oleh siswa yang tentunya sudah mempunyai
sistem pengetahuan sendiri pengetahuan lokal terhadap pengetahuan sains sistem pengetahuan asing. Bila terjadi penerimaan oleh siswa terhadap sistem
pengetahuan asing sehingga dapat terjadi akulturasi budaya,maka proses tersebut disebut dengan proses asimilasi Koentjaraningrat,1990. Penerimaan itu akan