35
anggaran daerah secara umum dari era pra reformasi ke era pasca reformasi, yaitu:
1. Dari vertical accountability menjadi horizontal countability
2. Dari traditional budget menjadi performance budget
3. Dari pengendalian dan audit keuangan ke pengendalian dan audit
keuangan dan kinerja 4.
Lebih menerapkan konsep value for money 5.
Penerapan pusat pertanggungjawaban 6.
Perubahan sistem akuntansi keuangan pemerintah
2.2.5. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah
2.2.5.1. Pengertian Kinerja Keuangan
Dalam organisasi sektor publik, setelah adanya operasional anggaran, langkah selanjutnya adalah pengukuran kinerja untuk menilai
prestasi, dan akuntabilitas organisasi dan manajer dalam menghasilkan pelayanan pubilk yang lebih baik. Akuntabilitas yang merupakan salah
satu ciri dari terapan good governance bukan hanya sekedar kemampuan menunjukkan bagaimana menunjukkan bahwa uang publik tersebut telah
dibelanjakan secara ekonomis, efisien, dan efektif Mardiasmo 2002:121.
Ekonomis terkait dengan sejauh mana organisasi sektor publik dapat meminimalisir input resources yang digunakan yaitu dengan
menghindari pengeluaran yang boros dan tidak produktif. Efisiensi
36
merupakan perbandingan outputinput yang dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan. Sedangkan efektif merupakan
tingkat pencapaian hasil program dengan target yang telah ditetapkan, yang merupakan perbandingan perbandingan outcome dengan output
Mardiasmo 2002:4. Adapun arti dari penilaian kinerja menurut Vista 2002:28 yang
dikutip dari Mulyadi 1993:419, yaitu penentuan secara priodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawan
berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya . Dan menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri nomor 29
tahun 2002 tentang pedoman pengurusan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah serta tata cara penyusunan anggaran
pendapatan dan belanja daerah, pelaksanaan tata usaha keuangan daerah dan penyusunan perhitungan anggaran pendapatan dan belanja daerah
APBD, bahwa tolak ukur kinerja merupakan komponen lainnya yang harus dikembangkan untuk dasar pengukuran kinerja keuangan dalam
sistem anggaran kinerja.
2.2.5.2. Analisa Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah
Analisa keuangan menurut Halim 2001:127 merupakan sebuah usaha mengidentifikasi ciri-ciri keuangan berdasarkan laporan keuangan
yang tersedia. Sedangkan pada pasal 4 PP nomor 58 tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan daerah menegaskan bahwa keuangan daerah
37
dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan
memperhatikan asas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat. Berdasarkan penjelasan pasal 4 PP nomor 58 tahun 2005 yang
dimaksud dari efisien merupakan pencapaian keluaran yang maksimum dengan masukan tertentu atau penggunaan masukan terendah untuk
mencapai keluaran tertentu; ekonomis merupakan pemerolehan masukan dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada tingkat harga yang rendah;
efektif merupakan pencapaian hasil program dengan target yang telah ditetapkan, yaitu dengan cara membandingkan keluaran dengan hasil;
transparan merupakan prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-
luasnya tentang keuangan daerah; sedangkan bertanggung jawab merupakan perwujudan kewajiban seseorang atau satuan kerja untuk
mempertanggung jawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Kemampuan pemerintah daerah dalam mengelola keuangan
dituangkan dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah APBD yang baik secara langsung maupun tidak langsung memcerminkan kemampuan
pemerintah daerah dalam membiayai pelaksanaan tugas-tugas pemerintah, pembangunan dan pelayanan sosial masyarakat, yang dapat
38
dianalisis menggunakan analisa rasio keuangan terhadap APBD Halim 2001:126.
Masih menurut Halim 2001:127 penggunaan analisis rasio pada sektor publik, khususnya terhadap APBD belum banyak dilakukan,
sehingga secara teori belum ada kesepakatan secara bulat mengenai nama dan kaidah pengukurannya. Adapun kinerja keuangan pemerintah daerah
itu sendiri diukur berdasarkan pada Halim 2001:127: 1.
Tingkat kemandirian keuangan daerah Ukuran ini menunjukkan kemampuan keuangan pemerintah daerah
dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat , yang diukur dengan rasio Pendapatan
Asli Daerah PAD terhadap jumlah bantuan pemerintah pusatpropinsi dan pinjaman
2. Tingkat ketergantungan
Tingkat ketergantungan disini akan mengukur tingkat kemampuan daerah dalam meningkatkan PAD, yang diukur dengan rasio antara
PAD dengan total penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD tanpa subsidi.
3. Tingkat desentralisasi fiskal
Ukuran menunjukkan tingkat kewenangan dan tanggung jawab yang diberikan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk
melaksanakan pembangunan. Tingkat desentralisasi fiskal dalam
39
penelitian ini diukur dengan menggunakan rasio PAD terhadap total penerimaan daerah.
4. Tingkat efektifitas
Tingkat efektifitas menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan PAD yang direncanakan dibandingkan dengan
target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah 5.
Tingkat efisiensi Tingkat efisiensi menggambarkan perbandingan antara besarnya
biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan dengan relisasi pendapatan yang diterima. Kedua rasio, yaitu efektifitas dan efisiensi
ini harus dipersandingkan untuk mendapat ukuran yang lebih baik.
2.2.6. Kinerja Keuangan Daerah