Hubungan antara status sosial ekonomi orang tua, prestasi belajar dengan pilihan siswa masuk sekolah menengah : studi kasus siswa kelas IX SMP N 1 Turi Jl. Turi-Pakem, Turi, Donokerto, Turi, Sleman tahun ajaran 2010/2011.

(1)

viii ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA, PRESTASI BELAJAR DENGAN PILIHAN SISWA MASUK SEKOLAH

MENENGAH

Studi Kasus: Siswa Kelas IX SMP N 1 TURI Jl. Turi-Pakem, Turi, Donokerto Turi, Sleman

Tahun Ajaran 2010/2011

Hilaria Melani Yustejo Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2011

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara: (1) status sosial ekonomi orang tua dengan pilihan siswa untuk melanjutkan studi ke sekolah menengah, (2) prestasi belajar dengan pilihan siswa untuk melanjutkan studi ke sekolah menengah siswa siswa kelas IX SMP N 1 TURI Sleman Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas IX SMP N 1 TURI Sleman Yogyakarta yang berjumlah 101 responden. Data dikumpulkan dengan teknik kuisioner dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan penelitian populasi. Data dianalisis dengan menggunakan korelasi sperman.

Dari analisis dapat disimpulkan: (1) terdapat hubungan yang positif antara status sosial ekonomi orang tua dengan pilihan siswa untuk melanjutkan studi ke sekolah menengah (r 0,226 dan probabilitas 0,023), (2) tidak terdapat hubungan yang positif antara prestasi belajar dengan pilihan siswa untuk melanjutkan studi ke sekolah menengah (r 0,012 dan probabilitas 0,908).


(2)

ix ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN PARENT’S ECONOMIC SOSIAL STATUS, ACHIVEMENT OF STUDYING AND STUDENTS’ OPTION FOR

CONTINUING THEIR STUDY TO HIGH SCHOOL

A Case Study on: Students of the 9th Grade, 1 TURI Junior High School Jl. Turi-Pakem, Turi, Donokerto Turi, Sleman

Hilaria Melani Yustejo Sanata Dharma University

Yogyakarta 2011

The research aims to know the relationship between: (1) parent’s economic sosial status and the choice of students to continue their studies to high school, (2) the achivement of studying and the option to continue their studies to high school of the students of the 9th grade, 1 TURI Junior High School, 2010/2011 Academic year.

The population of this research was 101 students of the 9th grade, 1 TURI Junior High School. The data were collected by applying questionnaire and documentation techniques. This study is a population study. Data were analysed by applying Spearman corelation.

The result can be concluded that: (1) there is positive relation between parent’s economic sosial status and the choice of students to continue their studies to high school (r 0,226 and probability is 0,023), (2) there isn’t any positive relation between achivement of studying and the option to continue their studies to high school (r 0,012 and probability is 0,908).


(3)

HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA, PRESTASI BELAJAR DENGAN PILIHAN SISWA

MASUK SEKOLAH MENENGAH

Studi kasus Siswa Kelas 1X SMP N 1 TURI

Jl. Turi-Pakem, Turi, Donokerto Turi, Sleman Tahun Ajaran 2010/2011

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Hilaria Melani Yustejo NIM: 041334069

PROGAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2011


(4)

i

HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA, PRESTASI BELAJAR DENGAN PILIHAN SISWA

MASUK SEKOLAH MENENGAH

Studi kasus Siswa Kelas 1X SMP N 1 TURI

Jl. Turi-Pakem, Turi, Donokerto Turi, Sleman Tahun Ajaran 2010/2011

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Hilaria Melani Yustejo NIM: 041334069

PROGAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2011


(5)

(6)

(7)

iv

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk:

Tuhan Yesus Juru Selamatku dan Bunda Maria

Bapakku Victorianus Suwartidjo dan Ibuku Yustina Suyatni

Suamiku Dudik Hariyanto dan anakku Sherly Angelia Margaretha


(8)

v

MOTTO

“Awalilah segala sesuatu dengan senyuman

sekalipun itu tidak menyenangkan hatimu”

“Kita Bertemu Demi Ilmu


(9)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 10 Juni 2011 Penulis


(10)

vii

LEMBAR PERYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Hilaria Melani Yustejo

Nomor Mahasiswa : 041334069

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:

“HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA, PRESTASI BELAJAR DENGAN PILIHAN SISWA MASUK SEKOLAH MENENGAH”

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 10 Juni 2011 Yang menyatakan


(11)

viii ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA, PRESTASI BELAJAR DENGAN PILIHAN SISWA MASUK SEKOLAH

MENENGAH

Studi Kasus: Siswa Kelas IX SMP N 1 TURI Jl. Turi-Pakem, Turi, Donokerto Turi, Sleman

Tahun Ajaran 2010/2011

Hilaria Melani Yustejo Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2011

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara: (1) status sosial ekonomi orang tua dengan pilihan siswa untuk melanjutkan studi ke sekolah menengah, (2) prestasi belajar dengan pilihan siswa untuk melanjutkan studi ke sekolah menengah siswa siswa kelas IX SMP N 1 TURI Sleman Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas IX SMP N 1 TURI Sleman Yogyakarta yang berjumlah 101 responden. Data dikumpulkan dengan teknik kuisioner dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan penelitian populasi. Data dianalisis dengan menggunakan korelasi sperman.

Dari analisis dapat disimpulkan: (1) terdapat hubungan yang positif antara status sosial ekonomi orang tua dengan pilihan siswa untuk melanjutkan studi ke sekolah menengah (r 0,226 dan probabilitas 0,023), (2) tidak terdapat hubungan yang positif antara prestasi belajar dengan pilihan siswa untuk melanjutkan studi ke sekolah menengah (r 0,012 dan probabilitas 0,908).


(12)

ix ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN PARENT’S ECONOMIC SOSIAL STATUS, ACHIVEMENT OF STUDYING AND STUDENTS’ OPTION FOR

CONTINUING THEIR STUDY TO HIGH SCHOOL

A Case Study on: Students of the 9th Grade, 1 TURI Junior High School Jl. Turi-Pakem, Turi, Donokerto Turi, Sleman

Hilaria Melani Yustejo Sanata Dharma University

Yogyakarta 2011

The research aims to know the relationship between: (1) parent’s economic sosial status and the choice of students to continue their studies to high school, (2) the achivement of studying and the option to continue their studies to high school of the students of the 9th grade, 1 TURI Junior High School, 2010/2011 Academic year.

The population of this research was 101 students of the 9th grade, 1 TURI Junior High School. The data were collected by applying questionnaire and documentation techniques. This study is a population study. Data were analysed by applying Spearman corelation.

The result can be concluded that: (1) there is positive relation between parent’s economic sosial status and the choice of students to continue their studies to high school (r 0,226 and probability is 0,023), (2) there isn’t any positive relation between achivement of studying and the option to continue their studies to high school (r 0,012 and probability is 0,908).


(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Yang Mulia Yesus Kristus karena berkat kasih karunia yang besar dan dampinganNya maka penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah dengan judul ”HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA, PRESTASI BELAJAR DENGAN PILIHAN SISWA MASUK SEKOLAH MENENGAH: Studi Kasus: Siswa kelas IX SMP N 1 Turi Sleman” dengan baik dan lancar.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini, banyak kesulitan dan hambatan yang dialami penulis, terutama karena kemampuan yang terbatas, tetapi berkat bimbingan dari dosen pembimbing, serta bantuan dari berbagai pihak, maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Maka dari itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

2. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;


(14)

xi

3. Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

4. Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan, memberikan nasehat, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini;

5. A. Heri Nugroho,S.Pd., M.Pd., selaku Dosen Penguji yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini;

6. Natalina Premastuti Brataningrum, S.Pd., M.Pd., selaku Dosen Penguji yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini;

7. Staf pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan tambahan pengetahuan dalam proses perkuliahan;

8. Tenaga administrasi Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah membantu kelancaran proses belajar selama ini;

9. Drs. Purwadi, M.Pd., Kepala Sekolah, SMP Negeri 1 Turi, Sleman, Yogyakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian;

10. Para guru, tenaga administrasi, dan siswa-siswi kelas IX SMP Negeri 1 Turi, Sleman, Yogyakarta, yang telah membantu kelancaran pelaksanaan penelitian; 11. Orang Tuaku Bapak Victorianus Suwartidjo dan Ibu Yustina Suyatni, suamiku

Dudik Hariyanto, adikku Meytha yang selalu memberikan doa, dukungan serta semangat kepada penulis.


(15)

xii

12. Teman-temanku: Octa Savinawati, Yohanes Dana Puspita, Tri Purnomo, Agil, Krismanto, Elisabeth Danny Pratiwi, Christina Dwi Hartanti, Galuh, Rosalia Eka, Budiman, Lilik, Vina, Vitri yang tidak mungkin saya sebutkan satu persatu yang telah mendukung selesainya skripsi ini. Semoga mereka juga meraih kesuksesan.

Akhir kata, semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan umumnya, dan pendidikan akuntansi khususnya.

Penulis


(16)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5


(17)

xiv

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Sekolah Menengah ... 7

1. Sekolah Menengah Umum ... 7

2. Sekolah Menengah Kejuruan ... 8

B. Pilihan. ... 9

C. Tingkat Pendidikan ... 11

D. Status Sosial ekonomi ... 13

E. Pendapatan ... 16

F. Prestasi Belajar ... 17

G. Kerangka Berpikir ... 19

1. Hubungan antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua dengan Pilihan Siswa Untuk Melanjutkan Studi Ke Sekolah Menengah ... 19

2. Hubungan antara Prestasi Belajar dengan Pilihan Siswa Untuk Melanjutkan Studi Ke Sekolah Menegah ... 20

H. Hipotesis ... 22

BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 23

A. Jenis Penelitian ... 23


(18)

xv

C. Lokasi dan Subyek Penelitian ... 24

D. Populasi Penelitian ... 24

E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 25

1. Uji Validitas ... 28

2. Uji Reliabilitas ... 30

F. Data yang Diambil ... 32

G. Teknik Pengumpulan Data ... 32

1. Kuisioner ... 32

2. Dokumentasi ... 32

H. Teknik Analisa Data dan Pengujian Hipotesis. ... 33

1. Analisis Deskriptif ... 33

2. Pengujian Hipotesis ... 35

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 37

A. Sejarah Berdirinya SMP N 1 TURI ... 37

B. Visi, Misi SMP N 1 TURI ... 39

C. Analisis Keadaan dan Potensi Sekolah ... 40

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 44

A. Deskripsi Responden ... 44

B. Deskripsi Data Penelitian ... 44


(19)

xvi

2. Data Variabel Prestasi Belajar ... 45

3. Data Variabel Pilihan Siswa Untuk Melanjutkan Studi Ke Sekolah Menengah ... 46

C. Uji Hipotesis ... 48

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 51

1. Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua Dengan Pilihan Untuk Melanjutkan Studi Ke Sekolah Menengah .. 51

2. Hubungan Antara Prestasi Belajar Dengan Pilihan Siswa Untuk melanjutkan Studi Ke sekolah Menengah ... 53

BAB VI KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN... 56

A. Kesimpulan ... 56

B. Keterbatasan ... 56

C. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 59


(20)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Status Sosial Ekonomi Orang Tua ... 25

Tabel 3.2 Kisi-Kisis Instrumen Pilihan Siswa Masuk Sekolah Menengah ... 28

Tabel 3.3 Hasil Perhitungan Uji Validitas Variabel Status Sosial Ekonomi Orang Tua ... 29

Tabel 3.4 Hasil Perhitungan Uji Validitas Pilihan Siswa Masuk Sekolah Menengah ... 30

Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 31

Tabel 3.6 PAP II. ... 33

Tabel 3.7 Interval Skor Status Sosial Ekonomi Orang Tua ... 34

Tabel 3.8 Interval Skor Prestasi Belajar ... 34

Tabel 3.9 Interval Skor Pilihan Siswa Masuk Sekolah Menengah ... 35

Tabel 5.1 Kategori Data Status Sosial Ekonomi Orang Tua ... 45

Tabel 5.2 Kategori Data Prestasi Belajar ... 46

Tabel 5.3 Kategori Data Pilihan Siswa Masuk Sekolah Mnenengah ... 47

Tabel 5.4 Hasil Uji Korelasi Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua Dengan Pilihan Siswa Untuk Melanjutkan Studi Ke Sekolah Menengah . 49 Tabel 5.5 Hasil Uji Korelasi Hubungan Antara Prestasi Belajar Dengan Pilihan Siswa Untuk Melanjutkan Studi Ke Sekolah Menengah ... 50


(21)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuisioner Uji Coba Instrumen Penelitian ... 62

Lampiran 2 Data Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ... 67

Lampiran 3 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 69

Lampiran 4 Kuisioner Penelitian ... 71

Lampiran 5 Data Hasil Penelitian ... 76

Lampiran 6 Deskriptif Data Variabel (PAP Tipe 2) ... 85

Lampiran 7 Uji Korelasi Sperman ... 86

Lampiran 8 Nilai-Nilai r Product Moment... 87


(22)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia, peningkatan kualitas pendidikan menduduki peranan penting, sehingga perlu mendapatkan prioritas tinggi dalam pembangunan nasional. Dalam rangka peningkatan kualitas manusia itu, pendidikan memberikan bekal pada seseorang agar potensinya berkembang sehat, wajar, dan bersikap adaptif, sehingga sifat dasar manusia yang eksploratif dan kreatif bisa berkembang dan menemukan artikulasinya dalam wadah pendidikan (Suharso, 1993:7)

Pendidikan sering juga dipandang sebagai persiapan untuk kehidupan yang lebih baik di kemudian hari. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya orang tua yang tidak ragu-ragu memberikan pengorbanan yang besar untuk pendidikan anaknya. Anak yang telah menamatkan sekolah diharapkan sanggup melakukan pekerjaan sebagai mata pencaharian atau setidaknya mempunyai dasar untuk mencari nafkahnya. Dalam hal ini yang mendukung suatu pekerjaan seseorang atau yang mendasari tingkat pekerjaan seseorang adalah pendidikan. Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin besar harapannya untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik.

Namun demikian memperoleh pendidikan tersebut diperlukan biaya yang tidak kecil jumlahnya. Biaya pendidikan yang lebih tinggi kadang menjadi


(23)

kendala bagi mereka yang berasal dari keluarga kurang mampu. Banyak dari mereka yang terpaksa putus sekolah atau tidak dapat melanjutkan ke jejang pendidikan yang lebih tinggi karena keterbatasan biaya pendidikan.

Ketika siswa tamat dari Jenjang Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), mereka akan dihadapkan pada pilihan, melanjutkan ke bangku Sekolah Menengah Umum (SMU) atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Ada di antara mereka yang sudah mempunyai kepastian dalam menentukan studi lanjutnya, namun ada pula yang masih ragu-ragu dalam menentukan pilihanya karena adanya dorongan atau paksaaan dari orang tua. Pada umumnya orang tua yang mampu akan memilih SMU agar anak-anaknya mampu mempersiapkan untuk pendidikan tinggi. Sebaliknya orangtua yang mengetahui batas kemampuan keluarganya cenderung memilih SMK bagi anak-anaknya. (Nasution, 1985:35).

Setiap orang tua tentu menginginkan anaknya kelak hidup sejahtera. Untuk mencapai itu tidaklah mudah. Salah satu jalan anak harus dibekali dengan pendidikan/pengetahuan yang cukup, baik dari pendidikan yang bersifat informal, formal maupun nonformal. Pada saat sekarang ini duduk dibangku sekolah sudah merupakan suatu kewajiban bagi seorang anak. Bentuk pendidikan seperti ini merupakan pendidikan formal. Menurut H. Coombs (Yusuf, 1989:62) Pendidikan formal adalah pendidikan yang berstruktur, mempunyai jenjang/ tingkatan dalam periode waktu-waktu tertentu, berlangsung dari SD sampai universitas.

Untuk melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi sudah barang tentu membutuhkan biaya yang lebih besar. Dalam hal ini tanggung jawab


(24)

3

sebagai orang tua dalam hal pendidikan anak-anak juga semakin besar. Setiap orang tua secara langsung maupun tidak langsung akan mendorong anak-anaknya melanjutkan studi ke jenis sekolah yang menurut mereka baik. Keinginan dalam menentukan pilihan studi antara orang tua dan anak belum tentu sama sehingga keinginan anak untuk melanjutkan sekolah ataupun menentukan jenis sekolah harus menyesuaikan dengan kondisi sosial ekonomi orang tuanya. Untuk mencapai aspirasi tersebut orang tua sering menjejalkan macam-macam pelajaran dan pangalaman kepada anak tanpa mempertimbangkan minat, kemampuan, dan aspirasi remaja itu sendiri (Munandar, 1984:21).

Ambisi dari orang tua sering kali mengakibatkan adanya konflik antara anak dan orang tuanya. Namun dalam hal ini kedua belah pihak tidak dapat disalahkan. Banyak hal yang berpengaruh terhadap anak dan dalam memilih apa yang mereka inginkan. Dari sudut orang tua (keluarga) dapat dilihat dari sifat keluarga itu sendiri. Menurut Probbins (Ahmadi, 1982:102) sifat keluarga di bagi menjadi 3 macam yaitu: keluarga yang bersifat otoriter, di sini perkembangan anak semata-mata ditentukan oleh orang tuanya; keluarga yang demokratis, di sini sikap pribadi anak lebih dapat menyesuaikan diri; keluarga yang liberal, di sini anak-anak bebas bertindak dan berbuat.

Bagi anak sendiri sudah memikirkan kemana ia akan meneruskan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi sikapnya terhadap pendidikan, antara lain: sikap orang tua terhadap pendidikan dilihat dari jawaban menuju mobilitas sosial; sikap teman sebaya, apakah mereka lebih berorientasi masuk perguruan tinggi atau


(25)

bekerja; sejauh mana ia diterima secara sosial oleh teman-teman sekelasnya; keberhasilan dalam kegiatan ekstrakurikuler.

Pada akhir masa remaja ia sudah banyak memikirkan tentang apa yang ia lakukan dan yang tidak mampu dilakukan. Makin banyak mendengar tentang macam-macam kemungkinan, baik dalam pendidikan maupun dalam pekerjaan, dapat membuatnya ragu-ragu mengenai apa yang sebetulnya yang paling cocok baginya (Semiawan, dkk, 1984:22). Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa antara orang tua dan anak (siswa) mempunyai tingkat pemahaman yang berbeda dalam hal pendidikan.

Namun pada akhirnya saat siswa hendak mengambil keputusan terhadap sekolah lanjutnya, mereka harus mempertimbangkan adanya dua hal (Winkel, 1984:31): kemampuan intelektual, bakat khusus, arah minat, cita-cita hidup dan kemampuan finansial; tidak dapat diabaikan pula harapan dari keluarga serta kewajibannya keluarga.

Di era globalisasi sekarang ini pendidikan sangat penting sebab sumber daya manusia sangat berpengaruh tetapi keluarga juga mempunyai harapan-harapan yang ingin diwujudkan untuk meningkatkan taraf hidupnya agar menjadi lebih baik, selain itu keluarga juga memiliki kewajiban-kewajiban lain yang harus dipenuhi dalam kehidupannya sehari-hari agar memperoleh status sosial yang layak di dalam keluarga maupun masyarakat.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa dalam menentukan jenjang pendidikan lanjutannya, ada beberapa faktor yang mempengaruhi. Dari


(26)

faktor-5

faktor tersebut, dalam penelitian ini dipilih faktor yang diduga dominan berpengaruh dalam menentukan pilihan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Dalam hal ini pilihan siswa SLTP kelas III dalam menentukan pendidikan ke sekolah menengah. Faktor tersebut adalah status sosial ekonomi orang tua dan prestasi belajar siswa. Dipilihnya prestasi belajar siswa di dasarkan pertimbangan bahwa prestasi belajar siswa selama ini dijadikan sebagai alat seleksi dalam penerimaan siswa baru, sehingga prestasi belajar siswa dalam menentukan pendidikan lanjutannya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut;

1. Apakah ada hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dengan pilihan

siswa untuk melanjutkan studi ke Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah Kejuruan.

2. Apakah ada hubungan antara prestasi belajar dengan pilihan siswa untuk

melanjutkan studi ke Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah Kejuruan.

C. Tujuan Penelitian


(27)

1. Ada tidaknya hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dengan pilihan siswa untuk melanjutkan studi ke sekolah menengah.

2. Ada tidaknya hubungan antara prestasi belajar dengan pilihan siswa

melanjutkan studi ke sekolah menengah.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Siswa

Sebagai gambaran siswa dalam menetukan pilihan sebagai kelanjutan dari pendidikannya setelah tamat dari SLTP.

2. Bagi SLTP

Sebagai masukan bagi sekolah dalam memberikan bimbingan dan penyuluhan yang berhubungan dengan studi lanjut.

3. Bagi Peneliti

Dapat mengetahui secara menyeluruh latar belakang sosial ekonomi orang tua, prestasi belajar dan hubungannya dengan pilihan siswa untuk melanjutkan studi.

4. Bagi Universitas Sanata Dharma

Sebagai tambahan bacaan di perpustakaan Universitas Sanata Dharma dan sebagai acuan bagi penelitian lebih lanjut.


(28)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sekolah Menengah

Jenjang pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Dalam proposal ini khusus dibicarakan mengenai jalur pendidikan sekolah menengah.

Jalur pendidikan sekolah menengah adalah pendidikan yang diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi (Hastuti, 1995:19).

Pendidikan sekolah menengah terdiri atas dua jalur, yaitu SMU dan SMK.

1. Sekolah Menengah Umum (SMU)

Sekolah Menengah Umum merupakan lembaga pendidikan umum, yang disatu pihak sebagai kelanjutan dari SMP, sedangkan di lain pihak sebagai persiapan ke Perguruan Tinggi (Hamalik, 1990:159). Pasal 3 ayat (2) Peraturan Pemerintah No.29 tahun 1990 menyebutkan bahwa pendidikan Menengah Umum bertujuan:


(29)

a. meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian;

b. meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam

mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitarnya.

Kurikulum Sekolah Menengah Umum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan Sekolah Menengah Umum pada umumnya, yaitu meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikannya pada jenjang yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam hal ini yang tak kalah pentingnya adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dengan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitarnya.

2. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan jalur pendidikan sekolah/ pendidikan formal dalam sistem pendidikan di Indonesia, sebagai lembaga pendidikan formal, berdasarkan pada surat keputusan Menteri Pendidikan dan kebudayaan No.180/1993 tentang kurikulum SMK. Pendidikan SMK diselenggarakan dengan tujuan sebagai berikut;


(30)

9

a. menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan

sikap professional;

b. menyiapkan siswa agar mampu memilih karir, berkompetensi, serta

mampu mengembangkan sikap diri;

c. menyiapkan tenaga kerja tingkat menengah untuk mengisi kebutuhan

dunia usaha dan industri pada saat ini dan masa yang akan datang;

d. menyiapkan tamatan agar menjadi warga negara yang produktif dan

kreatif.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menyelenggarakan program pendidikan Sekolah Menengah yang disesuaikan dengan jenis-jenis lapangan kerja. Menurut Departemen Pendidikan, (1993:6) program kejuruan dikelompokkan menjadi enam kelompok, yaitu:

1) kelompok Pertanian dan Kehutanan;

2) kelompok Teknologi dan Industri;

3) kelompok Bisnis dan Manajemen (SMEA);

4) kelompok Kesejahteraan Masyarakat;

5) kelompok Seni dan Kerajinan.

Kemudian setiap kelompok program tersebut masih dibagi menjadi beberapa jurusan, dan selanjutnya setiap jurusan dipecah lagi menjadi beberapa program studi. Pendidikan di SMK dalam jangka waktu pendidikannya ada yang tiga tahun ada pula yang empat tahun.


(31)

B. Pilihan

Memilih merupakan faktor psikologis yang dapat memberikan suatu keputusan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pilihan adalah hasil dari memilih, yang berarti hasil dari mencari atau hasil dari memisahkan mana yang baik dan menghendaki yang sesuai dengan keinginannya, yang sangat penting untuk kemajuan dan keberhasilan seseorang (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1988:683).

Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi pilihan siswa untuk memilih melanjutkan studi ke sekolah menengah, antara lain faktor teman seusia, prestasi belajar, keadaan sosial ekonomi orang tua, tingkat pendidikan orang tua. Namun yang akan dibahas di sini hanyalah faktor status sosial ekonomi orang tua dan prestasi belajar (Siwi, 2009:9).

Dalam penelitian ini pilihan yang dimaksud adalah siswa yang menentukan apakah memilih melanjutkan sekolah atau tidak dan jika ia memilih melanjutkan sekolah, maka ia masih dihadapkan pada dua pilihan yaitu akan melanjutkan ke SMA atau SMK. Ada di antara mereka yang sudah mempunyai kepastian dalam menentukan studi lanjutnya. Ada pula yang masih ragu-ragu dalam menentukan pilihannya, karena adanya paksaan atau dorongan dari orang tua. Pada umumnya orang tua yang mampu akan memilih SMU agar anak-anakya mampu mempersiapkan untuk pendidikan tinggi. Sebaliknya orang tua yang mengetahui batas kemampuan keuangannya akan cenderung memilih SMK bagi anak-anaknya (Winahyu, 2009:2)


(32)

11

Namun demikian untuk memperoleh pendidikan tersebut perlu biaya yang tidak kecil jumlahnya. Biaya pendidikan yang tinggi kadang menjadi kendala bagi mereka yang berasal dari keluarga yang kurang mampu. Banyak dari mereka yang terpaksa putus sekolah atau tidak dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi karena keterbatasan biaya untuk pendidikan (Winahyu, 2009:1).

C. Tingkat Pendidikan

Sejak dahulu sebenarnya manusia telah mengenal pendidikan, namun dalam perwujudannya yang berbeda-beda, sesuai dengan situasi dan kondisi saat itu. Perkembangan dan pertumbuhan manusia sejalan dengan perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Dengan terjadinya perkembangan ilmu dan teknologi, maka timbul bermacam-macam pendapat mengenai pendidikan.

Menurut Tap MPR RI No IV/MPR/1973 tentang GBHN: “Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup”. Menurut Fudyartanta: Pendidikan adalah proses yang membawa perubahan kelakuan manusia dalam pengetahuan, cara berpikir kecakapan dan perasaan atau sikap mental mereka sedangkan menurut Noeng Muhadjir (1975:11), pendidikan adalah membimbing anak menuju kedewasaan oleh seseorang yang bertanggung jawab.

Pendidikan tidak hanya diperuntukan bagi anak-anak saja, melainkan juga bagi kaum remaja dan orang-orang dewasa. Setiap orang dapat memperolehnya


(33)

sebab pada hakikatnya pendidikan terutama adalah untuk menambah pengetahuan. Dengan demikian orang yang telah menerima pendidikan dalam bentuk apapun akan menjadi berkembang baik pikiran, kemampuan, pengetahuan maupun kecakapannya sebagai manusia yang bertanggung jawab dan berguna bagi individu itu sendiri dalam kehidupannya maupun bagi masyarakat dan Negara. Pendidikan dapat diperoleh atau dilakukan baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah.

Westy Soemarto memberikan batasan bahwa pendidikan adalah proses pengalaman yang memberikan kesejahteraan pribadi, baik lahiriah maupun batiniah (Soemarto, 1984:211).

Dari batasan-batasan pengertian serta pendapat di atas disimpulkan bahwa melalui pendidikan seseorang akan memperoleh pengalaman, mampu mengembangkan kepribadian dan lebih terbuka dalam menerima nilai-nilai dan hal-hal yang baru, yang semua itu akhirnya akan memberikan kesejahteraan pada orang itu sendiri. Dengan pendidikan yang cukup seseorang akan mudah mendapatkan pekerjaaan yang sesuai pula. Dengan demikian orang akan lebih terbuka menerima nilai-nilai baru dan mempunyai cakrawala kehidupan yang luas sehingga mempermudah bagi orang itu sendiri untuk menyesuaikan diri dalam masyarakat di mana ia berada. Tingkat pendidikan adalah jenjang sekolah yang telah diselesaikan oleh orang tua yang telah dibuktikan dengan ijazah yang paling akhir diperolehnya, misalnya lulus SD, SMP, Sekolah Menengah, Sarjana Muda, atau Sarjana. Ijazah tersebut yang nantinya akan digunakan sebagai dasar untuk


(34)

13

mencari atau mendapatkan pekerjaan sesuai dengan tingkat pendidikan yang dimilikinya.

D. Status Sosial Ekonomi

Status sosial adalah tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok. Status ekonomi merupakan kombinasi dari status sosial dan status ekonomi yang dimiliki seseorang (orang tua) dalam suatu kelompok masyarakat. Soerjono Sukanto (1990:263) mengatakan bahwa status sosial adalah tempat orang secara umum di dalam masyarakat, sehubungan dengan orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, dan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya.

Mengenai status sosial ekonomi, Keeves (1972:67) mengatakan bahwa status sosial ekonomi mencakup unsur pendidikan, pekerjaan, jabatan, penghasilan, pemilikan barang berharga yang dimiliki seseorang di dalam suatu masyarakat atau kelompoknya.

Pernyataan di atas didukung oleh Hopkins (1985:59) yang menyatakan bahwa status sosial ekonomi dirumuskan sebagai kombinasi dari status sosial dan ekonomi dimana di dalamnya mencakup tingkat pendidikan, pekerjaan, jabatan, dan tempat tinggal. Kedudukan seseorang di masyarakat banyak ditentukan oleh yang dia miliki, yang dipandang penting oleh masyarakat. Semakin tinggi tingkat pendidikan, jabatan, dan pekerjaan seseorang maka semakin tinggi pula statusnya di masyarakat. Semakin tinggi pendapatan yang dimiliki, dan cenderung memiliki banyak barang berharga, maka mereka akan ditempatkan pada posisi yang lebih


(35)

tinggi di masyarakat. Dengan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa status sosial ekonomi merupakan kedudukan seseorang dipandang dari sudut sosial dan ekonomi.

Kedudukan seseorang dalam masyarakat akan mempengaruhi kegiatan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kedudukan sosial ekonomi juga akan mempengaruhi seseorang untuk menuntut ilmu dan mempersiapkan serta melihat masa depanya. Mengenai kedudukan ini, Jhonson(1986:131) berpendapat bahwa : “Kegiatan individu, apakah itu diarahkan untuk sekedar memperthankan hidup biologisnya atau memenuhi pelbagai kebutuhan manusia yang lain-lain, dibatasi oleh kedudukan sosial ekonomi tertentu yang kebetulan ia miliki dalam lingkungan sosial dan material ini. Juga cara individu melihat dunia dikondisikan oleh kedudukannya yang tertentu dalam lingkungan sosial dan materialnya”

Adanya perbedaan status dalam masyarakat akan memberikan kesempatan atau fasilitas hidup yang berbeda bagi masyarakat, seperti keselamatan hidup, harta bendanya, standar hidup, kebebasan dan tingkah laku. Disamping itu juga akan memberikan perbedaan dalam memperoleh kesempatan-kesempatan dan menjalani jenis pendidikan.

Hal tersebut di atas diartikan bahwa keluarga yang mendapat fasilitas lebih banyak akan berpeluang untuk menganyam pendidikan yang lebih tinggi pula. Dengan adanya perbedaan dalam hal kemampuan, sebagai akibat perbedaan situasi sosial, maka disini sekolah dihargai bukan karena nilai pendidikannya saja tetapi sebagai simbol status masyarakat (Soerjadi,1989:83).


(36)

15

Tingkat pendidikan seseorang dapat dilihat dari jenjang pendidikan yang pernah dialaminya atau lamanya pendidikan. Pada umumnya tingkat pendidikan menentukan jenis pekerjaan atau jabatan. Hal ini sejalan dengan pendapat Mifflen F.J & Mifflen S.C,(1986:54) bahwa semakin tinggi pendidikan akan berpeluang yang lebih besar untuk mendapatkan pekerjaan yang status sosialnya lebih tinggi dan berakibat pada tingkat penghasilan yang tinggi pula.

Sementara itu Ridwan Said seperti yang dikutip Mulyanto S. (1985:76) menyatakan bahwa kebutuhan hidup menusia erat kaitanya dengan kebutuhan jasamani dan rohani manusia itu sendiri. Kebutuhan manusia dapat dirinci menjadi nutrisi, pakaian, perumahan, kesehatan, pendidikan, partisipasi, air dan sanitasi. Untuk mencukupi kebutuhan tersebut keadaan ekonomi keluarga akan memegang peranan yang sangat penting.

Keadaan keluarga juga akan berpengaruh terhadap perkembangan pendidikan anak. Ini dapat diartikan bahwa sikap, cita-cita, minat motivasi anak terhadap suatu objek akan dipengaruhi oleh keadaan ekonomi orang tuanya, seperti yang dikemukakan Gerungan bahwa : “dengan kondisi ekonomi keluarga yang cukup, ia akan mendapat kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan bermacam-macam kecakapannya yang tidak dapat ia kembangkan apabila tidak ada alat-alatnya”. Dari pendapat tersebut dapat diartikan bahwa anak yang berasal dari keluarganya yang ekonominya cukup, mempunyai kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan kemampuannya daripada anak yang berasal dari keluarga yang ekonominya rendah.


(37)

Nasution (1983:18) mengungkapkan bahwa orang tua yang mengetahui batas kemampuan keluarganya akan memilih sekolah umum sebagai persiapan untuk dapat melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Jadi dalam tingkat pendidikan anak, untuk memasuki suatu sekolah seorang siswa dapat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi orang tuanya.

E. Pendapatan

Pendapatan sangat erat hubungannya dengan penghasilan, yaitu jumlah barang dan jasa yang diperoleh dari hasil pekerjaan seseorang. Jika kita memperhatikan lingkungan di sekitar kita, maka akan terlihat betapa sibuknya orang-orang bekerja. Hal ini dilakukan orang agar memperoleh imbalan. Untuk memenuhi kebutuhan hidup suatu rumah tangga, maka sebuah keluarga harus berusaha agar memperoleh pemasukan sebagai sumber keuangan guna memenuhi kebutuhannya.

Menurut Mulyanto Sumardi dan Hans Dieter Evers (1982:92), “pendapatan adalah hasil yang diperoleh suatu keluarga baik bersumber dari pekerjaan pokok, pekerjaan sampingan dan pendapatan lain yang berupa uang maupun barang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan “.

Penghasilan dalam jumlah besar akan memudahkan bagi mereka untuk memenuhi kebutuhan yang diinginkan, termasuk kebutuhan akan pendidikan. Sebaliknya penghasilan dalam jumlah kecil akan mengakibatkan keluarga dalam kekurangan, sehingga dapat dikatakan rendah status sosial ekonominya.


(38)

17

Pemenuhan kebutuhan sering dirasa sukar dengan penghasilan yang kecil, padahal mereka dituntut untuk dapat selalu mempertahankan kehidupan keluarganya. Agar kebutuhan pokok hidup dapat terpenuhi sering sekali harus mengorbankan kebutuhan lain yang sifatnya tidak mendesak.

Sedangkan pada saat sekarang ini pendidikan merupakan kebutuhan pokok dan sangat penting untuk dipenuhi. Untuk itu orang tua bekerja keras untuk memperoleh pendapatan guna mencukupi macam-macam kebutuhan akan pendidikan.

a. Bentuk Pendapatan

Menurut Biro Pusat Statistik pendapatan dapat dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu sebagai berikut:

1) Pendapatan berupa uang

Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan berupa uang yang sifatnya regular dan diterima biasanya sebagai balas jasa atau kontra prestasi.

2) Pendapatan berupa barang

Pendapatan berupa barang adalah segala penghasilan yang sifatnya regular dan biasa dan diterima dalam bentuk barang dan jasa.

3) Lain-lain penerimaan uang dan barang

Untuk penerimaan uang dan barang yang dipakai sebagai pedoman adalah segala penerimaan yang bersifat transfer atau retribusi dan biasanya membawa perubahan dalam keuangan rumah tangga.


(39)

F. Prestasi Belajar

Prestasi adalah suatu hasil yang telah dicapai (Purwodarminto, 1976:768). Sejalan dengan itu Winkel (1989:161) mengatakan bahwa prestasi merupakan bukti usaha yang dicapai.

Apabila prestasi dikaitkan dengan belajar maka kita akan mengenal apa yang dinamakan dengan prestasi belajar. Hal ini menyangkut seberapa jauh hasil yang telah dicapai atau dibuktikan oleh seseorang.

Belajar sendiri merupakan suatu aktivitas yang menghasilkan perubahan dengan didapatkannya kemampuan baru yang disebabkan usaha (Suryabrata, 1984:324). Sehubungan dengan prestasi belajar maka ia mengemukakan bahwa nilai raport merupakan perumusan terakhir yang diberikan guru mengenai kemajuan siswa atau prestasi belajar siswa selama masa tertentu.

Dari beberapa pengertian tentang prestasi belajar tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan perubahan kemampuan yang dinyatakan dalam nilai raportnya, setelah siswa tersebut selesai mengikuti pelajaran selama jangka waktu tertentu. Dengan demikian prestasi belajar merupakan hasil setelah proses belajar yang menyatakan (mengukur) tingkat keberhasilan seseorang mengikuti proses belajar.

Apabila seseorang belajar, maka ia akan memperoleh hasilnya. Hasil belajar adalah perubahan didalam diri si pelajar, dimana ia dapat mengetahui sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui. Setiap orang mempunyai hasil yang berbeda-beda dari apa yang telah dipelajari. Keberhasilan siswa dalam kegiatan


(40)

19

belajar dapat dilihat dari prestasi belajar yang diraihnya. Prestasi belajar dapat diketahui dari hasil evaluasi belajarnya. Evaluasi adalah usaha penilaian terhadap suatu hal, bisa dari segi tujuan yang ingin dicapai, gagasan, cara kerja, metode pemecahan (Sudjana, 1990:28).

Usaha mengetahui hasil belajar biasanya dilakukan dengan mengadakan pengukuran dalam bentuk ujian tertulis, lisan mupun praktik yang kemudian diberi skor, yang biasanya berwujud angka. Hasil dari pengukuran ini merupakan informasi-informasi atau data yang diwujudkan dalam bentuk angka-angka yang disebut prestasi belajar (Masrun, 1975:1).

G. Kerangka Berpikir

1. Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua dengan Pilihan

Siswa Untuk Melanjutkan Studi Ke Sekolah Menengah

Status sosial adalah tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok. Status ekonomi merupakan kombinasi dari status sosial dan status ekonomi yang dimiliki seseorang (orang tua) dalam suatu kelompok masyarakat. Soerjono Sukanto (1990:263) mengatakan bahwa status sosial adalah tempat orang secara umum di dalam masyarakat, sehubungan dengan orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, dan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya.

Mengenai status sosial ekonomi, Keeves (1972:67) mengatakan bahwa status sosial ekonomi mencakup unsur pendidikan, pekerjaan, jabatan,


(41)

penghasilan, pemilikan barang berharga yang dimiliki seseorang di dalam suatu masyarakat atau kelompoknya.

Keadaan sosial ekonomi orang tua akan berpengaruh pada anak yang beranjak dewasa. Biasanya hal ini tampak apabila anak akan melanjutkan sekolahnya. Mereka yang kurang mampu hanya menyekolahkan anaknya sampai SLTA saja ada pula yang hanya sampai SLTP saja kemudian dianjurkan untuk bekerja (Sukanto, 1990:63).

Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Alwin dan Thornton sebagaimana dikutip oleh Mahmud M.Dimyanti (1990:21), bahwa siswa-siswa yang berasal dari latar belakang sosial ekonomi yang tidak menguntungkan mengalami problem-problem finansial sehingga tidak mempunyai kesempatan untuk melanjutkan sekolah, dengan demikian mereka membatasi keinginan untuk lebih maju. Orang tua yang status sosial ekonominya tinggi cenderung menginginkan anaknya melanjutkan sekolah, sedangkan orang tua yang status sosial ekonominya rendah cenderung lebih menghendaki agar anaknya bekerja membantu orang tua dari pada untuk sekolah.

2. Hubungan Antara Prestasi Belajar dengan Pilihan Siswa Untuk

Melanjutkan Studi Ke Sekolah Menengah

Prestasi adalah suatu hasil yang telah dicapai (Purwodarminto, 1976:768). Sejalan dengan itu Winkel (1989:161) mengatakan bahwa prestasi


(42)

21

merupakan bukti usaha yang dicapai. Apabila prestasi dikaitkan dengan belajar maka kita akan mengenal apa yang dinamakan dengan prestasi belajar. Hal ini menyangkut seberapa jauh hasil yang telah dicapai atau dibuktikan oleh seseorang.

Belajar merupakan suatu aktivitas yang menghasilkan perubahan dengan didapatkannya kemampuan baru yang disebabkan usaha (Suryabrata, 1984:324). Sehubungan dengan prestasi belajar maka ia mengemukakan bahwa nilai raport merupakan perumusan terakhir yang diberikan guru mengenai kemajuan siswa atau prestasi belajar siswa selama masa tertentu.

Setiap siswa tentu menginginkan sekolah setinggi-tingginya namun untuk mencapai tidaklah mudah karena diperlukan usaha yang besar. Meskipun mempunyai uang yang cukup, anak belum tentu anak dapat melanjutkan sekolah jika tidak mempunyai kesungguhan dalam belajar.

Menurut Roestiyah (1983:159), faktor yang mempengaruhi prestasi siswa yang rendah adalah dia tidak mempunyai tujuan belajar yang jelas. Siswa mengangap dirinya masuk sekolah menengah hanya sekedar memenuhi anjuran orang tua, atau sekedar menggunakan waktu senggang dan hanya sekedar gengsi. Adapula yang berpendapat bahwa sekolah menengah adalah tempat menambah pergaulan para siswa supaya mereka tidak ketinggalan informasi yang disampaikan oleh orang lain atau dari alat teknologi. Yang mempunyai pendapat demikian sudah kelihatan ia tidak mempunyai tujuan yang jelas yang mendorong semangat belajarnya.


(43)

Siswa mempunyai prestasi belajar tinggi dapat dipastikan dia mempunyai tujuan yang jelas untuk terus dapat melanjutkan sekolahnya, karena ia memiliki bekal ilmu atau kemampuan yang memadai. Bagi siswa yang prestasi belajarnya rendah diduga lebih memilih untuk tidak melanjutkan sekolah karena sekolah hanya merupakan beban bagi dirinya.

H. Hipotesis

Hipotesis adalah sebuah kesimpulan sementara dan masih harus dibuktikan kebenarannya. Hipotesis dalam pengertian ini merupakan perumusan jawaban atas dugaan sementara sehingga menjadi tuntunan untuk mencari jawaban yang sebenarnya atas dasar kerangka berpikir tersebut di atas.

Hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.

1. Ada hubungan positif antara status sosial ekonomi orang tua dengan pilihan

siswa untuk melanjutkan studi ke sekolah menengah.

2. Ada hubungan positif antara prestasi belajar dengan pilihan siswa untuk


(44)

23

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan meliputi

1. Deskriptif yaitu suatu penelitian yang terbatas pada usaha mengungkapkan masalah dan keadaan sebagaimana adanya, sehingga hanya bersifat sekedar mengungkapkan (Wasito dkk, 1996:8).

2. Studi Kasus yaitu suatu penelitian mendalam mengenai unit sosial tertentu yang menghasilkan gambaran yang berlaku untuk jangka waktu tertentu, karena mengumpulkan data dan analisa data dilakukan pada waktu tertentu (Winarno dan Surahman, 1990:43).

3. Studi ex post facto yaitu penelitian dimana si peneliti tidak dimungkinkan untuk memanipulasi variabel atau menunjuk subyek untuk perlakuan tertentu secara rambang atau menciptakan kondisi-kondisi secara rambang (Wayan Ardhana, 1987: 131).

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SLTP N 1 TURI

2. Waktu Penelitian


(45)

C. Lokasi dan Subyek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi SLTP N 1 TURI. Adapun alasan mengambil lokasi tersebut disebabkan sekolah tersebut masih berstandar biasa dan siswa-siswinya berasal dari berbagai macam kalangan, baik kalangan atas maupun kalangan bawah dengan status sosial ekonomi orang tua yang berbeda-beda. Hal ini akan mendukung kelengkapan data yang diperlukan. Dibandingkan sekolah yang mempunyai standar internasional lebih sulit untuk memperoleh data yang diperlukan karena siswa-siswinya hampir semua berasal dari keluarga yang status sosial ekonominya sama (keluaga mampu).

2. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa-siswi SLTP Kelas IX. Dengan alasan siswa kelas IX sebentar lagi tamat dari SLTP, mereka tentunya sudah memiliki gambaran tentang pendidikan lanjutan yang dipilihnya.

D. Populasi Penelitian

1. Populasi Penelitian

Menurut Arikunto (2002:108) “Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian atau semua elemen yang ada dalam penelitian”. Populasi dapat berupa kumpulan atau kelompok yang anggotanya orang atau benda. Populasi bukan sekedar jumlah tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek yang sedang dipelajari. Dalam penelitian ini yang digunakan penelitian populasi, dengan populasi siswa kelas IX SLTP N 1 TURI yang berjumlah 101 Siswa.


(46)

25

E. Variabel Penelitian dan Pengukuranya 1. Status Sosial Ekonomi Orang Tua

Status sosial ekonomi mencakup unsur pendidikan terakhir yang ditempuh oleh ayah atau ibu siswa, penghasilan orang tua bersih dari pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan ayah dan ibu selama satu bulan, status rumah yang ditempati keluarga, luas rumah yang ditempati keluarga, atap rumah, dinding rumah yang ditempati keluarga, lantai rumah yang ditempati keluarga, langit-langit rumah yang ditempati keluarga, jenis penerangan yang ada dalam rumah keluarga, rata-rata pengeluaran pembayaran rekening listrik selama satu bulan, sumber air bersih rumah, kamar mandi dan wc yang dimiliki dirumah, sawah atau kebun yang dimiliki orang tua dan fasilitas yang dimiliki dalam keluarga. Adapun kisi-kisi instrumen penelitian adalah sebagai berikut.

Tabel 3.1

Kisi-Kisi Instrumen Status Sosial Ekonomi Orang Tua

NO Deskripsi Item Skor Pertanyaan

1

Pendidikan terakhir Ayah a. Tamat SD

b. Tamat SLTP c. Tamat SLTA

d. Tamat Diploma/ Sarjana

1 2 3 4 2

Pendidikan terakhir Ibu a.Tamat SD

b.Tamat SLTP c.Tamat SLTA

d.Tamat Diploma/ Sarjana

1 2 3 4 3

Penghasilan per bulan Ayah/ Ibu a. Dibawah Rp.500.000

b. Antara Rp.500.000-Rp.1.000.000 c. Antara Rp.1.000.000-Rp.2.000.000 d. Diatas Rp.2.000.000

1 2 3 4 4 Status kepemilikan rumah orang tua


(47)

a. Sewa b. Kontrak

c. Milik Keluarga d. Milik Sendiri

1 2 3 4 5

Luas bangunan rumah yang dimiliki orang tua a. <36m2

b. 37-75m2

c. 76-100m2

d. >100m2

1 2 3 4 6

Atap rumah yang dimiliki orang tua a. Kayu b. Seng c. Asbes d. Genting 1 2 3 4 7

Dinding rumah yang dimiliki a. Tanah liat

b. Bambu c. Kayu d. Tembok 1 2 3 4 8

Lantai rumah yang dimiliki a. Tanah b. Semen c. Tegel d. Keramik 1 2 3 4 9

Langit-langit rumah yang dimiliki a. Tidak ada langit-langit b. Triplek

c. Anyaman bambu

d. Gipsum 1 2 3 4 10

Besarnya tegangan listrik rumah a. 450 watt

b. 900 watt c. 1300 watt d. > 1300 watt

1 2 3 4 11

Rata-rata pengeluaran listrik per bulan a. < Rp.50.000

b. Rp.50.000-Rp.100.000 c. Rp.100.000-Rp.200.000 d. > Rp.200.000

1 2 3 4 12

Sumber air rumah orang tua a. Mata air

b. Sumur gali c. Sumur pompa

d. PAM

1 2 3 4 13 Jumlah kamar mandi dan wc yang dimiliki


(48)

27 b. 1 kamar mandi dan 1 wc

c. 2 kamar mandi dan 2 wc d. > 2 kamar mandi dan 2 wc

2 3 4 14

Luas sawah atau kebun yang dimiliki orang tua a. Tidak memiliki

b. < ¼ ha c. ¼ ha-1/2 ha d. > 1 ha

1 2 3 4

15

Fasilitas yang dimiliki keluarga 1. Mesin Cuci

a. Tidak ada b. Ada 1 c. Ada > 1 2. Kulkas

a. Tidak ada b. Ada 1 c. Ada > 1 3. Sepeda Motor

a. Tidak ada b. Ada 1 c. Ada 2 d. Ada >2 4. Komputer/ Laptop

a. Tidak ada b. Ada 1 c. Ada 2 d. Ada >2 5. Televisi

a. Tidak ada b. Ada 1 c. Ada 2 d. Ada >2

0 1 2 0 1 2 0 1 2 3 0 1 2 3 0 1 2 3

2. Prestasi belajar

Nilai raport kels VIII semester I

3. Pilihan siswa terhadap studi lanjut

Memilih merupakan faktor psikologis yang dapat memberikan suatu keputusan. Pilihan disini adalah pilihan anak terhadap kelanjutan sekolah.


(49)

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Instrumen Pilihan Siswa Untuk Melanjutkan Studi Ke Sekolah Menengah

Indokator Positif Negatif Keinginan untuk melanjutkan ke SLTA 1,2,3 4,5,6

Pengaruh faktor ekonomi orang tua 7,9 Keterbatasan pengetahuan 8

Untuk pilihan studi, pengukuran variabel menggunakan skala Linkert dengan kriteria sebagai berikut.

Sebelum instrumen digunakan dalam sebuah penelitian, maka hendaknya instrumen tersebut diuji terlebih dahulu validitas dan reliabilitasnya.

1. Pengujian Validitas

Pengujian validitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah butir-butir pertanyaan mampu mengukur yang seharusnya diukur sahih atau tidak. Pengujian validitas ini menggunakan rumus Korelasi Product Moment

(Arikunto, 2002:146) sebagai berikut:

Untuk mengetahui validitas instrumen (kuesioner) terlebih dahulu item instrumen diujicobakan pada 30 responden. Penulis menggunakan taraf signifikansi 5%. Setiap item pertanyaan dalam kuesioner dikatakan valid apabila rhitung > rtabel dan tidak valid jika rhitung < rtabel. Penulis menggunakan

Pernyataan Skor SS (sangat setuju) 4

S (setuju) 3 TS (tidak setuju) 2 STS (sangat tidak setuju) 1


(50)

29 bantuan program komputer SPSS for windows versi 16 untuk menghitung validitas kuesioner, apabila diperoleh hasil r hitung untuk setiap butir lebih besar dari r tabel dengan N=30 dimana untuk df = 30 – 2 = 28 dengan taraf signifikansi 5% menunjukan nilai r tabel sebesar 0,361. Oleh karena semua r hitung > r tabel, maka butir-butir soal dinyatakan valid sehingga dapat digunakan untuk mengumpulkan data penelitian.

a. Uji Validitas Variabel Status Sosial Ekonomi Orang Tua Tabel 3.3

Uji Validitas Variabel Status Sosial Ekonomi Orang Tua Butir No. Nilai r tabel Nilai r hitung Status

1 0,361 0,507 Valid 2 0,361 0,560 Valid 3 0,361 0,636 Valid 4 0,361 0,741 Valid 5 0,361 0,388 Valid 6 0,361 0,507 Valid 7 0,361 0,560 Valid 8 0,361 0,543 Valid 9 0,361 0,741 Valid 10 0,361 0,691 Valid 11 0,361 0,767 Valid 12 0,361 0,712 Valid 13 0,361 0,572 Valid 14 0,361 0,712 Valid 15 0,361 0,727 Valid 16 0,361 0,539 Valid 17 0,361 0,724 Valid 18 0,361 0,727 Valid 19 0,361 0,724 Valid


(51)

b. Uji Validitas Variabel Pilihan Siswa Untuk Melanjutkan Studi Ke Sekolah Menengah

Dari tabel di bawah tampak bahwa dari 9 item pertanyaan, diperoleh nilai r hitung lebih besar dari r tabel, sehingga item-item pertanyaan tersebut layak digunakan untuk mengumpulkan data penelitian.

Tabel 3.4

Uji Validitas Variabel Pilihan Siswa Untuk Melanjutkan Studi Ke Sekolah Menengah

Butir No. Nilai r tabel Nilai r hitung Status

1 0,361 0,475 Valid 2 0,361 0,465 Valid 3 0,361 0,367 Valid 4 0,361 0,462 Valid 5 0,361 0,507 Valid 6 0,361 0,593 Valid 7 0,361 0,621 Valid 8 0,361 0,477 Valid 9 0,361 0,562 Valid

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena insrumen tersebut sudah baik. Menurut pengujian (Arikunto, 2002:171), reliabilitas instrumen digunakan rumus koefisien alpha sebagai berikut:

Keterangan:


(52)

31 k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

= jumlah varians butir = varians total

Kriteria pengujian instrumen dikatakan handal apabila r hitung lebih besar dari pada r tabel pada taraf signifikansi 5%. Jika r alpha positif dan r alpha > r tabel, maka variabel tersebut reliabel.

Uji reliabilitas ini menggunakan komputer program SPSS, apabila diperoleh hasil r hitung untuk setiap butir lebih besar dari r tabel dengan N = 30 dimana untuk df = 30 - 2 = 28 dengan taraf signifikansi 5% menunjukan nilai tabel 0,361. Oleh karena butir-butir soal yang telah disusun dalam instrumen dinyatakan reliabel maka dapat digunakan untuk pengambilan data penelitia

Tabel 3.5

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

Variabel Koefisien Alpha

r-tabel (df = 28, α = 5%)

Status

Status Sosial Ekonomi Orang Tua 0,927 0,361 Reliabel Pilihan Siswa Untuk Melanjutkan

Studi Ke Sekolah Menengah 0,812 0,361 Reliabel Pada penelitian ini untuk menginterprestasikan hasil uji coba instrumen

menggunakan pedoman dari (Arikunto,2002:254) sebagai berikut:

Interval Kategori 0,800-1,000 Sangat tinggi

0,600-0,799 Tinggi 0,400-0,599 Cukup 0,200-0,399 Rendah 0,000-0,199 Sangat Rendah


(53)

Berdasarkan tabel di atas maka, hasil pengujian reliabilitas Status Sosial Ekonomi Orang Tua, dengan nilai alpha 0,927 termasuk dalam kategori sangat tinggi dan hasil pengujian reliabilitas Pilihan Siswa Untuk Melanjutkan Studi Ke Sekolah Menengah, dengan nilai alpha 0,812 termasuk dalam kategori sangat tinggi.

F. Data yang Diambil

Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah: 1. Data Primer

Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber data atau responden oleh peneliti sesuai dengan tujuan penelitian tersebut sebagai berikut: Status sosial ekonomi orang tua dan pilihan siswa

2. Data Skunder

Data skunder adalah data yang diperoleh dari data yang sudah ada di SLTP tersebut, meliputi nilai raport siswa dan data-data monografi tentang keadaan sekolah seperti jumlah siswa, jumlah guru, fasilitas sekolah.

G. Teknik Pengumpulan Data

a. Kuisioner yaitu metode pengumpulan data dengan menggunakan sejumlah daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden untuk diisi dengan jawaban yang sesuai dengan keadaan responden yang sebenarnya.

b. Dokumentasi yaitu pengumpulan data skunder nilai raport siswa kelas VIII semester I dan data monografi dari sekolah tentang keadaan sekolah misalnya jumlah siswa, jumlah guru, fasilitas sekolah, serta laporan KHL dari Depnaker.


(54)

33

H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Untuk menganalisa data yang diperoleh digunakan beberapa cara sebagai berikut.

1. Analisis Deskriptif

Analisis ini digunakan untuk mengambarkan karakteristik data orang tua, prestasi belajar terhadap pilihan siswa masuk sekolah menengah. Teknik pengujian yang digunakan adalah dengan menghitung presentase.

Tabel 3.6 PAP II

Tingkat Penguasaan Kompetensi Kategori Kecenderungan Variabel

81%-100% Sangat Baik 66%-80% Baik 56%-65% Cukup Baik 46%-55% Tidak Baik Dibawah 46% Sangat Tidak Baik

Berdasarkan kriteria di atas, maka kategori kecenderungan dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut.

a. Status Sosial Ekonomi Orang Tua

Skor tertinggi yang diharapkan dicapai dari 19 item pertanyaan adalah 69 dan skor terendah adalah 14, maka selisih antara skor tertinggi dengan skor terendah adalah 55, sehingga diperoleh :

Skor = nilai terendah + %(nilai tertinggi-nilai terendah)

Tingkat Penguasaan Kompetensi

Kategori Kecenderungan

Variabel

14 + (81% x 55) = 58,55 dibulatkan menjadi 59 Sangat Tinggi 14 + (66% x 55) = 50,3 dibulatkan menjadi 50 Tinggi 14 + (56% x 55) = 44,8 dibulatkan menjadi 45 Sedang 14+ (46% x 55) = 39,3 dibulatkan menjadi 40 Rendah


(55)

Dibawah 40 Sangat Rendah Disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 3.7

Interval Status Sosial Ekonomi Orang Tua Interval Skor Keterangan

59-69 Sangat Tinggi 50-58 Tinggi 45-49 Sedang 39-44 Rendah 14-38 Sangat Rendah

b. Prestasi Belajar

Skor tertinggi yang diharapkan dicapai adalah 100 dan skor terendah adalah 0, maka selisih antara skor tertinggi dengan skor terendah adalah 100, sehingga diperoleh:

Skor = nilai terendah + %(nilai tertinggi – nilai terendah)

Tingkat Penguasaan Kompetensi

Kategori Kecenderungan

Variabel

0 + (81% x 100) = 81 Sangat Tinggi 0 + (66% x 100) = 66 Tinggi 0 + (56% x 100) = 56 Sedang 0 + (46% x 100) = 46 Rendah Dibawah 46 Sangat Rendah Disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 3.8

Interval Prestasi Belajar Interval Skor Keterangan

81-100 Sangat Tinggi 66-80 Tinggi 56-65 Sedang 46-55 Rendah


(56)

35 c. Pilihan Siswa Untuk Melanjutkan Studi Ke Sekolah Menengah.

Skor tertinggi yang diharapkan dicapai dari 9 item pertanyaan adalah 36 dan skor terendah adalah 9, maka selisih antara skor tertinggi dengan skor terendah adalah 27, sehingga diperoleh:

Skor = nilai terendah + %(nilai tertinggi - nilai terendah)

Tingkat Penguasaan Kompetensi

Kategori Kecenderungan

Variabel

9 + (81% x 27) = 30,87 Dibulatkan menjadi 31 Sangat Tinggi 9 + (66% x 27) = 26,82 Dibulatkan menjadi 27 Tinggi 9 + (56% x 27) = 24,12 Dibulatkan menjadi 24 Sedang 9 + (46% x 27) = 21,42 Dibulatkan menjadi 21 Rendah Dibawah 21 Sangat Rendah Disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 3.9

Interval Pilihan Siswa Untuk Melanjutkan studi Ke Sekolah Menengah

Interval Skor Keterangan

31-36 Sangat Tinggi 27-30 Tinggi 24-26 Sedang 21-23 Rendah

9-20 Sangat Rendah

2. Pengujian Hipotesis

a. Pengujian hipotesis dilakukan untuk menguji hubungan status sosial ekonomi orang tua dengan pilihan siswa untuk melanjutkan studi ke sekolah menengah, prestasi belajar dengan pilihan siswa untuk melanjutkan studi ke sekolah menengah, status sosial ekonomi orang tua, prestasi dengan pilihan siswa terhadap jenis sekolah menegah. Untuk menghitung digunakan rumus statistik koefisien korelasi rank


(57)

spearman yang dinyatakan dalam bentuk formulasi sebagai berikut (Andi Supangat, 2007:362-363):

Keterangan:

r : Koefisien korelasi d : Selisih ranking n : Jumlah data Dengan kriteria:

Range Hubungan

0 - 0,55 Tidak kuat 0,56 - 0,65 Cukup kuat 0,66 - 0,75 kuat

0,76 - 0,99 Sangat kuat


(58)

37  

BAB IV

GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Berdirinya SMP N 1 TURI

Permulaan berdirinya SMP N 1 Turi, dimulai sekitar awal tahun 1960 oleh tokoh pendiri antara lain

1. Bp.Sutarjo (Almarhum) Kembangarum 2. Bp.Sunarjo (Almarhum) Turi

3. Bp.Sujud Hadi Sulistyo (Almarhum) Kembangarum

4. Didukung Seluruh Lurah di Kecamatan Turi seperti Bp.Radyo Sadewo (Almarhum) Lurah Desa Donokerto alamat Randusongo, Bp.Radyo Hadi Sugondo (Almarhum) Lurah Desa Girikerto, Lurah Desa Bangun Kerto dan Lurah Desa Wonokerto.

Nama SMP ini pada mulanya merupakan SMP Swasta dan di kepalai Bp.Sujud Hadi Sulityo dimana Guru-gurunya berasal dari warga sekitar Turi, yang pada waktu itu berstatus perangkat desa dan menarik sebagian warga yang menjadi guru SD di daerah lain. Perlu diketahui bahwa pada awalnya SMP ini tempatnya terpencar di Rumah-rumah penduduk seperti di Joglo depan SMP ( Rumah Bp.Darwanto ), Rumah Bp.Atmo Wiyono Turi.

Selanjutnya para tokoh pendiri berjuang untuk mengajukan sebagai SMP Negeri dengan nama SMP Persiapan sekitar tahun 1962. Setelah menunggu kurang lebih 2 tahun perjuangan para tokoh yang cukup lama itu akhirnya memperoleh kabar bahagia, dengan datangnya Surat Keputusan dari


(59)

Menteri Pendidikan Dasar dan Kebudayaan Republik Indonesia dengan Nomor : 87/S.K/B/III tertanggal 30 September 1964 dan sejak itu disebut SMP Negeri Turi, yang diangkat sebagai Kepala Sekolah pertama kali adalah Bp.Muhamad Supardi dari Randusonggo dan SMP N Turi menempati gedung 3 kelas di Lapangan Turi dan sebagian belajar di Randu Songgo (Rumah Bp. Lurah), selanjutnya SMP N Turi mengalami cobaan cukup berat pada tahun 1968 dengan robohnya gedung sekolah di lapangan Turi karena angin ribut dengan korban jiwa Bp.Puspo Harjono (Dukuh Balong Kembangarum). Sejak peristiwa itu kembali SMP N Turi harus terpisah-pisah mendompleng ke SD Ngipik (SD Turi II sekarang), dan rumah- rumah penduduk di Ngentak.

Pada tahun 1974 atas inisiatif Bp.Radyo sadewo maka SMP N Turi tukar guling dengan Sekolah Misi (SMP Aloysius) dengan surat serah terima Gedung Pemerintah Kalurahan Donokerto Nomor:182/UM/DN/16/74 tertanggal 29 april 1974 dari Yayasan Santo Aloysius.

Mulai 1974 mulailah babak baru SMP N Turi di tempat ini dengan menempati 9 ruang kelas.

Tahun 1975 mendapat bantuan ruang laboratorium dan 2 ruang kelas.

Tahun 1979 BP 3 memperluas lokasi sekolah di sebelah barat, dengan membeli tanah milik Bp.Darto Winarto dan Bp.Sujiyono (tanah yang diduduki sekarang ini).

Tahun 1976 terjadi pergantian Kepala Sekolah dari Bp.M. Supardi kepada Bp.Hubertus Sumarsono,BA ( Almarhum)


(60)

39

Tahun 1988 Kepala Sekolah dari Bp.Hubertus Sumarsono kepada Bp. Suhadi,BA dari Godean,

Tahun 1986 Dari Bp.Suhadi,BA kepada Bp.Drs.Umar Sahid dari Cepet, Purwobinagun.

Tahun 1992 Dari Bp.Drs.Umar Sahid kepada Bp.Samirejo,BA dari Gentan, Ngaglik.

Tahun 1998 Dari Bp.Samirejo,BA kepada Ibu Dra. Margini dari Wonorejo, Monjali

Tahun 2003 Dari Ibu Dra Margini kepada Bp.Heru Sumarsono, S.Pd. dari MinoMartani.

Pada tahun 2002 SMP N 1 Turi berganti nama SLTP N 1 Turi

Pada tahun 2004 SLTP N 1 Turi berganti Nama lagi SMP Negeri 1 Turi sampai sekarang.

Demikian sejarah SMP N 1 TURI Sleman Yogyakarta yang sekarang: Alamat : Jl. Turi-Pakem, Turi, Donokerto, Turi, Sleman Yogyakarta Telepon : 0274-896673

Faximile : 0274-896673

E-mail : smpn1_turi@yahoo.co.id

B. Visi, Misi SMP N 1 TURI 1. Visi

Unggul Dalam Prestasi, Terampil & Berakhlak Mulia 2. Misi

a. Menanamkan kaimanan dan ketaqwaan warga sekolah melalui pengamalan ajaran yang dianut.


(61)

b. Mengintensifkan pembelajaran dan bimbingan akademik terhadap siswa secara efisien dan efektif.

c. Menanamkan jiwa keunggulan pada siswa dan masyarakat sekolah. d. Membekali siswa dengan ketrampilan komputer, penguasaan bahasa

inggris.

e. Meningkatkan profesionalisme guru dan tenaga kependidikan. f. Membekali siswa dengan ketrampilan jurnalistik.

g. Menumbuhkan minat siswa dalam penelitian dan penulisan karya ilmiah.

h. Mengembangkan bakat dan kemampuan seni budaya maupun olah raga.

C. Analisis Keadaan dan Potensi Sekolah 1. Lingkungan Sekolah

SMP N 1 TURI terletak di sebuah desa dengan suasana lingkungan yang mendukung proses belajar mengajar, suasananya aman nyaman jauh dari keramaian tepatnya di Jl.Turi-Pakem, Turi, Donokerto, Turi Sleman Yogyakarta.

2. Keadaan Sekolah a. Sarana Prasarana

Ruang Keterangan

Jenis Jumlah Luas Jumlah Luas 1 Ruang Belajar

1.Ruang Teori/Kelas 9 63 567 2.Ruang Perpustakaan 1 105 105


(62)

41

3.Ruang Lab IPA 1 105 105

4.Ruang Ketrampilan 1 21 21 5.Ruang Multimedia 1 81 81 6.Ruang Kesenian 1 21 21

7.Ruang Lab Bahasa 1 72 72 8.Ruang Lab Komputer 1 72 72

9.Ruang Serbaguna/Aula *R.Terbuka Ruang

Keterangan Jenis Jumlah Luas Jumlah

Luas 2 Ruang Kantor

1.Ruang Kepala Sekolah 1 21 21

2.Ruang Guru 1 70 70

3.Ruang Tata Usaha 1 63 63

4.Ruang Tamu/Lobi 1 28 28 3 Ruang Penunjang

1.Ruang Gudang 1 15 15 2.Ruang Dapur 1 15 15 3.Ruang Reproduksi 1 15 15

4.Ruang KM/WC Guru 3 4.5 13.5 5.Ruang KM/WC Siswa 8 3 24

6.Ruang BK 1 35 35

7.Ruang UKS 1 42 42 8.Ruang PMR/Pramuka 1 35 35 9.Ruang Osis 1 15 15 10.Ruang Ibadah 1 130 130 11.Ruang Ganti 1 15 15 12.Ruang Koperasi 1 24 24 13.Ruang Kantin 1 24 24

14.Ruang Rumah Pompa

atau Menara Air 2 4 8 15.Bangsal Kendaraan/

Parkiran 1 36 36

16.Rumah Penjaga 1 24 24 Jumlah Luas Bangunan 1.696,5 b. Anggaran Sekolah

Secara umum sumber dana sekolah diperoleh dari dana yang dihimpun dari orang tua peserta didik dan bantuan dari pemerintah yang bersifat


(63)

insidental. Adapun anggaran pendapatan dan belanja sekolah selama dua tahun terakhir adalah sebagai berikut

No Tahun Pelajaran Jumlah (Rupiah)

1 2008-2009 1.059.007.400

2 2009-2010 1.526.317.000

3. Personalia Sekolah a. Tenaga Pendidik

Pendidikan Jumlah dan Status Guru Jumlah GT/PNS GTT/Guru Bantu

L P L P

S3/S2 - 1 - - 1

S1 5 11 2 1 19

D3/Sarmud 4 1 - 1 6

D2 1 - - - 1

D1 - 2 - - 2

jumlah 11 15 3 2 30

b. Tenaga Kependidikan

Pendidikan Jumlah

JumlahTotal

TS TT

S2/S3 1 - 1

S1/D4 19 1 20

D3/Sarmud 4 1 5

D2/D1 4 - 4

Jumlah 28 2 30

Ket: TS: Tenaga Tetap Sekolah, TT: Tenaga Tidak Tetap 4. Peserta Didik

a. Keadaan Peserta Didik 4 tahun terakhir Tahun

Pelajaran

Jumlah Siswa

Kelas VII Kelas VIII Kelas IX Jumlah

2006/2007 108 114 121 343

2007/2008 108 107 113 328

2009/2010 108 106 107 321


(64)

43

b. Profil Tamatan

Tahun Ajaran

Jumlah kelulusan dan kelanjutanStudi Jumlah

Peserta Ujian

Jumlah

Lulus Persentase

% Lulusan yang Melanjutkan

Studi

2007/2008 113 113 100 100

2008/2009 108 108 100 100

5. Latar Belakang Sosial Ekonomi Orang Tua Siswa

No Pekerjaan Persentase

1 PNS 15.2

2 TNI/POLRI 1.5

3 Petani 24.4

4 Swasta 13.7

5 Perangkat Desa 0.6

6 Pedagang 3.2

7 Buruh 39.6


(65)

44 BAB V

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Responden

Penelitian ini dilakukan di SMP N 1 TURI Sleman Yogyakarta dengan responden berjumlah 106 orang yang terdiri dari siswa-siswi kelas IX. Jumlah kuisioner yang dibagikan sebanyak 106 kuisioner, dan jumlah kuisioner yang dibagikan tersebut kembali sebanyak 101, sehingga response rate sebesar 95%

B. Deskripdi Data Penelitian

Pendeskripsian data penelitian berfungsi untuk mengungkapkan cirri-ciri data dari setiap penelitian. Pendeskripsian dalam variabel ini meliputi : variabel status sosial ekonomi orang tua, prestasi belajar, dan pilihan siswa untuk melanjutkan studi ke sekolah menengah. Pendeskripsian dilakukan dengan menggunakan PAP tipe II.

1. Data Variabel Status Sosial Ekonomi Orang Tua

Berdasarkan data hasil penelitian skor data tertinggi untuk variabel status sosial ekonomi orang tua yang diharapkan adalah 69 dan skor data terendah adalah 14. Berikut disajikan perhitungan menggunakan PAP Tipe II.

Skor = Nilai terendah + % (Nilai tertinggi – Nilai terendah) • 14 + (81%x55) = 58,55 dibulatkan 59


(66)

45

• 14 + (56%x55) = 44,8 dibulatkan 45 • 14 + (46%x55) = 39,3 dibulatkan 39

Dari perhitungan di atas dapat disajikan tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:

Tabel 5.1

Kategori Data Status Sosial Ekonomi Orang Tua

No Interval Skor Frekuensi Persentase (%) Keterangan 1 59-69 5 4,95 Sangat Tinggi 2 50-58 68 67,33 Tinggi 3 45-49 13 12,87 Sedang 4 39-44 15 14,85 Rendah 5 14-38 0 0 Sangat Rendah

Jumlah 101 100

Dari tabel di atas diketahui bahwa jumlah siswa yang memiliki status sosial ekonomi orang tua sangat tinggi adalah 5 siswa (4,95%); tinggi adalah 68 siswa (67,33%); sedang adalah 13 siswa (12,87%); rendah adalah 15 siswa (14,85%); sedangkan status sosial ekonomi orang tua sangat rendah adalah 0 siswa (0%). Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan bahwa status sosial ekonomi orang tua sebagian siswa dikategorikan tinggi.

2. Data Variabel Prestasi Belajar

Batas untuk menentukan tinggi rendanya prestasi belajar menggunakan PAP Tipe II. Skor tertinggi yang mungkin dicapai 100 dan skor terendah 0.

Skor = Nilai terendah + % (Nilai tertinggi – Nilai terendah) • 0 + (81%x100) = 81


(67)

• 0 + (66%x100) = 66 • 0 + (56%x100) = 56 • 0 + (46%x100) = 46

Dari perhitungan di atas dapat disajikan tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:

Tabel 5.2

Kategori Data Prestasi Belajar

No Interval Skor Frekuensi Persentase (%) Keterangan

1 81-100 24 23,76 Sangat Tinggi 2 66-80 77 76,24 Tinggi 3 56-65 0 0 Sedang 4 46-55 0 0 Rendah 5 0-45 0 0 Sangat Rendah Jumlah 101 100

Dari tabel di atas diketahui bahwa jumlah siswa yang memiliki prestasi belajar sangat tinggi adalah 24 siswa (23,76%); tinggi adalah 77 siswa (76,24%); sedangkan kategori sedang, rendah, dan sangat rendah adalah 0 siswa (0%). Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan bahwa siswa SMP N 1 TURI memiliki kategori yang tinggi terhadap prestasi belajar. 3. Data Variabel Pilihan Siswa Untuk Melanjutkan Studi Ke Sekolah

Menengah

Berdasarkan data hasil penelitian skor data tertinggi untuk variabel pilihan siswa untuk melanjutkan studi ke sekolah menengah yang diharapkan adalah 36 dan skor data terendah adalah 9. Berikut disajikan perhitungan menggunakan PAP Tipe II.


(68)

47

• 9 + (81%x27) = 30,87 dibulatkan 31 • 9 + (66%x27) = 26,82 dibulatkan 27 • 9 + (56%x27) = 24,12 dibulatkan 24 • 9 + (46%x27) = 21,42 dibulatkan 21

Dari perhitungan di atas dapat disajikan tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:

Tabel 5.3

Pilihan Siswa Untuk Melanjutkan Studi Ke Sekolah Menengah No Interval Skor Frekuensi Persentase (%) Keterangan

1 31-36 17 16,83 Sangat Tinggi 2 27-30 36 35,64 Tinggi 3 24-26 43 42,58 Sedang 4 21-23 5 4,95 Rendah 5 9-20 0 0 Sangat Rendah

Jumlah 101 100 Dari tabel di atas diketahui bahwa jumlah pilihan siswa untuk

melanjutkan studi ke sekolah menengah sangat tinggi adalah 17 siswa (16,83%); tinggi adalah 36 siswa (35,64%); sedang adalah 43 siswa (42,58%); rendah adalah 5 mahasiswa (4,95%); sedangkan kategori sangat rendah adalah 0 siswa (0%). Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan bahwa pilihan siswa untuk melanjutkan studi ke sekolah menengah dalam kategori sedang.

C. Pengujian Hipotesis

Pengujian Hipotesis dilakukan untuk menguji hasil analisis yang telah diperoleh mendukung atau tidak dengan hipotesis yang telah diajukan.


(69)

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan massalah penelitian.

Penggunaan Hipotesis selengkapnya tampak seperti di bawah ini. 1. Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua Dengan Pilihan

Siswa Untuk Melanjutkan Studi Ke Sekolah Menengah a. Rumusan Hipotesis

Ho = Tidak ada hubungan yang posistif dan signifikan antara status sosial ekonomi orang tua dengan pilihan siswa untuk melanjutkan studi ke sekolah menengah.

Ha = Ada hubungan yang positif dan signifikan antara status sosial ekonomi orang tua dengan pilihan siswa untuk melanjutkan studi ke sekolah menangah.

b. Pengujian Hipotesis

Hasil analisis data dari pengujian ini dilakukan dengan menggunakan SPSS 16. Teknik analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis ini dengan analisis korelasi spearman, yaitu untuk menentukan hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dengan pilihan siswa untuk melanjutkan studi ke sekolah menengah. Prestasi. Berikut ini disajikan output hasil analisis dalam bentuk tabel.


(70)

49

Tabel 5.4

Hasil Pengujian Hipotesisi I Correlations

SE PS

Spearman's rho SE Correlation Coefficient 1.000 .226*

Sig. (2-tailed) . .023

N 101 101

PS Correlation Coefficient .226* 1.000

Sig. (2-tailed) .023 .

N 101 101

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Dari tabel 5.4 di atas menunjukkan bahwa hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dengan pilihan siswa untuk melanjutkan studi ke sekolah menegah memiliki koefisien korelasi rhitung sebesar 0,226.

Bila rhitungini dibandingkan dengan rtabel maka rhitung 0,226 lebih besar

dari rtabel 0,196 yang dicari dengan cara interpolasi. Nilai rhitung yang

lebih besar dari rtabel pada taraf signifikansi 2 tailed 5% dan nilai

signifikan value 0,023 yang lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima, yang artinya bahwa ada hubungan positif antara status sosial ekonomi orang tua dengan pilihan siswa untuk melanjutkan studi ke sekolah menengah.

2. Hubungan Antara Prestasi Belajar Dengan Pilihan Siswa Untuk Melanjutkan Studi Ke Sekolah Menengah


(71)

Ho = Tidak ada hubungan yang posistif dan signifikan antara status sosial ekonomi orang tua dengan pilihan siswa untuk melanjutkan studi ke sekolah menengah.

Ha = Ada hubungan yang positif dan signifikan antara status sosial ekonomi orang tua dengan pilihan siswa untuk melanjutkan studi ke sekolah menangah.

b. Pengujian Hipotesis

Hasil analisis data dari pengujian ini dilakukan dengan menggunakan SPSS 16. Teknik analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis ini dengan analisis korelasi spearman, yaitu untuk menentukan hubungan antara prestasi belajar dengan pilihan siswa untuk melanjutkan studi ke sekolah menengah. Berikut ini disajikan output hasil analisis dalam bentuk tabel.

Tabel 5.5

Hasil Pengujian Hipotesisi II Correlations

PB PS

Spearman's rho PB Correlation Coefficient 1.000 .012 Sig. (2-tailed) . .908

N 101 101

PS Correlation Coefficient .012 1.000 Sig. (2-tailed) .908 .

N 101 101

Dari tabel 5.5 di atas menunjukkan bahwa hubungan antara prestasi belajar dengan pilihan siswa untuk melanjutkan studi ke sekolah menengah memiliki koefisien korelasi rhitungsebesar 0,012. Bila


(72)

51

rhitung ini dibandingkan dengan rtabel maka rhitung 0,012 lebih kecil dari

rtabel 0,196 yang dicari dengan cara interpolasi. Nilai rhitung yang lebih

kecil dari rtabel pada taraf signifikansi 2 tailed 5% dan nilai signifikan

value 0,908 yang lebih besar dari 0,05 maka Ha ditolak, yang artinya bahwa tidak ada hubungan positif antara prestasi belajar dengan pilihan siswa untuk melanjutkan studi ke sekolah menengah.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua Dengan Pilihan Siswa Untuk Melanjutkan Studi Ke Sekolah Menengah

Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara status sosial ekonomi orang tua dengan pilihan siswa untuk melanjutkan studi ke sekolah menengah. Hasil ini didukung oleh perhitungan koefisien korelasi rhitung sebesar 0,226 dan nilai probabilitas

0,023. Dengan disimpulkannya bahwa adanya hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dengan pilihan siswa untuk melanjutkan studi ke sekolah menengah, berarti semakin tinggi status sosial ekonomi orang tua, maka semakin tinggi pilihan siswa untuk melanjutkan studi ke sekolah menengah dan sebaliknya.

Berdasarkan deskripsi data pilihan siswa untuk melanjutkan studi ke sekolah menengah berdasarkan status sosial ekonomi orang tua kategori sangat tinggi dengan skor 59-69 sebanyak 5 siswa atau 4.95%, kategori tinggi dengan skor 50-58 sebanyak 68 siswa atau 67,33%,


(73)

kategori sedang dengan skor 45-49 sebanyak 13 siswa atau 12,87%, kategori rendah dengan skor 40-44 sebanyak 15 siswa atau 14,85%, dan kategori sangat rendah dengan skor 14-39 tidak ada atau 0. Hasil deskripsi ini menunjukkan bahwa skor status sosial ekonomi orang tua dengan pilihan siswa untuk melanjutkan studi ke sekolah menengah bervariasi, terlihat dari kategori sangat tinggi sampai kategori rendah. Deskripsi status sosial ekonomi orang tua menunjukkan bahwa sebagian besar siswa di kategorikan memiliki status sosial ekonomi yang tinggi sebesar 68 siswa atau 67,33 %.

Jika dilihat dari kuat lemahnya koefisien korelasi, nilai r sebesar 0,226 termasuk dalam kriteria hubungan yang tidak kuat karena terletak antara 0,00 – 0,55. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa meskipun hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dengan pilihan siswa untuk melanjutkan studi ke sekolah menengah signifikan, tetapi tingkat hubungan antara status sosial ekonomi dengan pilihan siswa untuk melanjutkan studi ke sekolah menengah tidak kuat.

Hal tersebut di karenakan siswa yang berasal dari keluarga yang status sosial ekonominya tinggi lebih suka pertama-tama memilih melanjutkan ke sekolah menengah umum dibandingkan dengan mereka yang berasal dari tingkat sosial ekonomi yang rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Vembriarto (1989:108) bahwa siswa yang memasuki sekolah kejuruan umumnya kurang mampu mamasuki sekolah umum, baik secara akademik, finansial, maupun secara sosial. Siswa yang


(74)

53

tingkat pendapatan orang tuanya rendah akan memilih melanjutkan ke SMK karena tidak harus melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi dan bisa segera bekerja untuk membantu meringankan baban orang tua. Oleh karena itu status sosial ekonomi berhubungan atau berpengaruh pada pilihan siswa untuk melanjutkan studi ke sekolah menengah.

2. Hubungan Antara Prestasi Belajar Dengan Pilihan Siswa Untuk Melanjutkan Studi Ke Sekolah Menengah

Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya hubungan positif yang signifikan antara prestasi belajar dengan pilihan siswa untuk melanjutkan studi ke sekolah menengah. Hasil ini didukung oleh perhitungan koefisien korelasi yang menunjukkan rhitung sebesar 0,012 dan nilai

probabilitas 0,908. Hal ini menunjukkan prestasi belajar tidak berhubungan dengan tinggi rendahnya pilihan siswa untuk melanjutkan studi ke sekolah menengah.

Berdasarkan deskripsi data pilihan siswa untuk melanjutkan studi ke sekolah menengah berdasarkan prestasi belajar kategori sangat tinggi dengan skor 81-100 sebanyak 24siswa atau 23,76%, kategori tinggi dengan skor 66-80 sebanyak 77 siswa atau 76,24%, kategori sedang dengan skor 56-65 tidak ada atau 0, kategori rendah dengan skor 46-55 tidak ada atau 0, dan kategori sangat rendah dengan skor 0-45 tidak ada atau 0. Hasil deskripsi ini menunjukkan bahwa skor prestasi belajar


(75)

dengan pilihan siswa untuk melanjutkan studi ke sekolah menengah bervariasi, terlihat dari kategori sangat tinggi sampai kategori rendah.

Deskripsi prestasi belajar menunjukkan bahwa sebagian besar siswa di kategorikan memiliki prestasi belajar yang tinggi sebesar 77 siswa atau 76,24 %. Prestasi belajar merupakan suatu kecakapan nyata yang dimiliki seseorang. Hal tersebut merupakan hasil dari proses yang dilakukan dalam rangka menyiapkan diri untuk menambah pengetahuan, yang hasilnya digunakan secara nyata dan dapat diukur dengan menggunakan alat yaitu tes (Diliana 2009:78). Hasil yang diperoleh merupakan aktualitas diri yang dinyatakan dalam nilai hasil studi. Dengan demikian, dari nilai hasil studi dapat diketahui tinggi rendahnya prestasi belajar yang dicapai siswa. Sebelum siswa melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, siswa diberi bekal melalui pelajaran-pelajaran yang diberikan yang bertujuan menambah atau memperdalam pengetahuan siswa. Siswa yang memiliki pemahaman yang baik dalam setiap mata pelajaran, dan memiliki kesiapan dalam penguasaan materi, maka prestasi yang diperolehnya akan baik. Hal ini tercermin dari nilai nilai-nilai setiap mata pelajaran.

Hasil penelitian ini menunjukan prestasi prestasi belajar yang tergolong tinggi dan pilihan siswa untuk melanjutkan studi ke sekolah menengah yang tinggi ternyata tidak berkorelasi. Artinya, bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar tidak mempengaruhi pilihan siswa untuk melanjutkan studi ke sekolah menengah.


(76)

55

Meskipun siswa memiliki prestasi yang baik tetapi keadaan ekonomi keluarga kurang mendukung, maka sebagai orang tua juga akan mempertimbangkan apakah anaknya akan melanjutkan studi atau tidak. Sebagian besar orang tua akan memilih anaknya untuk tidak melanjutkan sekolah dan meminta mereka untuk membantu orang tuanya bekerja dengan pertimbangan masih belum terpenuhinya kebutuhan hidup secara layak. Sebaliknya siswa yang memiliki prestasi rendah tetapi berasal dari keluarga maampu maka orang tuanya akan mengarahkan atau memaksa anaknya untuk melanjutkan sekolah meskipun memiliki pengetahuan yang kurang memadai. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi belajar tidak ada hubungannya dengan pilihan siswa untuk melanjutkan studi ke sekolah menengah.


(77)

56 BAB VI

KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilaksanakan, Hubungan antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua, Prestasi Belajar Dengan Pilihan Siswa Untuk Melanjutkan Studi Ke Sekolah Menengah, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Ada hubungan antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua Dengan Pilihan Siswa Untuk Melanjutkan Studi Ke Sekolah Menengah. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien korelasi r sebesar 0,226 dan nilai probabilitas koefisien korelasi sebesar 0,023.

2. Tidak ada hubungan antara Prestasi Belajar Dengan Pilihan Siswa Untuk Melanjutkan Studi Ke Sekolah Menengah. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien korelasi r sebesar 0,012 dan nilai probablitas koefisien korelasi sebesar 0,908.

B. Keterbatasan

1. Penulis menyadari bahwa dalam melakukan penelitian dan pengujian hasil penelitian ini memiliki keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya sehingga penelitian ini hanya dilakukan pada siswa kelas IX SMP N 1 TURI Sleman Yogyakarta dan menggunakan metode populasi.


(1)

88

INTERPOLASI

N=101 dengan taraf signifikansi 5% terletak antara N = 100 dan N = 125 N=100 dengan taraf signifikansi 5% sebesar 0,195

N=125 dengan taraf signifikansi 5% sebesar 0,176

0,195 0,176

100 101 125

Perhitungan:

Keterangan:

0,195 = taraf signifikansi 5% pada N = 100 1/25 = jarak antara N = 100 dan N = 125

0,019 = selisih taraf signifikansi antara N = 100 dan N = 125


(2)

Lampiran

Bagian VI

Surat-Surat

™

Ijin Penelitian Kampus

™

Ijin Penelitian Sekretariat Daerah Provinsi

DIY

™

Ijin Penelitian Bappeda Kabupaten Sleman

™

Keterangan Sekolah SMP N 1 TURI


(3)

89 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

90 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

91 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

92 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI