Seni jalanan Yogyakarta SENI BERJALAN? DI YOGYAKARTA

agaknya kegiatan tersebut tetap mendapat tempat di hati sebagian masyarakat, terutama anak muda. Perkembangan seni jalanan, dengan bentuk dan media yang semakin variatif seperti sekarang, tentu saja tidak terlepas dari kebiasaan membuat grafiti yang telah ada di tengah masyarakat, termasuk pula upaya untuk mengurangi atau menekannya, serta kecepatan masuknya informasi tentang perkembangan street art diseluruh dunia yang mudah diakses melalui internet.

B. Grafiti dan Perkembangannya

Grafiti berasal dari bahasa Italia “graffito–grafiti” bentuk pluraljamak yang didefinisikan sebagai coretan atau gambar yang digoreskan pada dinding atau permukaan apa saja. Dalam dunia seni rupa, istilah ini diambil dari kata “graffito” yang merupakan nama teknik menggores pada keramik sebelum dibakar dan membuat desain pada suatu permukaan dengan benda tajam atau kapur biasanya digunakan saat membuat mural atau fresco . Selain itu, graffito juga dianggap berkaitan dengan graphein Yunani yang berarti menulis. 5 Di Indonesia, Menurut Soedarso, goresan gambar yang tertua ditemukan di dinding gua Pattae Kere, yang terletak di daerah Maros, Sulawesi Selatan kebudayaan Toala, Mesolitikum, c.4000 tahun yang lalu. Gambar pada gua itu sangat berbeda dari gambar hiasan dinding buatan jaman purba yang biasanya bertujuan untuk memperindah tempat 5 Graffiti is the plural of graffito, which singular form has become relatively little-known in English. The term is applied in art history to art works made by scratching a design into a surface. A related term is sgraffito — a way of creating a design by scratching through one layer of pigment to reveal another beneath it. These English words come from Italian, most likely being descended from graffiato scratched, as ancient graffitists — before the modern advent of spray-paint — scratched their work into walls using sharp objects, chalk or coal, as in murals or frescoes. All these terms derive in turn from the Greek γράφειν graphein, meaning to write — most literally, to inscribe http:www.etymonline.comindex.php?search=pastesearchmode=none Online Etymology Dictionary diakses 17 Oktober 2007. tinggal manusia yang mendiaminya. Gambar tersebut bermakna lebih dalam, yaitu mengandung pesan pengharapan wishful painting. 6 Terlepas dari tujuan pembuatannya, jika diperhatikan dari cara atau teknik membuatnya goresan gambar pada gua itu dapat dikategorikan termasuk grafiti. Gambar 1. Grafiti pada dinding gua. Lokasi: gua Jati Jajar, Gombong, Jawa Tengah Foto: dok. penulis, 2005 Goresan berbentuk tulisan yang berusia cukup tua dan masih dapat terbaca jelas dapat dilihat pada dinding gua Jati Jajar, yang merupakan objek wisata di Gombong, Jawa Tengah. Menurut petugas jaga, tulisan tersebut merupakan coretan nama orang yang pernah berkunjung ke gua itu. Angka tahun tertua pada goresan itu tertulis tahun 1926, dan yang paling baru tahun 1981. 6 Soedarso Sp. 2006. Trilogi Seni, Penciptaan, Eksistensi dan Kegunaan Seni, Yogyakarta: BP ISI Yogyakarta.p. 3. dijelaskan pengharapan yang dimaksud ialah agar jika berburu akan mendapat buruan sebagaimana tergambar. Maka menilik motivasi pembuatannya gambar itu bukan seni, karena dilahirkan atas maksud untuk memenuhi hasrat hidupnya. Dari pengamatan yang dilakukan pada tulisan di gua Jati Jajar diperkirakan bahwa maksud orang pertama membuat goresan tersebut adalah agar keberadaannya pernah berkunjung di tempat itu diketahui. Namun tanpa disadari, tindakan itu ternyata menular dan ditiru oleh orang-orang yang berkunjung sesudahnya, dengan menuliskan nama mereka di atas nama yang terdahulu. Penularan ini tentu saja tanpa disadari oleh pembuat yang pertama karena terjadi begitu saja. Hampir serupa dengan kejadian di atas, pola penularan atau peniruan yang sama juga terjadi dalam perkembangan grafiti dimasa sekarang. Gerakan membuat grafiti secara massal pernah terjadi di Indonesia. Gerakan tersebut terjadi bukan bertujuan untuk mengembangkan kesenian, melainkan untuk mengobarkan semangat juang rakyat mengusir penjajah Belanda di tahun 1945. Pada waktu itu, hampir semua sudut kota di Indonesia dipenuhi grafiti yang berisi pesan-pesan yang mampu mengobarkan semangat berjuang. Beberapa seniman yang tergabung dalam Persatuan Ahli Gambar Indonesia Persagi, 7 bahu-membahu bersama para pejuang lain untuk mengangkat senjata sekaligus tetap berkarya. 8 Di masa perjuangan kemerdekaan tahun 1945, penempelan poster-poster maupun gambar mural pada tembok luar ruang dilakukan dengan tujuan untuk menyampaikan propaganda perjuangan agar dapat dipahami dan diterima masyarakat luas. Selain seniman Persagi, poster-poster juga dibuat oleh Pusat Tenaga Pelukis Indonesia PTPI yang didirikan pada tahun 1945 oleh Djajengasmoro dan beberapa temannya. Kelompok ini membuat sejumlah poster dan spanduk dengan keyakinan bahwa ”Cat, pensil dan kertas 7 Persatuan Ahli Gambar Indonesia Persagi didirikan tahun 1933. Pelopor: Soedjojono, Agus Djaya dan lain-lain. 8 FX Harsono 2002, “Kerakyatan dalam Seni Lukis Indonesia: Sejak Persagi hingga Kini” dalam: Politik dan Gender, Aspek-aspek Seni Visual Indonesia , Yayasan Seni Cemeti, Yogyakarta.p.60.