Tujuan Penulisan Manfaat Penulisan
20
mengakui bahwa si pengarang adalah orang beriman yang mungkin memiliki pengalaman yang sama dengan Ayub tokoh dalam tulisannya.
Kushner menuliskan bahwa pengaramg kitab Ayub adalah seorang pria yang hidup sekitar tahun 600-400 SM dan tidak ada satu tulisan sejarahpun yang
mengetahui nama pria tersebut. Sejak saat itu, pria tanpa kejelasan nama atau identitas jelas ini telah menyuguhkan karya yang luar biasa bagi kehidupan umat
manusia Kushner, 1987 : 45. Banyak ahli melihat bahwa pengarang Kitab Ayub bukanlah orang Yahudi.
Hal ini dapat dilihat dari tokoh-tokoh yang berperan dalam keseluruhan kisah. Seluruh kisah dan tokoh-tokoh dalam cerita tidak terikat pada suatu budaya
Yahudi semata-mata. Para ahli mengambil kesimpulan bahwa kitab ini bukan ditulis seorang Yahudi. Meskipun pernyataan di atas dapat diterima bahwa kitab
tersebut banyak terdapat unsur non-Yahudi, namun kitab ini telah diterima secara umum ditulis oleh orang Yahudi dalam bahasa Ibrani Robini, 1998: 28.
Pengarang kitab Ayub hanya kita kenal melalui karya unggul yang dihasilkannya. Ia pasti seorang Israel yang sering merenungkan tulisan para nabi
dan ajaran para bijaksana. Mungkin sekali ia bertempat tinggal di Palestina. Tetapi dia pasti membuat perjalanan-perjalanan atau malahan tinggal di luar negeri,
khususnya di negeri Mesir. Kita hanya dapat menerka-nerka di zaman mana pengarang hidup. Bagian-bagian prosa sangat serupa dengan ceritera-ceritera
mengenai para bapa bangsa. Kesamaan itu menyebabkan orang di zaman dahulu yakin, bahwa kitab Ayub sama seperti kitab Kejadian ditulis oleh Musa. Tetapi
dugaan itu paling-paling berlaku untuk rangka kitab Ayub saja. Kitab Ayub pasti dikarang sesudah zaman nabi Yeremia dan Yehezkiel. Sebab di dalamnya terdapat
21
persamaan ungkapan dan gagasan dengan nabi-nabi itu. Bahasa yang dipakai kitab sehabis masa pembuangan di Babel Guinan, 2002: 403
Kitab Ayub dipilih berdasarkan refleksi mengenai problem penderitaan, terlebih hal yang menyangkut penderitaan orang benar Robini, 1998: 18.
Pengarang Ayub merenungkan nasib orang benar yang menderita. Menurut pendapat tentang pembalasan di bumi yang beredar di kalangan umum, nasib
semacam itu sangat absurd. Inilah yang pengarang refleksikan. Pengarang sepertinya mempunyai kepekaan yang sangat besar terhadap penderitaan kaum
lemah miskin, tersingkir dan difabel yang ada di jamannya. Mungkin yang menjadi pertanyaannya saat itu, mengapa orang yang sudah susah hidupnya harus semakin
menderita oleh penyakit dan akhirnya binasa, sedangkan orang congkak dengan bebasnya menikmati hidup berkelimpahan harta dan uang? Ternyata para cendekia
dan orang yang dianggap cerdas berusaha memberikan kejelasan mengenai realitas ini, tidak membuat hati si pengarang merasa puas Kushner, 1987 : 45.
Dikarenakan ketidakpuasannya tersebut si pengarang yang mempunyai kemampuan intelektual dan jiwa seni yang hebat ini akhirnya menulis sebuah sajak
filosofis yang panjang sesuai dengan pergulatan hatinya sendiri mengenai persoalan mengapa Allah membiarkan hal-hal buruk menimpa orang-orang benar.
Sajak yang reflektif ini muncul dalam Alkitab bernama Kitab Ayub Kushner, 1987 : 45.
Pengarang yang hidup antara abad ke-6 dan ke-4 sebelum M., bermaksud untuk memperlihatkan kekeliruan kepercayaan tradisional, bahwa dalam dunia
inilah segala kebaikan dan kejahataan sudah mendapat ganjaran dari Allah Heuken, 2004: 166.