46
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2007 sampai dengan Desember 2007. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XII pada 6 SMA di
Kabupaten Sleman. Ke-6 SMA tersebut adalah SMA Negeri 2 Sleman, SMA Negeri I Mlati, SMA Negeri I Tempel, SMA Gama Yogyakarta, SMA
Santo Michael Mlati dan SMA Islam I Sleman. Dari kuesioner sebanyak 567, yang diisi secara lengkap semua butir pertanyaannya ole h responden
adalah sebanyak 544 kuesioner. Dengan demikian response rate pengembalian kuesioner adalah sebesar 95,94 . Secara lengkap sebaran
responden penelitian disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 4.1 Sebaran Responden Penelitian
Nama sekolah Sampel Tidak Hadir Rusak
Gagal Responden
SMA Negeri 2 Sleman 95
1 -
- 94
SMA Negeri I Mlati 112
2 -
1 109
SMA Negeri I Tempel 95
3 -
- 92
SMA Gama Yogyakarta 90
9 -
- 81
SMA Santo Michael Mlati 40
- -
4 36
SMA Islam 1 Sleman 135
1 -
2 132
Jumlah 567
16 -
7 544
1 Deskripsi Responden Penelitian
a. Jenis Kelamin
Tabel 4.2 Jenis Kelamin Responden
Laki-laki Perempuan
Total No
Nama SMA F
fr F
f r f
fr 1
SMA Negeri 2 Sleman 32
34,04 62
65,96 94
100 2
SMA Negeri I Mlati 45
41,28 64
58,72 109
100 3
SMA Negeri I Tempel 38
41,3 54
58,7 92
100 4
SMA Gama Yogyakarta 40
49,38 41
50,62 81
100 5
SMA Santo Michael Mlati 22
61,11 14
38,89 36
100 6
SMA Islam 1 Sleman 59
44,70 73
55,30 132
100 Jumlah
236 43,38
308 56,62
544 100
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa jumlah responden berjenis kelamin laki- laki sebanyak 236
siswa atau 43,38 dan perempuan sebanyak 308 siswa atau 56,62. Dengan demikian dapat
disimpulkan sebagian besar responden penelitian ini berjenis kelamin perempuan.
b. Pendapatan Orang Tua Dalam penelitian ini pendapatan orang tua dibedakan menjadi
tingkat pendapatan ayah dan tingkat pendapatan ibu. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 4.3 Tingkat Pendapatan Orang Tua
Tingkat Pendapatan Ayah I
II III
Total No
Nama SMA F
fr F
fr F
fr F
fr 1
SMA Negeri 2 Sleman
- -
31 32,98
63 67,02
94 100
2
SMA Negeri I Mlati
- -
54 49,54
55 50,46
109 100
3
SMA Negeri I Tempel
1 1,09
48 52,17
43 46,74
92 100
4
SMA Gama Yogyakarta
6 7,41
36 44,44
39 48,15
81 100
5
SMA Santo Michael Mlati
5 13,89
15 41,67
16 44,44
36 100
6
SMA Islam 1 Sleman
52 39,40
56 42,42
24 18,18
132 100
Jumlah 64
11,76 240
44,12 240
44,12 544
100
Keterangan : I
= Kurang dari Rp. 500.000 II
= Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000 III
= Lebih dari Rp. 1.000.000 f
= frekuensi fr
= frekuensi relatif
Tingkat Pendapatan Ibu I
II III
Total No
Nama SMA F
fr F
fr f
fr f
fr 1
SMA Negeri 2 Sleman
44 46,81
32 34,04
18 19,15
94 100
2
SMA NegeriI 1Mlati
55 50,46
33 30,26
21 19,27
109 100
3
SMA Negeri 1 Tempel
56 60,87
32 34,78
4 4,35
92 100
4
SMA Gama Yogyakarta
44 54,32
20 24,69
17 20,99
81 100
5
SMA Santo Michael Mlati
15 41,67
13 36,11
8 22,22
36 100
6
SMA Islam 1 Sleman
116 87,88
10 7,58
6 4,55
132 100
Jumlah 330
60,66 140
25,74 74
13,60 544
100
Keterangan : I
= Kurang dari Rp. 500.000 II
= Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000 III
= Lebih dari Rp. 1.000.000 f
= frekuensi fr
= frekuensi relatif
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa pendapatan ayah siswa yang termasuk golongan I sebanyak 64 siswa atau 11,76, golongan II
sebanyak 240 siswa atau 44,12, dan golongan III sebanyak 240 siswa atau 44,12. Pendapatan ibu yang termasuk golongan I
sebanyak 330 siswa atau 60,66 , golongan II sebanyak 140 siswa atau 25,74, golongan III sebanyak 74 siswa atau 13,60.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pendapatan orang tua ayah sebesar Rp.500.000 – Rp.1.000.000 dan lebih dari Rp.1.000.000 dan pendapatan orang tua ibu
kurang dari Rp.500.000. c. Pendidikan Orang Tua
Dalam penelitian ini pendidikan orang tua dibedakan menjadi tingkat pendidikan ayah dan tingkat pendidikan ibu.
Tabel 4.4 Tingkat Pendidikan Orang Tua
Pendidikan Ayah I
II III
No Nama SMA
f fr
F fr
F fr
1
SMA Negeri 2 Sleman
- -
3 3,19
18 19,15
2
SMA Negeri I Mlati
3 2,75
3 2,75
8 7,34
3
SMA Negeri I Tempel
2 2,17
8 8,70
19 20,65
4
SMA Gama Yogyakarta
1 1,23
3 3,70
5 6.17
5
SMA Santo Michael Mlati
- -
1 2,78
4 4,9
6
SMA Islam 1 Sleman
10 7,58
33 25
17 12,88
Jumlah 16
2,94 51
9,38 71
13,5 Pendidikan Ayah
IV V
Total No
Nama SMA f
fr F
fr F
fr 1
SMA Negeri 2 Sleman
52 55,32
21 22,34
94 100
2
SMA Negeri I Mlati
73 66,97
22 20,18
109 100
3
SMA Negeri I Tempel
48 52,17
15 16,30
92 100
4
SMA Gama Yogyakarta
39 48,15
33 40,74
81 100
5
SMA Santo Michael Mlati
14 38,89
17 47,22
36 100
6
SMA Islam 1 Sleman
52 39,39
20 15,15
132 100
Jumlah 278
51,1 128
23,53 544
100
Keterangan : I
= Tidak Tamat SD II
= SD atau sederajat III
= SMP atau sederajat IV
= SMA atau sederajat V
= D1,D2,D3,D4,S1,S2,S3 F
= frekuensi Fr
= frekuensi relative
Pendidikan Ibu I
II III
No Nama SMA
f fr
F fr
f fr
1
SMA Negeri 2 Sleman
1 1,06
19 20,21
18 19,15
2
SMA Negeri I Mlati
4 3,67
8 7,34
10 9,17
3
SMA Negeri I Tempel
11 11,96
29 31,52
19 20,65
4
SMA Gama Yogyakarta
2 2,47
5 6,17
10 12,35
5
SMA Santo Michael Mlati
1 2,78
2 5,56
3 8,33
6
SMA Islam 1 Sleman
28 21,21
47 35,61
21 15,91
Jumlah 47
8,64 110
20,22 81
14,89
Pendidikan Ibu IV
V Total
No Nama SMA
f Fr
F fr
F fr 0
1
SMA Negeri 2 Sleman
43 45,74
13 13,83
94 100
2
SMA Negeri I Mlati
63 57,80
24 22,02
109 100
3
SMA Negeri I Tempel
24 26,09
9 9,78
92 100
4
SMA Gama Yogyakarta
43 53,09
21 25,93
81 100
5
SMA Santo Michael Mlati
15 41,67
15 41,67
36 100
6
SMA Islam 1 Sleman
27 20,45
9 6,82
132 100
Jumlah 215
39,52 91
16,73 544
100
Keterangan : I
= Tidak Tamat SD II
= SD atau sederajat III
= SMP atau sederajat IV
= SMA atau sederajat V
= D1,D2,D3,D4,S1,S2,S3 F
= frekuensi Fr
= frekuensi relatif
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa pendidikan ayah siswa yang termasuk golongan I sebanyak 16 siswa atau 2,94, golongan II
sebanyak 51 siswa atau 9,38, golongan III sebanyak 71 siswa atau 13,5, golongan IV sebanyak 278 siswa atau 51,1, dan
golongan V sebanyak 128 siswa atau 23,53. Pendidikan ibu siswa yang termasuk golongan I sebanyak 47 atau 8,64, golongan II
sebanyak 110 atau 20,22 , golongan III sebanyak 81 atau 14,89, golongan IV sebanyak 215 atau 39,52, dan golongan V sebanyak
91 atau 16,73. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pendidikan orang tua ayah adalah SMA atau
sederajat dan pendidikan orang tua ibu adalah SMA atau sederajat.
a. Jenis Pekerjaan Orang Tua Dalam penelitian ini jenis pekerjaan orang tua dibedakan menjadi
jenis pekerjaan ayah dan jenis pekerjaan ibu.
Tabel 4.5 Jenis Pekerjaan Orang Tua
Pekerjaan Ayah I
II III
No Nama SMA
F fr
F fr
f fr
1
SMA Negeri 2 Sleman
- -
4 4,26
32 34,04
2
SMA Negeri I Mlati
3 2,75
10 9,17
20 18,35
3
SMA Negeri I Tempel
2 2,17
23 25
19 20,65
4
SMA Gama Yogyakarta
1 1,23
35 43,21
5 6,17
5
SMA Santo Michael Mlati
- -
18 50
6 16,67
6
SMA Islam 1 Sleman
10 7,58
45 34,09
35 26,52
Jumlah 16
2,94 135
24,82 117
21,51 Pekerjaan Ayah
IV Total
No Nama SMA
F fr
F fr 0
1
SMA Negeri 2 Sleman
58 61
94 100
2
SMA Negeri I Mlati
76 69,73
109 100
3
SMA Negeri I Tempel
48 52,17
92 100
4
SMA Gama Yogyakarta
40 49,38
81 100
5
SMA Santo Michael Mlati
12 33,33
36 100
6
SMA Islam 1 Sleman
42 31,82
132 100
Jumlah 276
50,74 544
100
Keterangan: I
= Lain-lain II
= Petani, Buruh, Pedagang, Wiraswasta III
= Pegawai Swasta, Guru Swasta, Karyawan Swasta IV
= Pegawai Negeri pemda, guru, ABRI, POLRI f
= frekuensi fr
= frekuensi relatif
Pekerjaan Ibu I
II III
No Nama SMA
F fr
F fr
f fr
1
SMA Negeri 2 Sleman
22 23,40
44 46,81
18 19,15
2
SMA Negeri I Mlati
33 30,28
43 39,45
12 11,00
3
SMA Negeri I Tempel
23 25,00
57 61,96
1 1,09
4
SMA Gama Yogyakarta
39 48,15
16 19,75
9 11,11
5
SMA Santo Michael Mlati
9 25,00
8 22,22
7 19,44
6
SMA Islam 1 Sleman
56 42,42
68 51,52
4 3,03
Jumlah 182
33,46 236
43,38 51
9,38
Pekerjaan Ibu IV
Total No
Nama SMA F
fr F
fr 0 1
SMA Negeri 2 Sleman
10 10,64
94 100
2
SMA Negeri I Mlati
21 19,27
109 100
3
SMA Negeri I Tempel
11 11,96
92 100
4
SMA Gama Yogyakarta
17 20,99
81 100
5
SMA Santo Michael Mlati
12 33,33
36 100
6
SMA Islam 1 Sleman
4 3,03
132 100
Jumlah 75
13,79 544
100
Keterangan: I
= Lain-lain II
= Petani, Buruh, Pedagang, Wiraswasta III
= Pegawai Swasta, Guru Swasta, Karyawan Swasta IV
= Pegawai Negeri pemda, guru, ABRI, POLRI f
= frekuensi fr
= frekuensi relatif
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa pekerjaan ayah siswa yang termasuk golongan I sebanyak 16 siswa atau 2,94, golongan II
sebanyak 135 siswa atau 24,82, golongan III sebanyak 117 siswa atau 21,51, dan golongan IV sebanyak 276 siswa atau
50,74. Pekerjaan ibu yang termasuk golongan I sebanyak 182 siswa atau 33,46 , golongan II sebanyak 236 sis wa atau 43,38,
golongan III sebanyak 51 siswa atau 9,38, dan golongan IV sebanyak 75 siswa atau 13,79. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar pekerjaan orang tua ayah adalah Pegawai Negeri pemda, guru, ABRI, POLRI dan
pekerjaan orang tua ibu adalah petani, buruh, pedagang, dan wiraswasta.
b. Asal sekolah
Tabel 4.6 Asal Sekolah Siswa
Asal sekolah Frekuensi
Frekuensi Relatif Negeri
295 54,23
Swasta 249
45,77 Jumlah
544 100
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa jumlah responden yang berasal dari sekolah negeri sebanyak 295 siswa atau 54,23 dan siswa yang
berasal dari sekolah swasta sebanyak 249 siswa atau 45,77. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
responden penelitian ini berasal dari sekolah negeri. 2
Deskripsi Variabel Penelitian a. Kecerdasan Emosional
Tabel 4.7 Kecerdasan Emosional Siswa
Nama sekolah I
II III
IV V
Skor f
fr F
fr F Fr
f fr
f fr
103 – 120 9
28,13 4
12,5 7
21,88 4
12,5 4
12,5 89 – 102
48 16,05
44 19,21
39 17,03
37 16,16
13 5,68
80 – 88 30
13,33 46
20,44 36
16,00 32
14,22 17
7,56 71 – 79
7 13,21
15 28,30
10 18,87
7 13,21
2 3,77
71 -
- -
- -
- 1
20,00 -
-
Jumlah 94
17,28 109
20,04 92
16,91 81
14,89 36
6,62 Nama
sekolah VI
Total Skor
f fr
F fr
Kriteria
103 – 120 4
12,5 32
5,88 Sangat Tinggi
89 – 102 48
20,96 229
42,10 Tinggi
80 – 88 64
28,44 225
41,36 Cukup Tinggi
71 – 79 12
22,64 53
9,74 Rendah
71 4
80,00 5
0,92 Sangat rendah
Jumlah 132
24,26 544
100
Keterangan : I
= SMA Negeri 2 Sleman II
= SMA Negeri 1 Mlati III
= SMA Negeri 1 Tempel IV
= SMA Gama Yogyakarta V
= SMA Santo Michael Mlati VI
= SMA Islam 1 Sleman f
= frekuensi fr
= frekuensi relatif
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa kecerdasan emosional siswa yang dikategorikan sangat tinggi sebanyak 32 siswa atau 5,88,
dikategorikan tinggi sebanyak 229 siswa atau 42,10, dikategorikan cukup tinggi sebanyak 225 siswa atau 41,36, dan
dikategorikan rendah sebanyak 53 siswa atau 9,74 dan yang dikategorikan sangat rendah sebanyak 5 siswa atau 0,92. Hal
tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memiliki kecerdasan emosional yang tinggi dan cukup tinggi. Hal ini
didukung hasil perhitungan mean = 89,01, median = 88, modus = 86, dan standar deviasi = 8,162 lampiran 5, hal 175 .
b. Prestasi Belajar
Tabel 4.8 Prestasi Belajar Siswa
Nama sekolah I
II III
IV V
Skor F
fr F
Fr f
fr F
fr f
Fr
81-100 -
- 2
100 -
- -
- -
- 66-80
89 22,03
104 34,65
79 19,55
59 14,60
26 6,44
56-65 5
3,68 3
2,21 13
9,56 22
16,18 10
7,35 46-55
- -
- -
- -
- -
- -
46 -
- -
- -
- -
- -
-
Jumlah 94
17,28 109 20,04
92 16,91
81 14,89
36 6,62
Nama sekolah VI
Total Skor
F fr
F fr
Kriteria
81-100 -
- 2
0,37 Sangat Tinggi
66-80 47
11,63 404
74,26 Tinggi
56-65 83
61,03 136
25 Cukup Tinggi
46-55 2
100 2
0,37 Rendah
46 -
- -
- Sangat Rendah
Jumlah 132
24,26 544
100 Keterangan :
I = SMA Negeri 2 Sleman
II = SMA Negeri 1 Mlati
III = SMA Negeri 1 Tempel
IV = SMA Gama Yogyakarta
V = SMA Santo Michael Mlati
VI = SMA Islam 1Sleman
f = frekuensi
fr = frekuensi relatif
Tabel 4.8 menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa yang dikategorikan sangat tinggi sebanyak 2 siswa atau 0,37,
dikategorikan tinggi sebanyak 404 siswa atau 74,26,
dikategorikan cukup tinggi sebanyak 136 siswa atau 25, dikategorikan rendah sebanyak 2 siswa atau 0,37 dan tidak siswa
yang mempunyai prestasi belajar sangat rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memiliki prestasi belajar
yang tinggi. Hal ini didukung hasil perhitungan mean = 68,20, median = 68,25, modus = 69,25, dan standar deviasi = 4,61
lampiran 5, hal 175. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Analisis Data
Pengujian Prasyarat Analisis Data a. Pengujian Normalitas
Pengujian normalitas dimaksudkan untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi variabel tingkat pendapatan orang tua, tingkat
pendidikan orang tua, jenis pekerjaan orang tua, kecerdasan emosional dan prestasi belajar. Berikut ini disajikan hasil
pengujian normalitas berdasarkan uji satu sampel dari Kolmogorov Smirnov.
Tabel 4.9 Hasil Pengujian Normalitas Variabel Kecerdasan Emosional
Tingkat Pendapatan Orang Tua Ayah
Ibu I
II III
I II
III N
Normal Parameter a,b Mean Std. Deviation
Most Extreme Absolute Differences Positive
Negative Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. 2-tailed 64
88,38 8,563
,124 ,111
-,124 ,996
,275 240
88,63 7,361
,097 ,097
-,060 1,500
,222 240
89,52 8,778
,061 ,061
-,042 ,947
,331 330
88,62 8,013
,080 ,080
-,069 1,454
,092 140
89,33 7,681
,098 ,098
-,050 1,156
,138 74
90,15 9,568
,113 ,113
-,062 ,968
,305
Keterangan : I
= Kurang dari Rp. 500.000 II
= Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000 III
= Lebih dari Rp. 1.000.000
Tingkat Pendidikan Orang Tua Ayah
I II
III IV
V N
Normal Parameter a,b Mean Std. Deviation
Most Extreme Absolute Differences Positive
Negative Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. 2-tailed 16
88,13 8,382
,208 ,178
-,208 ,832
,493 51
88,08 6,292
,093 ,093
-,073 ,666
,767 71
89,44 8,277
,098 ,098
-,086 ,823
,508 278
88,84 7,709
,071 ,071
-,041 1,183
0,122 128
89,55 9,560
,083 ,083
-,053 ,935
,346
Tingkat Pendidikan Orang Tua Ibu
I II
III IV
V N
Normal Parameter a,b Mean Std. Deviation
Most Extreme Absolute Differences Positive
Negative Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. 2-tailed 47
86,89 8,874
,134 ,134
-,118 ,915
,372 110
88,25 7,502
,113 ,113
-,106 1,186
,120 81
90,32 8,219
,099 ,099
-,067 ,894
,401 215
89,81 8,295
,080 ,080
-,034 1,175
,126 91
88,33 8,060
,094 ,094
-,065 ,893
,402
Keterangan : I
= Tidak Tamat SD II
= SD atau sederajat III
= SMP atau sederajat IV
= SMA atau sederajat V
= D1,D2,D3,D4,S1,S2,S3
Jenis Pekerjaan Orang Tua Ayah
I II
III IV
N Normal Parameter a,b Mean
Std. Deviation Most Extreme Absolute
Differences Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. 2-tailed
16 87,63
7,779 ,214
,157 -,214
,854 ,459
135 88,94
8,651 ,103
,103 -,061
1,198 ,113
117 88,92
8,542 ,121
,121 -,065
1,310 ,065
276 89,08
7,913 ,073
,073 -,051
1,207 ,108
Jenis Pekerjaan Orang Tua Ibu
I II
III IV
N Normal Parameter a,b Mean
Std. Deviation Most Extreme Absolute
Differences Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. 2-tailed
182 89,29
8,205 ,079
,079 -,057
1,061 ,210
236 89,14
8,549 ,100
,100 -,075
1,529 ,081
51 89,55
7,887 ,144
,144 -,067
1,030 ,239
75 87,57
6,952 ,099
,099 -,053
,855 ,458
Keterangan: I
= Lain-lain II
= Petani, Buruh, Pedagang, Wiraswasta III
= Pegawai Swasta, Guru Swasta, Karyawan Swasta IV
= Pegawai Negeri pemda, guru, ABRI, POLRI
Dari tabel 4.9 di atas, dapat diketahui bahwa nilai asymptotic significance
asym.sig. untuk distribusi data variabel kecerdasan emosional ditinjau dari tingkat pendapatan ayah, tingkat
pendapatan ibu, tingkat pendidikan ayah, tingkat pendidikan ibu, jenis pekerjaan ayah, dan jenis pekerjaan ibu lebih besar dari alpha
α = 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa distribusi
data kecerdasan emosional ditinjau tingkat pendapatan orang tua, tingkat pendidikan orang tua, jenis pekerjaan orang tua adalah
normal lampir an 7, hal 177-188 . PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 4.10 Hasil Pengujian Normalitas Variabel Prestasi Belajar
Tingkat Pendapatan Orang Tua Ayah
I II
III N
Normal Parameter a,b Mean Std. Deviation
Most Extreme Absolute Differences Positive
Negative Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. 2-tailed 64
65,1211 4,24077
,071 ,067
-,071 ,570
,901 240
68,0979 4,50422
,041 ,039
-,041 ,641
,806 240
69,1656 4,48550
,059 ,059
-,043 ,907
,383 Tingkat Pendapatan Orang Tua
Ibu I
II III
N Normal Parameter a,b Mean
Std. Deviation Most Extreme Absolute
Differences Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. 2-tailed
330 67,5477
4,73566 ,042
,042 -,032
,766 ,600
140 69,2750
4,16858 ,069
,047 -,069
,817 ,517
74 69,0845
4,38266 ,094
,094 -,054
,812 ,525
Keterangan : I
= Kurang dari Rp. 500.000 II
= Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000 III
= Lebih dari Rp. 1.000.000
Tingkat Pendidikan Orang Tua Ayah
I II
III IV
V N
Normal Parameter a,b Mean Std. Deviation
Most Extreme Absolute Differences Positive
Negative Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. 2-tailed 16
66,750 3,9285
,149 ,149
-,081 ,595
,871 51
65,313 4,5160
,085 ,059
-,085 ,608
,854 71
68,151 4,6882
,083 ,083
-,060 ,703
,706 278
68,718 4,5427
,044 ,044
-,025 ,735
,653 128
68,427 4,4563
,069 ,055
-,069 ,780
,577
Tingkat Pendidikan Orang Tua Ibu
I II
III IV
V N
Normal Parameter a,b Mean Std. Deviation
Most Extreme Absolute Differences Positive
Negative Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. 2-tailed 47
66,744 5,085
,088 ,088
-,069 ,606
,856 110
66,868 4,31776
,048 ,048
-,038 ,503
,962 81
67,669 4,6648
,077 ,077
-,069 ,694
,721 215
69,188 4,5561
,042 ,042
-,040 ,612
,848 91
69,189 3,9769
,094 ,094
-,049 ,894
,401
Keterangan : I
= Tidak Tamat SD II
= SD atau sederajat III
= SMP atau sederajat IV
= SMA atau sederajat V
= D1,D2,D3,D4,S1,S2,S3
Jenis Pekerjaan Orang Tua Ayah
I II
III IV
N Normal Parameter a,b Mean
Std. Deviation Most Extreme Absolute
Differences Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. 2-tailed
16 66,3594
3,52960 ,123
,123 -,074
,493 ,968
135 67,2426
4,68822 ,063
,063 -,044
,735 ,652
117 67,7885
4,73837 ,046
,046 -,039
,495 ,967
276 69,0263
4,57950 ,038
,038 -,027
,636 ,814
Jenis Pekerjaan Orang Tua Ibu
I II
III IV
N Normal Parameter a,b Mean
Std. Deviation Most Extreme Absolute
Differences Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. 2-tailed
182 67,8379
4,40247 ,049
,049 -,040
,668 ,764
236 68,2129
4,71558 ,034
,033 -,034
,522 ,948
51 70,4461
3,87728 ,099
,099 -,068
,705 ,702
75 68,8333
3,88068 ,075
,075 -,040
,649 ,793
Keterangan: I
= Lain-lain II
= Petani, Buruh, Pedagang, Wiraswasta III
= Pegawai Swasta, Guru Swasta, Karyawan Swasta IV
= Pegawai Negeri pemda, guru, ABRI, POLRI
Dari tabel 4.10 di atas, dapat diketahui bahwa nilai asymptotic significance
asym.sig. untuk distribusi data variabel prestasi belajar pada tingkat pendapatan ayah, tingkat pendapatan ibu,
tingkat pendidikan ayah, tingkat pendidikan ibu, jenis pekerjaan ayah, dan jenis pekerjaan ibu lebih besar dari alpha
α = 0,05.
Dengan demikian dapat disimpulkan distribusi data prestasi belajar pada tingkat pendapatan orang tua, tingkat pendidikan orang tua,
jenis pekerjaan orang tua adalah normal lampiran 7, hal 177-188. b. Pengujian Linearitas
Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan yang linier antara variabel kecerdasan emosional dengan prestasi
belajar. Berikut ini disajikan tabel hasil pengujian linearitas.
Tabel 4.11 Tabel Linearitas
ANOVA
Prestasi Belajar Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
Between Groups
Combined 1145,043
48 23,855
1,134 ,256
Linear Term Weighted
173,932 1
173,932 8,270
,004 Deviation
971,111 47
20,662 ,982
,509 Within Groups
10410,916 495
21,032 Total
11555,959 543
Tabel 4.11 menunjukkan bahwa hubungan antara variabel kecerdasan emosional X1 dengan prestasi belajar
i
Υ pada taraf
signifikansi 5 dan derajat kebebasan db pembilang 48 dan derajat kebebasan penyebut 495 adalah linier F
hitung
= 0,982 F
tabel
= 1,37 lampiran 7, hal 189. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan yang
dikembangkan oleh Chow Gujarati, 1995:512. a. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau
dari tingkat pendapatan orang tua. 1.
Rumusan Hipotesis 1 Ho = Tidak ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap
prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua
Ha = Ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap
prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua
2. Pengujian Hipotesis 1
a. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendapatan ayah.
Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut
lampiran 8, hal 187:
i
Υ = 58,682 + 1,739 X
1
+ 0,06379 X
2
+ 0,0955 X
1
X
2
Keterangan:
i
Υ = Prestasi belajar
1
Χ = Variabel kecerdasan emosional
2
Χ = Variabel tingkat pendapatan ayah
2 1
Χ Χ
= Nilai interaksi antara variabel kecerdasan emosional dengan variabel tingkat
pendapatan ayah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hasil pengujian regresi di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi
3
β dari interaksi variabel
kecerdasan emosional dengan variabel tingkat
pendapatan ayah adalah 0,0955. Variabel kecerdasan emosional memberikan kontribusi positif sebesar 1,739
terhadap prestasi belajar, artinya setiap kenaikan satu satuan kecerdasan emosional maka prestasi belajarnya
akan meningkat sebesar positif 1,739. Variabel tingkat pendapatan ayah memberikan kontribusi positif sebesar
0,06379 terhadap prestasi belajar, artinya setiap kenaikan satu satuan tingkat pendapatan ayah maka
prestasi belajarnya akan meningkat sebesar positif 0,06379. Nilai konstantanya sebesar 58,682. Nilai
signifikansi koefisien regresi
3
β dari interaksi
variabel kecerdasan emosional dengan variabel tingkat pendapatan ayah terhadap prestasi belajar siswa
menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini
050 ,
034 ,
= =
α ρ
. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh kecerdasan emosional
terhadap prestasi belajar siswa ditinjau dari tingkat pendapatan ayah adalah positif dan signifikan. Artinya,
semakin tinggi tingkat pendapatan ayah semakin positif PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
derajat pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini juga dibuktikan dengan
angka koefisien determinasi dari pengaruh variabel kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar berturut-
turut pada tingkat pendapatan ayah kurang dari Rp. 500.000 sebesar 0,001; pada tingkat pendapatan ayah
Rp 500.000-Rp.1.000.000 sebesar 0,011; dan pada tingkat pendapatan ayah lebih dari Rp 1.000.000
sebesar 0,022 lampiran 9, hal 197-198. Hasil ini secara umum sejalan dengan dugaan awal penelitian ini
bahwa ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendapatan ayah.
b. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa ditinjau dari tingkat pendapatan ibu.
Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut
lampiran 8, hal 191 :
i
Υ = 66,371 – 0,2375 X
1
+ 0,0451 X
2
+ 0,0371 X
1
X
2
Keterangan:
i
Υ = Prestasi belajar
1
Χ = Variabel kecerdasan emosional
2
Χ = Variabel tingkat pendapatan ibu
2 1
Χ Χ
= Nilai interaksi antara variabel kecerdasan emosional dengan variabel tingkat
pendapatan ibu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hasil pengujian regresi di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi
3
β dari interaksi variabel
kecerdasan emosional dengan variabel tingkat
pendapatan ibu adalah 0,0371. Variabel kecerdasan emosional memberikan kontribusi negatif sebesar
0,2375 terhadap prestasi belajar, artinya setiap kenaikan satu satuan kecerdasan emosional maka prestasi
belajarnya akan menurun sebesar negatif 0,2375. Variabel tingkat pendapatan ibu memberikan kontribusi
positif sebesar 0,0451 terhadap prestasi belajar, artinya setiap kenaikan satu satuan tingkat pendapatan ibu
maka prestasi belajarnya akan meningkat sebesar positif 0,0451. Nilai konstantanya sebesar 66,371. Nilai
signifikansi koefisien regresi
3
β dari interaksi
variabel kecerdasan emosional dengan variabel tingkat pendapatan ibu terhadap prestasi belajar siswa
menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini
050 ,
025 ,
= =
α ρ
. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh kecerdasan emosional
terhadap prestasi belajar siswa ditinjau dari tingkat pendapatan ibu adalah positif dan signifikan. Artinya,
semakin tinggi tingkat pendapatan ibu semakin positif PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
derajat pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini juga dibuktikan dengan
angka koefisien determinasi dari pengaruh variabel kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar
berturut-turut pada tingkat pendapatan ibu kurang dari Rp. 500.000 sebesar 0,005; pada tingkat pendapatan ibu
Rp 500.000-Rp.1.000.000 sebesar 0,020; dan pada tingkat pendapatan ibu lebih dari Rp 1.000.000 sebesar
0,072 lampiran 9, hal 199-200. Hasil ini secara umum sejalan dengan dugaan awal penelitian ini bahwa ada
pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendapatan ibu.
Dari hasil pengujian regresi untuk tingkat pendapatan ayah dan tingkat pendapatan ibu dapat disimpulkan bahwa
ada pengaruh positif dan signifikan variabel kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa ditinjau dari tingkat
pendapatan orang tua. Artinya semakin tinggi tingkat pendapatan orang tua, maka semakin positif derajat pengaruh
kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa. Begitu juga sebaliknya semakin rendah tingkat pendapatan orang
tua, maka semakin negatif derajat pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa.
b. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa ditinjau tingkat pendidikan orang tua.
1. Rumusan Hipotesis 2
Ho = Tidak ada pengaruh kecerdasan emosio nal terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendidikan
orang tua. Ha = Ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap
prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua.
2. Pengujian Hipotesis 2 a. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar
ditinjau dari tingkat pendidikan ayah. Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model
persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut lampiran 8, hal 192 :
i
Υ = 58,159 + 1,076 X
1
+ 0,0816 X
2
+ 0,0393 X
1
X
2
Keterangan:
i
Υ = Prestasi belajar
1
Χ = Variabel kecerdasan emosional
2
Χ = Variabel tingkat pendidikan ayah
2 1
Χ Χ
= Nilai interaksi antara variabel kecerdasan emosional dengan variabel tingkat
pendidikan ayah.
Hasil pengujian regresi di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi
3
β dari interaksi variabel
kecerdasan emosional dengan variabel tingkat
pendidikan ayah adalah 0,0393. Variabel kecerdasan emosional memberikan kontribusi positif sebesar 1,076
terhadap prestasi belajar, artinya setiap kenaikan satu satuan kecerdasan emosional maka prestasi belajarnya
akan meningkat sebesar positif 1,076. Variabel tingkat pendidikan ayah memberikan kontribusi positif sebesar
0,0816, artinya setiap kenaikan satu satuan tingkat pendidikan ayah maka prestasi belajarnya akan
meningkat sebesar positif 0,0816. Nilai konstantanya sebesar 58,159. Nilai signifikansi koefisien regresi
3
β dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan
variabel tingkat pendidikan ayah terhadap prestasi belajar siswa menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha
yang digunakan dalam penelitian ini
050 ,
038 ,
= =
α ρ
. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh kecerdasan emosional
terhadap prestasi belajar siswa ditinjau dari tingkat pendidikan ayah adalah positif dan signifikan. Artinya,
semakin tinggi tingkat pendidikan ayah semakin positif derajat pengaruh kecerdasan emosional terhadap
prestasi belajar siswa. Hal ini juga dibuktikan dengan angka koefisien determinasi dari pengaruh variabel
kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berturut-turut pada tingkat pendidikan ayah tidak tamat SD sebesar 0,000; pada tingkat pendidikan ayah SD
atau sederajat sebesar 0,010; pada tingkat pendidikan ayah SMP atau sederajat sebesar 0,011; pada tingkat
pendidikan ayah SMA atau sederajat sebesar 0,023; dan pada tingkat pendidikan ayah D1,D2,D3,D4,S1,S2,S3
sebesar 0,043 lampiran 9, hal 201-203. Hasil ini secara umum sejalan dengan dugaan awal penelitian ini
bahwa ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendidikan ayah.
b. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa ditinjau dari tingkat pendidikan ibu.
Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut
lampiran 8, hal 193:
i
Υ = 70,384 – 2,296 X
1
+0,0546 X
2
+ 0,0347 X
1
X
2
Keterangan:
i
Υ = Prestasi belajar
1
Χ = Variabel kecerdasan emosional
2
Χ = Variabel tingkat pendidikan ibu
2 1
Χ Χ
= Nilai interaksi antara variabel kecerdasan emosional dengan variabel tingkat
pendidikan ibu
Hasil pengujian regresi di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi
3
β dari interaksi variabel
kecerdasan emosional dengan variabel tingkat
pendidikan ibu adalah 0,0347. Nilai variabel kecerdasan emosional memberikan kontribusi negatif sebesar 2,296
terhadap prestasi belajar, artinya setiap kenaikan satu satuan tingkat pendidikan ibu maka prestasinya akan
menurun sebesar negatif 2,296. Variabel tingkat pendidikan ibu memberikan kontribusi positif sebesar
0,0546 terhadap prestasi belajar, artinya setiap kenaikan satu satuan maka prestasi belajarnya akan meningkat
sebesar positif 0,0546. N ilai konstantanya sebesar 70,384. Nilai signifikansi koefisien regresi
3
β dari
interaksi variabel kecerdasan emosional dengan variabel tingkat pendidikan ibu terhadap prestasi belajar siswa
menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini
050 ,
017 ,
= =
α ρ
. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa ditinjau dari tingkat
pendidikan ibu adalah positif dan signifikan. Artinya, semakin tinggi tingkat pendidikan ibu semakin positif
derajat pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini juga dibuktikan dengan
angka koefisien determinasi dari pengaruh variabel kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar berturut-
turut pada tingkat pendidikan ibu tidak tamat SD sebesar 0,009; pada tingkat pendidikan ibu SD atau
sederajat sebesar 0,009; pada tingkat pendidikan ibu SMP atau sederajat sebesar 0,012; pada tingkat
pendidikan ibu SMA atau sederajat sebesar 0,030; dan pada tingkat pendidikan ibu D1,D2,D3,D4,S1,S2,S3
sebesar 0,051 lampiran 9, hal 204-207. Hasil ini secara umum sejalan dengan dugaan awal penelitian ini
bahwa ada pengaruh positif kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendidikan
ibu. Dari hasil pengujian regresi untuk tingkat pendidikan
ayah dan tingkat pendidikan ibu dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan variabel kecerdasan
emosional terhadap prestasi belajar siswa ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua. Artinya semakin tinggi tingkat
pendidikan orang tua, maka semakin positif derajat pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa. Begitu
juga sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan orang tua, maka semakin negatif pengaruh kecerdasan emosional
terhadap prestasi belajar siswa. c. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau
dan jenis pekerjaan orang tua PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Rumusan Hipotesis 3
Ho = Tidak ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari jenis pekerjaan orang
tua. Ha = Ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap
prestasi belajar ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua.
2. Pengujian Hipotesis 3 a. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar
ditinjau dari jenis pekerjaan ayah. Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model
persamaan regresi dapat disajik an sebagai berikut lampiran 8, hal 194:
i
Υ = 54,561 + 2,415 X
1
+ 0,124 X
2
+ 0,0181 X
1
X
2
Keterangan:
i
Υ = Prestasi belajar
1
Χ = Variabel kecerdasan emosional
2
Χ = Variabel jenis pekerjaan ayah
2 1
Χ Χ
= Nilai interaksi antara variabel kecerdasan emosional dengan variabel jenis
pekerjaan ayah
Hasil pengujian regresi di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi
3
β dari interaksi variabel
kecerdasan emosional dengan variabel jenis pekerjaan ayah adalah 0,0181. Nilai variabel kecerdasan
emosional memberikan kontribusi positif sebesar 2,415 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terhadap prestasi belajar, artinya setiap kenaikan satu satuan kecerdasan emosional maka prestasi belajarnya
akan meningkat sebesar positif 2,415. Variabel jenis pekerjaan ayah memberikan kontribusi positif sebesar
0,124 terhadap prestasi belajar, artinya setiap kenaikan satu satuan jenis pekerjaan ayah maka prestasi
belajarnya akan meningkat sebesar positif 0,124. Nilai konstantanya sebesar 54,561. Nilai signifikansi
koefisien regresi
3
β dari interaksi variabel kecerdasan
emosional dengan variabel jenis pekerjaan ayah terhadap prestasi belajar siswa menunjukkan lebih
rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini
050 ,
048 ,
= =
α ρ
. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh kecerdasan emosional
terhadap prestasi belajar siswa ditinjau dari jenis pekerjaan ayah adalah positif dan signifikan. Artinya,
semakin tetap jenis pekerjaan ayah semakin positif derajat pengaruh kecerdasan emosional terhadap
prestasi belajar siswa. Hal ini juga dibuktikan dengan angka koefisien determinasi dari pengaruh variabel
kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar berturut- turut pada jenis pekerjaan ayah lain- lain sebesar 0,002;
pada jenis pekerjaan ayah petani, buruh, pedagang, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
wiraswasta sebesar 0,005; pada jenis ayah pekerjaan pegawai swasta, guru swasta, karyawan swasta sebesar
0,020; pada jenis pekerjaan ayah pegawai negeri, ABRI, POLRI sebesar 0,031 lampiran 9, hal 207-209. Hasil
ini secara umum sejalan dengan dugaan awal penelitian ini bahwa ada pengaruh positif kecerdasan emosional
terhadap prestasi belajar ditinjau dari jenis pekerjaan ayah.
b. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa ditinjau dari jenis pekerjaan ibu.
Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut
lampiran 8, hal 195 :
i
Υ = 64,792 – 1,561 X
1
+ 0,0278 X
2
+ 0,0228 X
1
X
2
Keterangan:
i
Υ = Prestasi belajar
1
Χ = Variabel kecerdasan emosional
2
Χ = Variabel jenis pekerjaan ibu
2 1
Χ Χ
= Nilai interaksi antara variabel kecerdasan emosional dengan variabel jenis
pekerjaan ibu
Hasil pengujian regresi di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi
3
β dari interaksi variabel
kecerdasan emosional dengan variabel jenis pekerjaan ibu adalah 0,0228. Variabel kecerdasan emosional
memberikan kontribusi negatif sebesar 1,561 terhadap PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
prestasi belajar, artinya setiap kenaikan satu satuan kecerdasan emosional maka prestasi belajarnya akan
menurun sebesar negatif 1,561. Variabel jenis pekerjaan ibu memberikan kontribusi positif sebesar 0,0278
terhadap prestasi belajar, artinya setiap kenaikan satu satuan jenis pekerjaan ibu maka prestasi belajarnya
akan meningkat sebesar positif 0,0278. N ilai konstantanya sebesar 64,792.
Nilai signifikansi koefisien regresi
3
β dari interaksi variabel kecerdasan
emosional dengan variabel jenis pekerjaan ibu terhadap prestasi belajar siswa menunjukkan lebih rendah dari
nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini
050 ,
039 ,
= =
α ρ
. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh kecerdasan emosional
terhadap prestasi belajar siswa ditinjau dari jenis pekerjaan ibu adalah positif dan signifikan. Hasil
pengujian hipotesis tersebut menunjukkan bahwa semakin tetap jenis pekerjaan ibu semakin positif
pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini juga dibuktikan dengan angka
koefisien determinasi dari pengaruh variabel kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar berturut-turut pada
jenis pekerjaan ibu lain- lain sebesar 0,009; pada jenis PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pekerjaan ibu petani, buruh, pedagang, wiraswasta sebesar 0,010; pada jenis ibu pekerjaan pegawai swasta,
guru swasta, karyawan swasta sebesar 0,014; pada jenis pekerjaan ibu pegawai negeri, ABRI, POLRI sebesar
0,029 lampiran 9, hal 209-211. Hasil ini secara umum sejalan dengan dugaan awal penelitian ini bahwa ada
pengaruh positif kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari jenis pekerjaan ibu.
Dari hasil pengujian regresi untuk jenis pekerjaan ayah dan jenis pekerjaan ibu dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh positif dan signifikan variabel kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa ditinjau dari jenis
pekerjaan orang tua. Artinya semakin tetap jenis pekerjaan orang tua, maka semakin positif derajat pengaruh kecerdasan
emosional terhadap prestasi belajar siswa. Begitu juga sebaliknya semakin tidak tetap jenis pekerjaan orang tua,
maka semakin negatif derajat pengaruh kecerdasan emosiona l terhadap prestasi belajar siswa.
d. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa ditinjau dari status sekolah.
1 Rumusan Hipotesis 4
Ho = Tidak ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari status sekolah.
Ha = Ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari status sekolah.
2. Pengujian Hipotesis 4 Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan
regresi dapat disajikan sebagai berikut lampiran 8, hal 196 :
i
Υ = 59,305 + 2.608 X
1
+ 0,0210 X
2
+ 0,0218 X
1
X
2
Keterangan:
i
Υ = Prestasi belajar
1
Χ = Variabel kecerdasan emosional
2
Χ = Variabel status sekolah
2 1
Χ Χ
= Nilai interaksi antara variabel kecerdasan emosional dengan variabel status sekolah
Hasil pengujian regresi di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi
3
β dari interaksi variabel kecerdasan
emosional dengan variabel status sekolah adalah 0,0218. Nilai variabel kecerdasan emosional memberikan kontribusi
sebesar 2,608 terhadap prestasi belajar, artinya setiap kenaikan satu satuan kecerdasan emosional maka prestasi
belajarnya akan meningkat sebesar positif 2,608. Variabel status sekolah memberikan kontribusi sebesar 0,0210
terhadap prestasi belajar, artinya setiap keniakan satu satuan status sekolah maka prestasi belajarnya akan meningkat
sebesar positif 0,0210. N ilai konstantanya sebesar 59,305. Nilai signifikansi koefisien regresi
3
β dari interaksi
variabel kecerdasan emosional dengan variabel status sekolah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terhadap prestasi belajar siswa menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini
050 ,
046 ,
= =
α ρ
. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh kecerdasan emosional terhadap
prestasi belajar siswa ditinjau dari status sekolah adalah positif dan signifikan. Hal ini juga dibuktikan dengan angka
koefisien determinasi dari pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar berturut-turut pada siswa yang
bersekolah di sekolah negeri sebesar 0,018 dan pada siswa yang bersekolah di sekolah swasta sebesar 0,007 lampiran
9, hal 212-213. Hal ini secara umum sejalan dengan dugaan awal penelitian ini bahwa ada pengaruh kecerdasan
emosional terhadap prestasi belajar siswa ditinjau dari status sekolah siswa.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
1 Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari
tingkat pendapatan orang tua. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang positif
dan signifikan variabel kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua. Hal ini didukung oleh
hasil perhitungan nilai koefisien regresi 0955
,
3
= β
dan nilai signifikansi koefisien regresi
ρ = 0,034 lebih kecil dari nilai alpha
α = 0,050 untuk pendapatan ayah dan nilai koefisien regresi
0371 ,
3
= β
dan nilai signifikansi koefisien regresi ρ
= 0,025 lebih kecil dari nilai alpha
α = 0,050 untuk pendapatan ibu. Artinya
semakin tinggi tingkat pendapatan orang tua, maka semakin positif derajat pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa.
Begitu juga sebaliknya semakin rendah pendapatan orang tua, maka semakin negatif derajat pengaruh kecerdasan emosional terhadap
prestasi belajar siswa. Keberhasilan seseorang dalam belajar tidak hanya semata- mata
diukur dari IQ saja, tetapi dapat diukur dari tingkat kecerdasan emosional EQ. Kecerdasan Emosional Emotional Intelligence
adalah kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola
emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungannya dengan orang lain Goleman, 2001:512. Kecerdasan Emosional merupakan
faktor penting yang mempengaruhi prestasi belajar. Hasil penelitian prestasi belajar siswa yang sebagian besar termasuk dalam kategori
tinggi dan tingkat kecerdasan emosional siswa yang sebagian besar termasuk dalam kategori tinggi dan cukup tinggi menjadi bukti adanya
pengaruh antara kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar. Jika kecerdasan emosional anak berkembang dengan baik maka akan
mempengaruhi hasil belajarnya, sehingga dapat menjadi anak ya ng mampu berprestasi.
Hasil penelitian tentang prestasi belajar menunjukkan bahwa sebagian besar siswa terkategorikan tinggi sebanyak 404 siswa atau
74,26. Berdasarkan nilai tersebut dapat diketahui bahwa tingkat penguasaan pengetahuan siswa dan ketrampilan yang diberikan oleh
guru baik. Sementara deskripsi kecerdasan emosiona l menunjukkan bahwa sebanyak 229 siswa atau 42,10 dikategorikan tinggi dan
sebanyak 225 siswa atau 41,36 cukup tinggi. Hal tersebut tampak bahwa siswa memiliki kemampuan mengenali perasaannya sendiri dan
perasaan orang lain, kemampuan mengelola emosi sehingga dapat menjalin relasi yang baik dengan orang lain, kemampuan memotivasi
diri sehingga bisa meraih prestasi belajar seperti yang diinginkannya. Hasil penelitian tentang tingkat pendapatan ayah menunjukkan
bahwa sebanyak 240 siswa atau 44,12 dikategorikan lebih dari Rp.1.000.000 dan pendapatan ibu menunjukkan bahwa sebanyak 330
siswa atau 60,66 dikategorikan kurang dari Rp. 500.000. Pendapatan orang tua yang dimaksud diatas adalah segala bentuk balas karya yang
diperoleh sebagai imbalan atau balas jasa seseorang terhadap proses produksi Gilarso, 1992:63. Siswa yang berasal dari orang tua dengan
pendapatan tinggi akan terpenuhi segala kebutuhan-kebutuhannya, baik dalam pemenuhan sarana dan prasarana dalam hal pendidikan
yang lengkap, dalam hal pemilihan sekolah, serta perhatian dalam belajar. Dengan keadaan yang seperti ini maka siswa akan termotivasi
dalam belajar dan akan mendapatkan rangsangan mental bagi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
perkembangan kecerdasan emosional atau berdampak pada kondisi emosional anak yang stabil, berpikir secara baik sehingga siswa
mampu belajar secara baik dan berdampak dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Dengan demikian siswa yang mempunyai orang
tua dengan tingkat pendapatan semakin tinggi dapat menguatkan pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Yosef Haryadi 2003:88
menyatakan bahwa anak yang mempunyai orang tua yang berpenghasilan tinggi akan mencapai prestasi belajar yang baik,
sedangkan anak yang mempunyai orang tua yang berpenghasilan rendah akan mencapai prestasi belajar yang kurang baik. Hal penelitian
ini juga sejalan dengan ha sil penelitian Tiara Panji Suhadno 2007:116 yang menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat
pendapatan orang tua, maka semakin positif pengaruh antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajarnya.
2. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa ditinjau
dari tingkat pendidikan orang tua. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ada pengaruh positif dan
signifikan variabel kecerdasan emosional dengan prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua. Hal ini didukung oleh hasil
perhitungan nilai koefisien regresi 0393
,
3
= β
dan nilai signifikansi koefisien regresi
ρ = 0,038 lebih kecil dari nilai alpha
α = 0,050
untuk pend idikan ayah dan nilai koefisien regresi 0347
,
3
= β
dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
nilai signifikansi koefisien regresi ρ
= 0,017 lebih kecil dari nilai alpha
β = 0,050 untuk pendidikan ibu. Artinya semakin tinggi tingkat
pendidikan orang tua siswa, maka semakin positif pengaruh antara kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa. Begitu juga
sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan orang tua, maka semakin negatif pengaruh antara kecerdasan emosional terhadap
prestasi belajar siswa. Keberhasilan seseorang dalam belajar tidak hanya semata- mata
diukur dari IQ saja, tetapi dapat diukur dari tingkat kecerdasan emosional EQ. Kecerdasan Emosional Emotional Intelligence
adalah kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola
emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungannya dengan orang lain Goleman, 2001:512. Kecerdasan Emosional merupakan
faktor penting yang mempengaruhi prestasi belajar. Hasil penelitian prestasi belajar siswa yang sebagian besar termasuk dalam kategori
tinggi dan tingkat kecerdasan emosional siswa yang sebagian besar termasuk dalam kategori tinggi dan cukup tinggi menjadi bukti adanya
pengaruh antara kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar. Jika kecerdasan emosional anak berkembang dengan baik maka akan
mempengaruhi hasil belajarnya, sehingga dapat menjadi anak yang mampu berprestasi.
Hasil penelitian tentang prestasi belajar menunjukkan bahwa sebagian besar siswa terkategorikan tinggi sebanyak 404 siswa atau
74,26. Berdasarkan nilai tersebut dapat diketahui bahwa tingkat kemampuan siswa dalam menyerap pengetahuan dan ketrampilan yang
diberikan oleh guru baik. Sementara deskripsi kecerdasan emosiona l menunjukkan bahwa sebanyak 229 siswa atau 42,10 dikategorikan
tinggi dan sebanyak 225 siswa atau 41,36 cukup tinggi. Hal tersebut tampak bahwa siswa memiliki kemampuan mengenali perasaannya
sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan mengelola emosi sehingga dapat menjalin relasi yang baik dengan orang lain,
kemampuan memotivasi diri sehingga bisa meraih prestasi belajar seperti yang diinginkannya.
Hasil penelitian tentang tingkat pendidikan ayah menunjukkan bahwa dari sebanyak 278 siswa atau 51,1 dikategorikan SMA atau
dan pendidikan ibu dari sebanyak 215 siswa atau 39,52 dikategorikan berpendidikan SMA atau sederajat. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia KBBI, 1996:353 pendidikan adalah suatu proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan peralatan.
Siswa yang tingkat pendidikan orang tuanya tinggi akan menjadi contoh atau pemicu semangat yang baik bagi anak untuk mencapai hal
yang serupa. Selain itu anak juga menjadi terasa terarahkan dan akan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
lebih terbantu jika dia sedang mengalami kesulitan dalam belajar serta dengan mendapat perhatian yang cukup tersebut akan membentuk
kecerdasan emosional anak, karena seseorang yang mempunyai kecerdasan emosional yang tinggi akan mau menuntut dirinya untuk
belajar mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain untuk menanggapinya dengan tepat dan menerapkan dalam kehidupan
sehari- hari dan pada akhirnya dapat memotivasi anak dalam meningkatkan prestasinya. Dengan demikian siswa yang mempunyai
orang tua dengan pendidikan semakin tinggi dapat semakin menguatkan pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar
siswa. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Yosef
Haryadi 2003:87 yang menyatakan bahwa anak yang mempunyai orang tua yang berpendidikan tinggi akan mencapai prestasi belajar
yang baik, sedangkan anak yang mempunyai orang tua yang berpendidikan rendah akan mencapai prestasi belajar yang kurang
baik. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan Tiara Panjdi Suhatno 2007:117 yang menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat
pendidikan orang tua siswa, maka semakin positif pengaruh antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar.
3. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa ditinjau
dari jenis pekerjaan orang tua. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ada pengaruh positif dan
signifikan variabel kecerdasan emosional dengan prestasi belajar PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua. Hal ini didukung oleh hasil perhitungan nilai koefisien regresi
0181 ,
3
= β
dan nilai signifikansi koefisien regresi
ρ = 0,048 lebih kecil dari nilai alpha
α = 0,050
untuk jenis pekerjaan ayah dan nilai koefisien regresi 0228
,
3
= β
dan nilai signifikansi koefisien regresi ρ
= 0,039 lebih kecil dari nilai alpha
α = 0,050 untuk jenis pekerjaan ibu. Artinya
semakin tetap jenis pekerjaan orang tua siswa, maka semakin positif derajat pengaruh antara kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar
siswa. Begitu juga sebaliknya semakin tidak tetap jenis pekerjaan orang tua, maka semakin negatif derajat pengaruh antara kecerdasan
emosional terhadap prestasi belajar siswa. Keberhasilan seseorang dalam belajar tidak hanya semata- mata
diukur dari IQ saja, tetapi dapat diukur dari tingkat kecerdasan emosional EQ. Kecerdasan Emosional Emotional Intelligence
adalah kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola
emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungannya dengan orang lain Goleman, 2001:512. Kecerdasan Emosional merupakan
faktor penting yang mempengaruhi prestasi belajar. Hasil penelitian prestasi belajar siswa yang sebagian besar termasuk dalam kategori
tinggi dan tingkat kecerdasan emosional siswa yang sebagian besar termasuk dalam kategori tinggi dan cukup tinggi menjadi bukti adanya
pengaruh antara kecerdasan emosional dan prestasi belajar. Jika PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kecerdasan emosional anak berkembang dengan baik maka akan mempengaruhi hasil belajarnya, sehingga dapat menjadi anak yang
mampu berprestasi. Hasil penelitian tentang prestasi belajar menunjukkan bahwa
sebagian besar siswa terkategorikan tinggi sebanyak 404 siswa atau 74,26. Berdasarkan nilai tersebut dapat diketahui bahwa tingkat
kemampuan siswa dalam menyerap pengetahuan dan ketrampilan yang diberikan oleh guru baik. Sementara deskripsi kecerdasan emosiona l
menunjukkan bahwa sebanyak 229 siswa atau 42,10 dikategorikan tinggi dan sebanyak 225 siswa atau 41,36 cukup tinggi. Hal tersebut
tampak bahwa siswa memiliki kemampuan mengenali perasaannya sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan mengelola emosi
sehingga dapat menjalin relasi yang baik dengan orang lain, kemampuan memotivasi diri sehingga bisa meraih prestasi belajar
seperti yang diinginkannya. Hasil penelitian tentang jenis pekerjaan ayah menunjukkan
bahwa sebanyak 276 orang tua siswa atau 50,74 dikategorikan pegawai negeri pemda,guru, ABRI, POLRI dan jenis pekerjaan ibu
dari sebanyak 236 orang tua siswa atau 43,38 dikategorikan petani, buruh, pedagang dan wiraswasta. Biro Pengembangan Sosial Budaya
1994:124 membagi pekerjaan menjadi dua jenis yaitu pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan. Dimana pekerjaan pokok adalah jenis
pekerjaan yang dimiliki oleh seseorang sebagai sumber ukuran dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
penghasilannya, yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari- hari. Sedangkan pekerjaan sampingan adalah pekerjaan yang
dimiliki atau dilakukan oleh seseorang sebagai pekerjaan tambahan untuk memperoleh penghasilan tambahan guna memenuhi kebutuhan
hidupnya sehari-hari. Sifat pekerjaan ini adalah melengkapi pekerjaan pokok.
Siswa yang orang tuanya memiliki pekerjaan tetap mereka akan terasa lebih nyaman dalam sekolah dan belajar. Karena orang tua yang
mempunyai pekerjaan tetap mereka tentunya dapat membiayai semua keperluan anaknya, sehingga anak tidak perlu ikut memikirkan
masalah biaya serta keperluan mereka dan anak-anak dapat lebih percaya diri bila berteman dengan yang lainnya sehingga dapat
meningkatkan prestasi belajarnya. Selain itu pola didik orang tua juga sangat berhubungan erat antara kecerdasan emosional dengan prestasi
belajar siswa. Pola didik masing- masing orang tua itu berbeda-beda, jika pekerjaan orang tua kita sebagai seorang pendidik mereka akan
lebih sabar dan telaten dalam membimbing anaknya dalam belajar layaknya seperti siswa sekolah yang terus didampingi, diarahkan dan
dibimbing sehingga anak dapat berprestasi secara maksimal. Lain halnya dengan siswa yang orang tuanya yang pekerjaannya bukan
seorang pendidik, tentu juga akan mengharapkan anaknya berprestasi tetapi cara mendidik dan membimbing anak dalam belajar berbeda
dengan orang tua yang berprofesi sebagai seorang pendidik. Untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
jenis pekerjaan orang tua yang secara langsung berhubungan dengan pendampingan pada orang lain, misalnya psikolog maka orang tua
akan lebih memahami anak dan mengembangkan kecerdasan emosional anak. Dampaknya, anak berdasarkan kesadaran pada dirinya
melakukan apa yang menjadi kewajiban dan tanggung jawabnya dalam belajar. Anak selanjutnya sadar untuk mengembangkan potensinya
untuk memperoleh prestasi yang maksimal. Dengan demikian siswa yang mempunyai orang tua dengan jenis pekerjaan tetap dapat semakin
menguatkan pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Neli Sri Rejeki 2004:60 yang menyatakan bahwa semakin tinggi jenis pekerjaan
orang tua, maka siswa akan mencapai prestasi belajar yang baik, sedangkan anak yang mempunyai orang tua yang jenis pekerjaan
rendah akan mencapai prestasi belajar yang kurang baik. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Tiara Pandji Suhatno
2007:117 yang menunjukkan bahwa semakin tetap jenis pekerjaan orang tua siswa, semakin positif pengaruh antara kecerdasan emosional
dengan prestasi belajarnya. 4.
Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi Belajar Ditinjau dari Status Sekolah.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan varibel kecerdasan emosional dengan prestasi belajar
ditinjau dari status sekolah. Hal ini didukung oleh hasil perhitungan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
nilai koefisien regresi 0218
,
3
= β
dan nilai signifikansi koefisien regresi
ρ = 0,046 lebih kecil dari nilai alpha
α = 0,050. Artinya
siswa yang berasal dari sekolah negeri memperkuat pengaruh antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa. Begitu juga
sebaliknya siswa yang berasal dari sekolah swasta memperlemah pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa.
Keberhasilan seseorang dalam belajar tidak hanya semata- mata diukur dari IQ saja, tetapi dapat diukur dari tingkat kecerdasan
emosional EQ. Kecerdasan Emosional Emotional Intelligence adalah kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang
lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungannya dengan
orang lain Goleman, 2001:512. Kecerdasan Emosional merupakan faktor penting yang mempengaruhi prestasi belajar. Hasil penelitian
prestasi belajar siswa yang sebagian besar termasuk dalam kategori tinggi dan tingkat kecerdasan emosional siswa yang sebagian besar
termasuk dalam kategori tinggi menjadi bukti adanya pengaruh antara kecerdasan emosional dan prestasi belajar. Jika kecerdasan emosional
anak berkembang dengan baik maka akan mempengaruhi hasil belajarnya, sehingga dapat menjadi anak yang mampu berprestasi.
Hasil penelitian tentang prestasi belajar menunjukkan bahwa sebagian besar siswa terkategorikan tinggi sebanyak 404 siswa atau
74,26. Berdasarkan nilai tersebut dapat diketahui bahwa tingkat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kemampuan siswa dalam menyerap pengetahuan dan ketrampilan yang diberikan oleh guru baik. Sementara deskripsi kecerdasan emosiona l
menunjukkan bahwa sebanyak 229 siswa atau 42,10 dikategorikan tinggi dan sebanyak 225 siswa atau 41,36 cukup tinggi. Hal tersebut
tampak bahwa siswa memiliki kemampuan mengenali perasaannya sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan mengelola emosi
sehingga dapat menjalin relasi yang baik dengan orang lain, kemampuan memotivasi diri sehingga bisa meraih prestasi belajar
seperti yang diinginkannya. Hasil penelitian tentang status sekolah menunjukkan bahwa
sebanyak 295 siswa atau 54,23 berasal dari sekolah negeri dan sebanyak 249 siswa atau 45,77 berasal dari sekolah swasta. Sekolah
merupakan lembaga informal yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan Keputusan-Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Tahun 1993, sekolah dapat dibagi menjadi 2 yaitu:1 sekolah negeri adalah sekolah yang diselenggarakan
oleh pemerintah, dan 2 sekolah swasta adalah sekolah yang diselenggarakan oleh masyarakat.
Status sekolah siswa sangat berpengaruh terhadap kecerdasan emosional dan prestasi belajar siswa. Hasil perhitungan koefisien
determinasi juga menunjukkan bahwa ada perbedaan prestasi siswa yang berasal dari status sekolah yang berbeda. Baik buruknya status
sekolah dan iklim sekolah yang baik atau mendukung maka kecerdasan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
emosional siswapun mudah terbentuk. Dampaknya mereka termotivasi untuk belajar dan meningkatkan prestasinya. Sekolah yang mempunyai
mutu yang baik dan predikat serta fasilitas yang memadai maka akan menghasilkan lulusan yang baik dan mempunyai prestasi yang tinggi.
Hal ini dapat mereka jumpai disekolah-sekolah negeri. Masyarakat luas banyak yang mempunyai anggapan bahwa sekolah negeri itu
memiliki mutu, kualitas dan predikat yang baik pula, sehingga dapat memotivasi siswa untuk lebih giat dalam belajar sehingga dapat
meningkatkan prestasinya. Dengan demikian siswa yang berasal dari sekolah negeri cenderung semakin menguatkan pengaruh kecerdasan
emosional terhadap prestasi belajar siswa. Hasil penelitian ini juga
sejalan dengan hasil penelitian Tiara Pandji Suhatno 2007:117 yang menunjukkan bahwa siswa yang berasal dari sekolah negeri
memperkuat pengaruh kecerdasan emosional dengan prestasi belajarnya.
92
BAB V PENUTUP