Kerangka Pikir HIPOTESIS KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN MODEL

53 untuk anggaran berbasis kinerja dan pengukuran kinerja keuangan instansi yang bersangkutan Nasution, 2004. Dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 PP 82006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, kebutuhan akan penggabungan kedua jenis laporan tersebut cukup terpenuhi. Bahkan Penjelasan PP ini juga menyebutkan perlunya pengintegrasian sistem akuntabilita instansi pemerintah dengan sistem perencanaan strategis, sistem penganggaran, dan sistem akuntansi pemerintahan. Sistem yang sangat terintegrasi tersebut diharapkan dapat menggantikan Inpres 71999.

2.3. Kerangka Pikir

Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu yang telah dikemukakan diatas, maka dapat diambil premis-premis sebagai berikut: Premis I : Salah satu alat ukur yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan daerah adalah dengan menggunakan Rasio Keuangan Daerah Widodo, 2001 Premis II : Fiscal stress yang ditandai dengan krisis ekonomi membawa pengaruh pada kinerja keuangan pemerintah KabupatenKota di propinsi Jawa Timur dalam mengahdapi otonomi daerah Haryadi, 2002 54 Premis III : Tidak stabilnya kinerja keuangan pemerintah KabupatenKota akan mengganggu pelaksanaan otonomi daerah Haryadi, 2002 Premis IV : Kontribusi pendapata asli daerah dalam APBD antara sebelum dan sesudah. Fiscal stress pada propinsi di Indonesia tidak ada perubahan Halim, 2001 Premis V : Salah satu pentingnya pelaporan keuangan pemerintahan daerah dapat digunakan untuk tujuan pengambilan keputusan-keputusan Bastian, 2001 Premis VI : Untuk menciptakan suatu pemerintahan daerah dengan baik, factor keuangan sangat diperlukan karena keberhasilan penyelenggaraan otonomi daerah. Daerah tidak dapat dilepaskan dari cukup tidaknya kemampuan daerah dalam bidang keuangan Kaho, 2001 : 62, dalam Soeratno dan Yunasman, 2002 55 Dari premis diatas, maka dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 2.3 : Keranga pikir

2.4. HIPOTESIS

Berdasarkan dari keranga piker dan landasan teori tersebut dapat dibuat sebuah rumusan hipotesis, yaitu sebagai berikut: 1. Terdapat perbedaan kinerja keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Tulungagung dalam bentuk kemandirian keuangan daerah antara sebelum dan sesudah diberlakukannya anggaran berbasis kinerja. 2. Terdapat perbedaan kinerja keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Tulungagung dalam bentuk aktifitas pemerintah daerah antara sebelum dan sesudah diberlakukannya anggaran berbasis kinerja. Rasio Keuangan Daerah 1. Rasio Kemandirian 2. Rasio Aktivitas 3. Rasio Pertumbuhan Menilai kinerja Keuangan Daerah sebelum dan sesudah otonomi daerah di Kota Tulungagung Sebelum OTODA Sesudah OTODA Uji beda rata-rata 56 3. Terdapat perbedaan kinerja keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Tulungagung dalam bentuk pertumbuhan antara sebelum dan sesudah diberlakukannya anggaran berbasis kinerja. 57

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

3.1.1. Definisi Operasional

Definisi operasional menurut Nazir 1999:152 adalah suatu definisi yang diberikan kepada sesuatu dengan cara memberikan sesuatu dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan sesuatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variable tersebut. 3.1.2.Pengukuran Variabel Variabel yang termasuk dalam penelitian ini adalah : a. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah sebelum diberlakukannya anggaran berbasis kinerja Rasio Kemandirian menunjukkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintah, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan restribusi pada periode sebelum otonomi daerah. Pengukuran dinyatakan dalam satuan prosentase termasuk dalam Skala Rasio. b. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah sesudah diberlakukannya anggaran berbasis kinerja Rasio Kemandirian menunjukkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintah, pembangunan dan pelayanan

Dokumen yang terkait

Analisa Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Pada Pelaksanaan Anggaran Berbasis Kinerja (Studi Kasus: Pemerintah Daerah Kabupaten Labuhanbatu).

2 64 103

Studi Komperatif Pengukuran Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Sebelum dan Sesudah Otonomi Khusus (Studi Kasus Pada Pemerintah Kabupaten Aceh Timur).

1 47 113

Analisis Pengaruh Pemberlakuan Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Deli Serdang

4 90 95

Pengukuran Kinerja Pemerintah Daerah Dalam Era Otonomi Daerah Studi Kasus pada Pemerintah Daeah Kabupaten Tobasa

2 34 104

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH ( Studi kasus pada Pemerintah Daerah Kabupaten Fakfak )

8 37 18

PENGARUH KARAKTERISTIK PEMERINTAH DAERAH TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Empiris Pada Kabupaten/Kota Se-Jawa Tengah).

0 4 16

ANALISIS KINERJA ANGGARAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN OTONOMI ANALISIS KINERJA ANGGARAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH DI KABUPATEN WONOGIRI.

0 1 9

ANALISIS KINERJA ANGGARAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH ANALISIS KINERJA ANGGARAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH DI KABUPATEN SUKOHARJO.

0 0 13

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOYOLALI TAHUN ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOYOLALI TAHUN ANGGARAN 2003-2005.

0 0 16

PENGARUH PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH TERHADAP KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH : Studi Kasus pada Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung.

0 4 54