21
persamaan ungkapan dan gagasan dengan nabi-nabi itu. Bahasa yang dipakai kitab sehabis masa pembuangan di Babel Guinan, 2002: 403
Kitab Ayub dipilih berdasarkan refleksi mengenai problem penderitaan, terlebih hal yang menyangkut penderitaan orang benar Robini, 1998: 18.
Pengarang Ayub merenungkan nasib orang benar yang menderita. Menurut pendapat tentang pembalasan di bumi yang beredar di kalangan umum, nasib
semacam itu sangat absurd. Inilah yang pengarang refleksikan. Pengarang sepertinya mempunyai kepekaan yang sangat besar terhadap penderitaan kaum
lemah miskin, tersingkir dan difabel yang ada di jamannya. Mungkin yang menjadi pertanyaannya saat itu, mengapa orang yang sudah susah hidupnya harus semakin
menderita oleh penyakit dan akhirnya binasa, sedangkan orang congkak dengan bebasnya menikmati hidup berkelimpahan harta dan uang? Ternyata para cendekia
dan orang yang dianggap cerdas berusaha memberikan kejelasan mengenai realitas ini, tidak membuat hati si pengarang merasa puas Kushner, 1987 : 45.
Dikarenakan ketidakpuasannya tersebut si pengarang yang mempunyai kemampuan intelektual dan jiwa seni yang hebat ini akhirnya menulis sebuah sajak
filosofis yang panjang sesuai dengan pergulatan hatinya sendiri mengenai persoalan mengapa Allah membiarkan hal-hal buruk menimpa orang-orang benar.
Sajak yang reflektif ini muncul dalam Alkitab bernama Kitab Ayub Kushner, 1987 : 45.
Pengarang yang hidup antara abad ke-6 dan ke-4 sebelum M., bermaksud untuk memperlihatkan kekeliruan kepercayaan tradisional, bahwa dalam dunia
inilah segala kebaikan dan kejahataan sudah mendapat ganjaran dari Allah Heuken, 2004: 166.
22
3. Waktu Penulisan
Sangat sulit menentukan kapan pastinya Kitab Ayub muncul. Beberapa ahli menempatkannya dalam konteks pembuangan di Babel, ada juga ahli yang
mengaitkannya dengan peperangan dan kekacauan yang menimbulkan kehancuran Yehuda dan Yerusalem sekitar tahun 587 SM. Ada yang mengatakan bahwa kitab
Ayub ditulis sekitar masa-masa Yesaya dan Yeremia hidup. Pada umumnya, buku ini diakui telah ditulis sekitar tahun 600-400 SM. Pendapat inilah yang sering
dijadikan suatu acuan, tetapi kepastiannya tidak ada Robini, 1998: 29.
B. Struktur Penulisan Kitab Ayub
Struktur menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti cara sesuatu disusun atau dibangun, atau berarti juga susunan atau bangunan yang dapat
memberikan petunjuk bagi kita untuk lebih dalam mempelajari keberadaan sesuatu. Dalam hal ini penulis akan mengajak kita untuk melihat struktur kisah
dalam Kitab Ayub. Jadi pertanyaannya adalah seperti apakah struktur Kitab Ayub? Dapat dikatakan struktur kitab adalah kerangka dari seluruh rangkaian yang
ada dalam kitab tersebut. Maka dengan melihat struktur kitab, setidaknya keutuhan isi dapat diketahui. Mengenai struktur penulisan Kitab Ayub, Weiden menuliskan
bahwa prolog-epilog Ayub bukan suatu cerita rakyat saja, melainkan hasil karya seorang pengarang yang melalui skematisasi itu ingin memberikan kesan “luar
biasa” kepada kisahnya. Ke-luar-biasa-an yang dimaksud adalah menunjukan bagaimana Allah berkarya dalam diri Ayub atau peristiwa hidup manusia terutama
peristiwa penderitaan, dan ini diperlihatkan secara menyeluruh oleh Kitab Ayub Weiden, 1995 : 109.
23
Secara garis besar, Kitab Ayub terbagi dalam tiga bagian utama. Bagian pertama yakni prolog Ayb 1-2, bagian kedua adalah bagian dialog yang
memaparkan pembicaraan antara Ayub dan teman-temannya, termasuk Ellihu. Dapat dikatakan ini merupakan bagian puisi yang didramakan Ayb 3-42:7.
Sedangkan bagian ketiga dari kitab ini adalah bagian epilog Ayb 42: 8-17 yang berbentuk prosa sama seperti pada prolog Robini, 1998: 23. Penulis membuat
gambarnya, sbb:
Secara lebih mendetail, untuk semakin memberi kejelasan pada pembaca, penulis memaparkan pemikiran Marvin H. Pope dalam buku yang disusun oleh
Robini.M., dan H. J. Suhendra, di mana dia membagi Kitab Ayub dalam 5 bagian utama, berikut gambar dan uraiannya:
1. Prolog
Pada bagian prolog, tokoh Ayub diperkenalkan. Bisa jadi bagian ini adalah bagian yang paling diketahui banyak orang dibandingkan dengan bagian-bagian
yang lain. Pada bagian prolog Ayub dikenal sebagai orang yang jujur, benar dan takut akan Allah, dan ia menjauhkan diri dari segala hal yang tidak baik Ayb 1:
10. Kitab Ayub mengisahkan seorang yang bernama Ayub. Ia berasal dari Uz.
Ayub adalah seorang konglomerat pada zamannya, dia ayah dari tujuh anak laki- Prolog
Dialog Epilog
Kitab Ayub
Prolog 1-2
Dialog 3-31
Yahwe 38:1-42:6
Prolog 42:7-17
Elihu 32-37
24
laki, dan tiga anak perempuan; angka-angka yang menggambarkan kesempurnaan Atkinson, 1974: 19. Ia adalah sosok orang yang setia, taat, saleh, jujur, benar,
takut akan Allah, sekaligus menjauh dari larangan Allah Ayb 1: 1; 2: 3. Dia sangat terkenal paling kaya diantara semua orang di sebelah timur Ayb 1: 3.
Tiba-tiba ia dicobai iblis dengan sepengetahuan atau izin dari Allah Ayb 1:12 Weiden: 199: 72. Percobaan tersebut menerpa dirinya satu demi satu. Hartanya
musnah tak berbekas, anak-anaknya diambil oleh Allah dari dirinya Ayb 1: 15- 19.
a. Allah di Awal Penderitaan Ayub
Karakter Ayub pada bagian prolog adalah gambaran Ayub sebagai orang saleh yang sabar dan bijaksana, cara hidup dan penghayatan imannya mendapat
perhatian khusus dari dewan surgawi dan Allah juga memuji kesalehan Ayub Ayb 1: 8. Ada tiga percobaan yang dialami oleh Ayub. Percobaan pertama: Iblis yang
datang bersama-sama dengan dewan-dewan surgawi menantang iman Ayub di hadapan Allah Ayb 1: 9, “Apakah dia menyesali perbuatan baik yang telah dia
lakukan sebelumnya? Bagaimana motivasi Ayub menjadi hamba Allah? apakah ada motif ingin mendapatkan timbal balik dari Allah? dan bagaimana sikap Ayub
dalam menanggapi penderitaan yang ditimpakan pada dirinya dan orang lain, bila menurutnya kenyataan tidak sesuai dengan paradigmanya? Apakah Ayub cukup
sabar dengan penderitaan yang menimpa dirinya dan orang lain secara tidak adil?. Percobaan kedua: atas sepengetahuan dan izin dari Allah, Iblis menimpakan
penderitaan pada Ayub dengan tujuan untuk menguji kesetiaan Ayub Ayb 1: 12. Kedua: Ayub yang telah kehilangan seluruh harta dan anak-anak yang
dikasihinya, tetap menunjukan kesetiaannya kepada Allah Ayb 1: 20. Percobaan ketiga: iblis mempengaruhi Allah supaya memberi izin untuk mencobai Ayub
25
kembali Ayb 2:5, dan Allah pun meng-iya-kan. Namun demikian, Allah masih berbelaskasih pada Ayub, Ia tidak mengizinkan Iblis mengambil nyawa Ayub
Ayb 2:6. Pada bagian ini kita diajak untuk melihat bagaimana sikap Ayub dalam
menanggapi cobaan atas dirinya. Tiga bentuk cobaan di atas, sekaligus menjadi pertanyaan untuk mengantar kita untuk melihat lebih jelas bagaimana Ayub
menghadapi penderitaan yang menimpanya. Ayub telah membuat penilaian bahwa Allah memberikan sejahtera pada
orang jahat dan menimpakan penderitaan pada orang yang benar seperti dirinya, yang berkeyakinan kuat tidak melakukan perbuatan yang sekiranya dapat membuat
Allah murka, menghujat Allahpun Ayub tidak pernah. Ayub tidak pernah menyesali bahwa dia dulu adalah hamba Tuhan yang saleh dan berbelas kasih
kepada sesama terutama kaum miskin, lemah, dan tersingkir yang hidup disekitarnya. Sehubungan dengan cobaan Ayub yang pertama, hal ini menunjukan
keberhasilan Ayub mengatasinya dengan baik Robini, 1998: 49. Sama halnya dengan cobaan yang kedua, Ayub juga berhasil mengatasinya.
Awalnya iblis beranggapan bahwa Ayub berbuat baik semata-mata hanya untuk mendapatkan ganjaran yang baik dari Allah. Setan meragukan Ayub adalah hamba
Allah yang setia, karena menurutnya Ayub akan meninggalkan Allah dan mengutuk-Nya apabila Ayub tidak diberkati dan mendapatkan kelimpahan harta
dan kebahagiaan. Dan hal itu diperjelaskan oleh doktrin ortodoks “siapa yang berbuat baik akan diberi ganjaran dari Tuhan”. Namun dalam kisah Ayub, dia
tetaplah orang benar, jujur, takut akan Allah dan menjauhi larangan Allah. Ayub tetap menjadi anak Allah meskipun berbagai penderitaan seperti kehilangan
26
anaknya, harta musnah dan kesehatan memburuk, Ayub tidak pernah berpikir untuk meninggalkan Allah Ayb 1: 21-22.
Dalam dialog, Ayub tidak pernah berkata seperti ini: “Baiklah sebab seseorang yang mengabdi kepada Tuhan tidak akan memperoleh apa-apa, maka
aku akan mengutuk Allah. Sekaligus tidak bersedia menjadi hamba-Nya lagi.” Namun yang terjadi adalah sebaliknya, tetap berpegang teguh pada imannya akan
Allah Robini, 1998: 50.
b. Peran Iblis yang Tersembunyi
Penulis akan membagi penderitaan akibat iblis menjadi dua bagian. Pembagian ini lebih dikarenakan oleh serangan iblis terhadap diri Ayub;
maksudnya karena Ayub diserang Iblis dua kali. Dari situ kita langsung dapat mengatakan bahwa ada dua jenis musibah yang terjadi dan akan diuraikan secara
lebih jelas dalam pembahasan berikut:
1 Musibah yang Pertama
Musibah pertama adalah musibah yang menimpa Ayub pertama kali dikarenakan oleh serangan Iblis Ayb 1: 13 - 19. Dalam musibah ini, Ayub
mengalami peristiwa mengerikan yang menimpa hidupnya. Peristiwa-peristiwa itu adalah: serangan orang syeba yang merampas lembu, sapi, keledai-keledai dan
membunuh penjaganya dengan mata pedang Ayb 1: 14 - 15; api turun dari langit membakar habis kambing domba dan penjaga-penjaganya Ayb 1: 16 ; serbuan
orang-orang Kasdim yang membentuk tiga pasukan terhadap unta-unta dan merampas serta memukul penjaganya dengan mata pedang Ayb 1: 17; dan tiupan
angin ribut dari seberang padang gurun ke rumah tempat anak-anak Ayub berkumpul dalam pesta hingga rumah itu roboh menimpa mereka Ayb 1: 18 - 19.
27
Bila kita perhatikan, peristiwa-peristiwa yang terjadi di atas, tidak secara langsung menimpa diri Ayub secara pribadi. Dalam serangan ini Ayub hanya
mendengar berita dari para penjaga atau pembantunya saja. Dengan demikian penderitaan Ayub akibat serangan Iblis ini menimpa Ayub tidak secara langsung.
Maksudnya, derita itu tidak terkena langsung pada diri Ayub namun tetap saja ia merasa sedih karena mendengar berita tersebut.
Peristiwa-peristiwa yang terjadi di atas berlangsung secara berturut-turut. Tidak ada jeda waktu di antara peristiwa yang satu dan yang lain. Hal ini
dinyatakan dengan ungkapan penjaga atau pembantunya. Seperti yang dituliskan di sana: “Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain dan berkata:…”,
yang diulang tiga kali Ayb 1: 16-18. Dengan demikian menjadi jelas bahwa peristiwa itu terjadi sangat singkat. Peristiwa ini menggambarkan bagaimana Ayub
seakan-akan tidak sempat menarik nafas sebelum peristiwa baru didengarkannya. Musibah pertama oleh serangan Iblis ini sangat dahsyat; dalam waktu yang
singkat Iblis berhasil menghancurkan seluruh harta dan anak-anak yang dikasihinya. Mengenai hal ini, Weiden mengatakannya sebagai kemalangan yang
tidak memberikan waktu untuk refleksi” 1995: 110. Dengan waktu singkat seperti itu, dapat dibayangkan bagaimana Ayub diam terpaku memandang kosong.
Dia tidak menyangka bahwa peristiwa tragis tersebut menimpa keluarganya dengan waktu yang singkat tanpa jeda sedikitpun. Mungkin saja hal tersebut dapat
dihubungkan dengan reaksi spontan Ayub yang mengoyak pakaiannya dan mencukur kepalanya, dst Ayb. 1 : 20.
Dari seluruh peristiwa mengerikan karena serangan Iblis, Ayub mampu bertahan pada keyakinannya akan kuasa Allah. Hal ini terlihat dalam ungkapan
berikut: “Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang