Analisis Rasio Keuangan Pada Anggaran Pendapatan dan Belanja

41 Pemda Laporan Surplus atau Defisit Anggaran Untuk Periode Yang Berakhir Tanggal 31 Desember 20xx NO. Rek. Keterangan Jumlah Rp Pendapatan : Pendapatan pajak hotel Pendapatan Retribusi pasar Pendapatan laba BUMN Pendapatan bagi hasil pajak dan bukan pajak Pendapatan DAU Total Pendapatan Belanja : Belanja rutin : Biaya perjalanan dinas Biaya Barang Biaya pegawai Biaya sosialisasi akuntansi Jumlah belanja rutin Belanja Pembangunan : Belanja pembangunan pertanian Belanja pembangunan industry Belanja pembangunan agama Jumlah Belanja pembangunan Total Belanja Surplus defisit xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx Gambar 2.2 : Laporan Surplus atau Defisit Anggaran Sumber : Halim, Abdul, 2002, Akuntansi Keuangan Daerah, Penerbit Salemba Empat, Jakarta Hal.5

2.2.7. Analisis Rasio Keuangan Pada Anggaran Pendapatan dan Belanja

daerah APBD 2.2.7.1.Jenis Analisis Rasio Keuangan Analisis keuangan adalah usaha mengidentifikasi cirri-ciri keuangan berdasarkan laporan keuangan yang tersedia. Analisis rasio 42 keuangan pada APBD dilakukan dengan membandingkan hasil yang dicapai dari satu periode dibandingkan dengan periode sebelumnya sehingga dapat diketahui bagaimana kecenderungan yang terjadi. Berdasarkan rasio yang dapat dikembangkan berdasarkan data keuangan yang bersumber dari APBD antara lain : Abdul Halim, 2002 : 120-133 a. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Kemandirian keuangan daerah otonomi fiscal menunjukkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang dilakukan daerah. Kemandirian keuangan daerah ditunjukkan oleh besar kecilnya pendapatan asli daerah dibandingkan dengan pendapatan daerah yang berasal dari sumber yang lain, misalnya bantuan pemerintah pusat atau dari pinjaman. Rasio Kemandirian = pinjaman dan propinsi pusat ah pemer bantuan PAD Daerah Asli Pendapa int tan Rasio kemandirian menggambarkan ketergantungan daerah terhadap sumber dana ekstern. Semakin tinggi rasio kemandirian mengandung arti bahwa tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak ekstern terutama pemerintah pusat dan propinsi semakin rendah, dan demikian pula sebaiknya. Rasio kemandirian juga menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah. 43 b. Rasio Aktivitas Rasio aktivitas ditunjukkan dengan rasio belanja rutin dan rasio belanja pembanggunan. Rasio ini menggambarkan bagaimana pemeintah daerah memproritaskan alokasi dananya pada belanja rutin dan belanja pembangunan secara optimal. Rasio aktivitas ini dapat diformulasikan sebagai berikut : 1. Rasio belanja rutin = APBD Total rutin belanja Total 2. Rasio belanja pembangunan = APBD Total n pembanguna belanja Total c. Debt Service Coverage Ratio DSCR Dalam rangka melaksanakan pembangunan sarana dan prasarana di daerah, selain menggunakan pendapatan asli daerah, pemerintah daerah dapat menggunakan alternative sumber dana lain yaitu dengan melakukan pinjaman, sepanjang prosedur dan pelaksanaannya sesuai dengan peraturan yang berlaku. DSCR merupakan perbandingan antara penjumlahan Pendapatan Asli Daerah PAD, Bagian daerah BD dari Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan BPHTB, penerimaan sumber daya alam dan bagian daerah lainnya. Serta dana alokasi umum setelah dikurangi Belanja Wajib BW,dengan penjumlahan angsuran pokok, bunga dan biaya pinjaman lainnya yang jatuh tempo. 44 DSCR = Pinjaman Biaya Bunga angsuran Pokok Total BW DAU BD PAD      d. Rasio Pertumbuhan Rasio pertumbuhan digunakan untuk mengukur sebesar kemampuan pemerintah daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasilan yang telah dicapai dari periode ke periode berikutnya. Perhitungan adalah tahun anggaran 19981999 sampai dengan tahun anggaran 20032004. Rasio pertumbuhan dapat dirumuskan sebagai berikut : X = 100 x 1 Yrt 1 Yrt Yrt    Halim, 2001 : 135 Keterangan : X = Rasio pertumbuhan yang dinyatakan dalam persen Y rt = Sumber penerimaan dan pengeluaran pada tahun ke-t Y rt-1 = Sumber penerimaan dan pengeluaran pada tahun ke t-1 Hasil analisis keuangan ini selanjutnya digunakan untuk tolak ukur dalam Halim 2001 : 1. Menilai kemandirian keuangan daerah dalam membiayai penyelenggaraan otonomi daerah 2. Mengukur sejauh mana aktivitas pemerintah dalam membelanjakan pendapatan daerah. 3. Mengukur efektifitas dan efisiensi dalam merealisasikan pendapatan daerah. 45 4. Melihat pertumbuhan dan perkembangan perolehan pendapatan dan pengeluaran yang dilakukan selama periode tertentu. Dalam penelitian ini, penelitian ini hanya menggunakan analisis rasio keuangan sebagai variable dalam pengukuran kinerja keuangan pada pemerintah daerah kota Tulungagung, yaitu: a. Rasio kemandirian keuangan daerah b. Rasio aktivitas c. Rasio pertumbuhan

2.2.8. Otonomi Daerah dan Desentralisasi

Dokumen yang terkait

Analisa Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Pada Pelaksanaan Anggaran Berbasis Kinerja (Studi Kasus: Pemerintah Daerah Kabupaten Labuhanbatu).

2 64 103

Studi Komperatif Pengukuran Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Sebelum dan Sesudah Otonomi Khusus (Studi Kasus Pada Pemerintah Kabupaten Aceh Timur).

1 47 113

Analisis Pengaruh Pemberlakuan Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Deli Serdang

4 90 95

Pengukuran Kinerja Pemerintah Daerah Dalam Era Otonomi Daerah Studi Kasus pada Pemerintah Daeah Kabupaten Tobasa

2 34 104

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH ( Studi kasus pada Pemerintah Daerah Kabupaten Fakfak )

8 37 18

PENGARUH KARAKTERISTIK PEMERINTAH DAERAH TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Empiris Pada Kabupaten/Kota Se-Jawa Tengah).

0 4 16

ANALISIS KINERJA ANGGARAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN OTONOMI ANALISIS KINERJA ANGGARAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH DI KABUPATEN WONOGIRI.

0 1 9

ANALISIS KINERJA ANGGARAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH ANALISIS KINERJA ANGGARAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH DI KABUPATEN SUKOHARJO.

0 0 13

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOYOLALI TAHUN ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOYOLALI TAHUN ANGGARAN 2003-2005.

0 0 16

PENGARUH PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH TERHADAP KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH : Studi Kasus pada Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung.

0 4 54