Metode Penelitian Sistematika Penulisan

yang cukup banyak memberikan pandangan baru bagi para pelaku seni jalanan untuk berani menjelajahi dunia kreativitas mereka dalam berkarya. BAB IV MEREBUT JALANAN SENI DI INDONESIA Pada pembahasan bab ini, ruang dipahami sebagai fenomena tanda. Upaya untuk memahami ruang berarti menganggapnya sebagai bermuatan pesan-pesan sosial budaya. Sebagai suatu fenomena tanda, ruang menjadi arena pertukaran tanda dan pesan-pesan sekaligus menjadi tempat perebutan tanda dan hegemoni kultural. Selain itu pada bab ini akan diuraikan bentuk-bentuk tanda atau visual yang ada di jalan termasuk kepentingan yang menyertainya, respon pemerintah terhadap keberadaan seni jalanan juga mural serta siasat para pelaku seni jalanan untuk mengatasi kondisi tersebut. Pada bab ini juga akan diungkap kembali, apa arti seni jalanan mengingat bagi kalangan rakyat kecil yang kebanyakan masih berjalan kaki, tentu mempunyai pola pandang yang berbeda dengan kelas sosial menengah ke atas yang rata-rata berkendaraan bermotor di jalanan.

BAB V PENUTUP: KERESAHAN JALANAN DALAM PEMAKNAAN

Mengetengahkan ringkasan-ringkasan hasil penelitian, kesimpulan serta saran-saran untuk studi dan kebijakan yang berguna di masa mendatang. BAB II SENI BERJALAN? DI YOGYAKARTA Pada bab ini akan diuraikan pengertian seni jalanan dan beberapa aspek yang melingkupi serta mempengaruhi perkembangannya di Yogyakarta. Perkembangan itu meliputi grafiti, seni jalanan pada aksi unjuk rasa, perkembangan teknik grafiti stiker, wheatpaste, poster, stensil dan tumbuhnya komunitas-komunitas seniman jalanan serta bagaimana mereka berinteraksi. Pada bagian akhir bab ini akan dibahas bagaimana seni jalanan dalam hubungannya dengan kebudayaan dengan memandang seni jalanan seperti halnya keberadaan bahasa Indonesia “masa lalu” yaitu untuk pembentukan kesadaran komunitas nasional dikalangan pemuda Indonesia yang bermasyarakat plural. Bahasa Indonesia diturunkan dari kenyataan yang tidak terelakkan sebagai pewaris dari tiga bahasa yang berbeda Belanda, Jawa, Melayu revolusioner dan dua tradisi budaya linguistik yang berbeda pula Barat-Belanda dan Jawa. Bahasa Indonesia baru, berkembang sebagai alat komunikasi yang dapat mengekspresikan tidak hanya nasionalisme Indonesia, melainkan juga aspirasi Indonesia, tradisi-tradisi Indonesia dan realitas-realitas internasional. 1 Seperti halnya bahasa Indonesia yang punya keterbukaan dalam pengembangannya, bidang seni juga mempunyai sifat terbuka. Pengaruh “luar” atau modern “Barat” maupun seni-seni tradisi semua bercampur baur dan berkembang. Percampuran ini terkadang menimbulkan 1 B.R.O.G Anderson. 2000. Kuasa Kata, Jelajah Budaya-Budaya Politik di Indonesia. Tr. Revianto Budi Santosa .Yogyakarta: Penerbit Mata Bangsa . pp. 266-267 polemik namun kesemuanya tetap berjalan dalam kehidupan masyarakat Indonesia hingga sekarang.

A. Seni jalanan Yogyakarta

Seni jalanan atau biasa juga disebut street art kemudian muncul menjadi istilah yang dipakai untuk membedakan dengan karya seni yang dibuat dan ditempatkan di jalanan dengan meminta ijin kepada pihak yang berwenang. Seni jalanan merupakan perkembangan dari grafiti yang biasanya dibuat dengan cat semprot aerosol kemudian berkembang menggunakan berbagai teknik pembuatan misalnya: stensil, stiker, tempelan kertas wheatpasting, poster atau campuran dari berbagai bentuk seni. 2 Penempatannya dilakukan tanpa ijin dari pihak berwenang dan dilakukan dengan sengaja misalnya: Gerbong kereta, pos polisi, papan reklame dan lain-lain terkadang memicu timbulnya perkara. Perkara inilah yang seringkali menyebabkan pelaku seni jalanan dianggap sebagai pelaku vandalism. Kata “jalanan” pada seni jalanan bukan sekedar menunjukkan tempat tetapi lebih menekankan kepada kebebasan sebab jalanan memiliki sifat longgar yang memungkinkan kebebasan ekspresi berlangsung. Apakah itu dalam bentuk kebebasan berpendapat, seni, maupun kebebasan bertingkah laku. Jalanan telah menjadi tempat dimana orang-orang memiliki kesempatan untuk menunjukkan rasa kemanusiaan dan kebinatangannya yang tersembunyi. Di jalan raya, misalnya, pengendara kendaraan berubah menjadi “binatang” yang saling berebut kesempatan menyalip tanpa aturan, bahkan dapat mencelakakan orang 2 http:tembokbomber.comblogweblog.php, diakses 17 Oktober 2007, disebutkan dalam situsnya: Seni adalah ekspresi, Tembok adalah kanvas, jalanan adalah galeri. Kira-kira seperti itulah paham yang dianut pelaku street art. Sebagian orang mungkin menganggap apa yang mereka kerjakan sebagai vandalisme, sebagian lagi boleh saja menganggapnya seni. Seni jalanan street art adalah segala jenis seni yang