dilakukan untuk mengembangkan analisis mengenai pola dan kadar ketajaman argumen yang sudah dilakukan oleh beberapa peneliti lain. Apabila dilihat, kajian
penelitian-penelitian di atas sangat beragam sesuai dengan masalah yang diamati. Sumber data yang dianalisis pun beragam. Di sinilah letak kebaruan penelitian ini.
2.2 Kajian Teori
Kajian teori yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu kajian mengenai pengertian argumen, elemen-elemen argumen, pola-pola argumen, dan jenis
argumen. Keempat kajian tersebut akan dijabarkan satu per satu di bawah ini.
2.2.1 Pengertian Argumen
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2008: 85, argumen adalah alasan yang dipakai untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau
gagasan. Pengertian lain diungkapkan oleh Toulmin, dkk. 1979: 13, an argument, in the sense of a train of reasoning, is the sequence of interlinked
claims and reason that, between them, establish the content and force of the position for which a particular speaker is arguing. Sebuah argumen, dalam arti
deretan penalaran, adalah rangkaian pernyataan posisi dan alasan yang saling terkait, yang di antara keduanya terbangun konten dan kekuatan posisi di mana
pembicara tertentu berargumen. Mengacu pada pendapat Toulmin, dkk., perlu ditegaskan bahwa argumen bukanlah alasan, melainkan rangkaian pernyataan
posisi yang didukung oleh alasan yang rasional dan logis.
Selanjutnya, Toulmin 1979: 13 mengungkapkan bahwa the word argument has two distinct colloquial sense: it can refer either to a “train of reasoning” or,
alternatively, to a shouting match or other human dispute. Kata „argumen‟
memiliki dua pengertian yang berbeda: argumen dapat merujuk pada deretan penalaran atau dapat pula merujuk pada perselisihan pendapat. Dalam
pengertian pertama, argumen adalah suatu pernyataan posisi yang disertai alasan yang bersifat kuat atau lemah, bisa dipercaya ataupun tidak, logis atau tidak
masuk akal, serta singkat ataupun rumit. Lalu, dalam pengertian kedua, argumen adalah sesuatu di mana seseorang mengemukakan dan mempertahankan
pendapatnya di hadapan orang lain. Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa argumen adalah pernyataan
posisi yang disertai alasan yang mencerminkan penalaran seseorang untuk memperkuat, menantang, atau mendukung suatu pendapat yang berupa rangkaian
fakta-fakta dan bukti agar pendapatnya sulit dibantahkan. Argumen ini sangat diperlukan. Apabila argumen tidak kuat, pendapat Anda akan mudah dipatahkan.
Argumen digunakan saat mengomentari dan menginterpretasi masalah. Saat mengomentari dan menginterpretasi, digunakan pandangan pakar agar argumen
yang diberikan terarah, bukan hanya argumen pribadi tanpa pandangan pakar.
2.2.2 Elemen-elemen Argumen Menurut Toulmin
Pengertian elemen yaitu bagian yang penting, yang dibutuhkan dari keseluruhan yang lebih besar Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 364.
Elemen merupakan bagian yang menjadi penyusun suatu keseluruhan yang lebih
besar. Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat dirumuskan pengertian elemen-elemen argumen yaitu bagian-bagian yang menjadi penyusun suatu
argumen. Menurut Toulmin, dkk. 1979, argumen terdiri dari beberapa elemen, yaitu:
1 pernyataan, 2 data atau fakta, 3 jaminan, 4 dukungan, 5 modalitas, dan 6 pengecualian. Elemen-elemen ini saling berhubungan satu sama lain seperti
yang diungkapkan oleh Toulmin, dkk 1979: 25 yaitu they are connected together. Kehadiran setiap elemen pada argumen bersinergi dan saling
menguatkan. Oleh karena itu, ketidakhadiran satu elemen berpotensi untuk melemahkan.
Bagan 1: Elemen-elemen Argumen
Telah dijabarkan di atas bahwa argumen memiliki enam elemen pembentuk. Berikut ini penjabaran enam elemen argumen yang dikemukan oleh Tolumin, dkk.
1979: 25 —27.
Argumen
Pernyataan posisi
Data atau fakta
Jaminan Dukungan
Modalitas Pengecualian
1 Pernyataan Posisi
Pernyataan posisi claim merupakan elemen pokok sebuah argumen. Toulmin, dkk. 1979: 25 menyebutkan
“when we are asked to embark on an argument, there is always some
“destination” we are invited to arrive at.” Menurutnya, ketika diminta untuk memulai sebuah argumen, pasti ada
beberapa tujuan yang ingin dicapai. Tujuan-tujuan yang ingin dicapai melalui argumen dapat diwujudkan dalam pernyataan posisi claim yang
merupakan pendirian penulis. Oleh karena itu, pernyataan posisi merupakan elemen pokok sebuah argumen.
Toulmin, dkk. 1979: 25 merumuskan pertanyaan berikut: what exactly are you claiming? Where precisely do you stand on this issue? And what
position are you asking us to agree to as the outcome of your argument? Agar mengerti apa yang dimaksud dengan pernyataan posisi, diajukan pertanyaan
berikut: apa yang sebenarnya Anda klaim? Di mana tepatnya dukungan Anda dalam hal ini? Posisi yang apa yang Anda harapkan untuk disetujui sebagai
hasil dari argumen Anda? Pertanyaan-pertanyaan di atas mengantarkan pada pengertian pernyataan posisi claim.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pernyataan posisi adalah pernyataan yang berisi pendapat atau pendirian seseorang pada suatu persoalan. Di sini akan
terlihat posisi seseorang terhadap suatu persoalan, apakah ia mendukung atau menolak permasalahan yang ada dengan memberikan alasaan-alasan.
Contoh:
Mengacu pada pengertian pernyataan posisi di atas, ketika akan menganalisis elemen pernyataan posisi pada sebuah wacana argumentatif,
dapat diajukan sebuah pertanyaan yaitu apa yang menjadi pendirian atau standpoint seorang penelitipenulis? Hal ini akan memudahkan identifikasi
terhadap elemen pernyataan posisi.
2 Data atau fakta
Toulmin, dkk. 1979: 25 menjelaskan bahwa “having clarified the claim,
we must consider what kind of underlying foundation is required if a claim of this particular kind is to be accepted as solid and reliable.
” Menurutnya, setelah memberikan pernyataan posisi, harus dipertimbangkan dasar apa yang
diperlukan agar pernyataan posisi dapat diterima sebagai hal yang kuat dan terpercaya.
Dari kalimat tersebut, dapat dirumuskan bahwa data atau fakta merupakan dasar yang menjadi alasan atau bukti dari pemberian pernyataan
posisi. Setelah memberikan pernyataan, kita harus mempertimbangkan dasar yang diperlukan jika pernyataan posisi tertentu akan diterima sebagai hal
yang kuat dan terpercaya. Data atau fakta dibutuhkan untuk memperkuat
Asumsi rasionalitas sulit dipenuhi seperti kenyataan tidak memadainya informasi mengenai sifat masalah dan penyelesaian kekurangan waktu dan uang untuk
mengumpulkan informasi yang lebih lengkap. Hal ini mungkin menyebabkan ketidakmampuan untuk mengingat sejumlah besar informasi, dan batas-batas
kecerdasan mereka sendiri. Sumber: Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 2013