Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia, peningkatan kualitas pendidikan menduduki peranan penting, sehingga perlu mendapatkan prioritas tinggi dalam pembangunan nasional. Dalam rangka peningkatan kualitas manusia itu, pendidikan memberikan bekal pada seseorang agar potensinya berkembang sehat, wajar, dan bersikap adaptif, sehingga sifat dasar manusia yang eksploratif dan kreatif bisa berkembang dan menemukan artikulasinya dalam wadah pendidikan Suharso, 1993:7 Pendidikan sering juga dipandang sebagai persiapan untuk kehidupan yang lebih baik di kemudian hari. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya orang tua yang tidak ragu-ragu memberikan pengorbanan yang besar untuk pendidikan anaknya. Anak yang telah menamatkan sekolah diharapkan sanggup melakukan pekerjaan sebagai mata pencaharian atau setidaknya mempunyai dasar untuk mencari nafkahnya. Dalam hal ini yang mendukung suatu pekerjaan seseorang atau yang mendasari tingkat pekerjaan seseorang adalah pendidikan. Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin besar harapannya untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik. Namun demikian memperoleh pendidikan tersebut diperlukan biaya yang tidak kecil jumlahnya. Biaya pendidikan yang lebih tinggi kadang menjadi kendala bagi mereka yang berasal dari keluarga kurang mampu. Banyak dari mereka yang terpaksa putus sekolah atau tidak dapat melanjutkan ke jejang pendidikan yang lebih tinggi karena keterbatasan biaya pendidikan. Ketika siswa tamat dari Jenjang Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SLTP, mereka akan dihadapkan pada pilihan, melanjutkan ke bangku Sekolah Menengah Umum SMU atau Sekolah Menengah Kejuruan SMK. Ada di antara mereka yang sudah mempunyai kepastian dalam menentukan studi lanjutnya, namun ada pula yang masih ragu-ragu dalam menentukan pilihanya karena adanya dorongan atau paksaaan dari orang tua. Pada umumnya orang tua yang mampu akan memilih SMU agar anak-anaknya mampu mempersiapkan untuk pendidikan tinggi. Sebaliknya orangtua yang mengetahui batas kemampuan keluarganya cenderung memilih SMK bagi anak-anaknya. Nasution, 1985:35. Setiap orang tua tentu menginginkan anaknya kelak hidup sejahtera. Untuk mencapai itu tidaklah mudah. Salah satu jalan anak harus dibekali dengan pendidikanpengetahuan yang cukup, baik dari pendidikan yang bersifat informal, formal maupun nonformal. Pada saat sekarang ini duduk dibangku sekolah sudah merupakan suatu kewajiban bagi seorang anak. Bentuk pendidikan seperti ini merupakan pendidikan formal. Menurut H. Coombs Yusuf, 1989:62 Pendidikan formal adalah pendidikan yang berstruktur, mempunyai jenjang tingkatan dalam periode waktu-waktu tertentu, berlangsung dari SD sampai universitas. Untuk melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi sudah barang tentu membutuhkan biaya yang lebih besar. Dalam hal ini tanggung jawab sebagai orang tua dalam hal pendidikan anak-anak juga semakin besar. Setiap orang tua secara langsung maupun tidak langsung akan mendorong anak-anaknya melanjutkan studi ke jenis sekolah yang menurut mereka baik. Keinginan dalam menentukan pilihan studi antara orang tua dan anak belum tentu sama sehingga keinginan anak untuk melanjutkan sekolah ataupun menentukan jenis sekolah harus menyesuaikan dengan kondisi sosial ekonomi orang tuanya. Untuk mencapai aspirasi tersebut orang tua sering menjejalkan macam-macam pelajaran dan pangalaman kepada anak tanpa mempertimbangkan minat, kemampuan, dan aspirasi remaja itu sendiri Munandar, 1984:21. Ambisi dari orang tua sering kali mengakibatkan adanya konflik antara anak dan orang tuanya. Namun dalam hal ini kedua belah pihak tidak dapat disalahkan. Banyak hal yang berpengaruh terhadap anak dan dalam memilih apa yang mereka inginkan. Dari sudut orang tua keluarga dapat dilihat dari sifat keluarga itu sendiri. Menurut Probbins Ahmadi, 1982:102 sifat keluarga di bagi menjadi 3 macam yaitu: keluarga yang bersifat otoriter, di sini perkembangan anak semata-mata ditentukan oleh orang tuanya; keluarga yang demokratis, di sini sikap pribadi anak lebih dapat menyesuaikan diri; keluarga yang liberal, di sini anak-anak bebas bertindak dan berbuat. Bagi anak sendiri sudah memikirkan kemana ia akan meneruskan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi sikapnya terhadap pendidikan, antara lain: sikap orang tua terhadap pendidikan dilihat dari jawaban menuju mobilitas sosial; sikap teman sebaya, apakah mereka lebih berorientasi masuk perguruan tinggi atau bekerja; sejauh mana ia diterima secara sosial oleh teman-teman sekelasnya; keberhasilan dalam kegiatan ekstrakurikuler. Pada akhir masa remaja ia sudah banyak memikirkan tentang apa yang ia lakukan dan yang tidak mampu dilakukan. Makin banyak mendengar tentang macam-macam kemungkinan, baik dalam pendidikan maupun dalam pekerjaan, dapat membuatnya ragu-ragu mengenai apa yang sebetulnya yang paling cocok baginya Semiawan, dkk, 1984:22. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa antara orang tua dan anak siswa mempunyai tingkat pemahaman yang berbeda dalam hal pendidikan. Namun pada akhirnya saat siswa hendak mengambil keputusan terhadap sekolah lanjutnya, mereka harus mempertimbangkan adanya dua hal Winkel, 1984:31: kemampuan intelektual, bakat khusus, arah minat, cita-cita hidup dan kemampuan finansial; tidak dapat diabaikan pula harapan dari keluarga serta kewajibannya keluarga. Di era globalisasi sekarang ini pendidikan sangat penting sebab sumber daya manusia sangat berpengaruh tetapi keluarga juga mempunyai harapan-harapan yang ingin diwujudkan untuk meningkatkan taraf hidupnya agar menjadi lebih baik, selain itu keluarga juga memiliki kewajiban-kewajiban lain yang harus dipenuhi dalam kehidupannya sehari-hari agar memperoleh status sosial yang layak di dalam keluarga maupun masyarakat. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa dalam menentukan jenjang pendidikan lanjutannya, ada beberapa faktor yang mempengaruhi. Dari faktor- faktor tersebut, dalam penelitian ini dipilih faktor yang diduga dominan berpengaruh dalam menentukan pilihan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dalam hal ini pilihan siswa SLTP kelas III dalam menentukan pendidikan ke sekolah menengah. Faktor tersebut adalah status sosial ekonomi orang tua dan prestasi belajar siswa. Dipilihnya prestasi belajar siswa di dasarkan pertimbangan bahwa prestasi belajar siswa selama ini dijadikan sebagai alat seleksi dalam penerimaan siswa baru, sehingga prestasi belajar siswa dalam menentukan pendidikan lanjutannya.

B. Rumusan Masalah